Desa Perlu ada Tim Reaksi Cepat, Minimalisir Kematian Akibat Salah Penanganan

BANJARNEAGARA – Kasus kematian di tengah masyarakat yang diakibatkan rendahnya pengetahuan tentang penanganan dasar masih rendah. Masih dijumpai adanya kematian akibat salah penanganan atau terlambatnya penanganan. Jika penagangan tepat dan waktu yang tepat pula, maka nyawa seseorang bisa terselamatkan.

Pemerhati kesehatan masyarakat dr Agus Ujianto Msi Med SP B berpendapat, penyelamatan gagal jantung dan gagal nafas ini harus di organisir secara baik. Kuncinya ada pada penanganan tepat dan cepat.

Hanya saja di tengah masyarakat masih kurang personal yang paham tentang hal tersebut. “Pengetahuan dan kemampuan semacam ini bukan saja harus dimiliki tenaga kesehatan, namun masyarakat umum juga wajib mengetahui,” ujar Agus Ujianto yang juga Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara ini.

Salah satu ide yang bisa diterapkan di tiap desa adalah pembentukan Tim Reaksi Cepat (TRC) di tengah masyarakat. Tim ini berisi kader-kader kesehatan yang berasal dari warga setempat. Kalau dari warga setempat penguasaan dan pemetaan wilayahnya lebih mudah. “Kita buat kader di kalangan warga.

Nanti petugas paramedis bisa memberikan pelatihan yang dibutuhkan kader. Jika ini terbentuk di tiap-tiap desa dan berjalan sesuai yang diharapkan insya Allah banyak manfaat yang kita dapatkan. Harapnnya tak ada lagi salah penangannan dan telat penanganan,” katanya.

Agus Ujianto menyampaikan, inti dari penanganan kegawatdaruratan adalah kemampuan seseorang untuk dapat mendeteksi dan beraksi secara cepat dan benar untuk sesegera mungkin mengembalikan denyut jantung ke dalam
kondisi normal sehinga dapat mencegah terjadinya kematian otak dan kematian permanen.

“Selain itu, kunci penanganan kondisi kegawatdaruratan adalah harus adanya kesinambungan dari orang yang pertama kali menemukan harus memiliki pengetahuan tentang bantuan hidup dasar, pelayanan ambulans, UGD, ICU sampai pada ruang perawatan harus satu bahasa dalam memandang keadaan kegawatdaruratan,” katanya.

Tim Reaksi Cepat, lanjutnya, sebagai tenaga kesehatan yang dibentuk khusus untuk menangani pasien kegawatdaruratan dituntut mampu memberikan pertolongan pada pasien gawat darurat dengan cepat dan tepat. TRC adalah tim yang bertugas memberikan pertolongan segera pada pasien dengan kegawatdaruratan sebelum dan saat henti napas henti jantung.

“TRC merupakan bagian dari Code Blue System, yaitu sebuah kode isyarat internasional yang digunakan di dalam rumah sakit yang menandakan adanya seorang pasien yang sedang mengalami serangan jantung atau mengalami situasi gagal napas akut dan situasi gawat darurat lainnya yang menyangkut dengan nyawa
pasien,” tandasnya.

Sementara Ketua Paguyuban Kepala Desa Banjarnegara Dr Rendra Sabita Noris sangat mendukung dan siap membentuk TRC semacam itu. Rendra yang merupakan Kades Purwonegoro mengaku saat ini tengah berupaya membentuk tim, dan kedepan akan menjalin kerjasama dengan pihak rumah sakit untuk mewujudkan hal tersebut.

“Kita akan buat tim, dan dalam waktu dekat kita tinggal sosialisaskepada warga di tingkat desa. Di desa sekarang sudah ada pusat layanan kesehatan desa,” katanya.

Terpisah, dr Julistian Sp B dari Medical Service dan Trainer 119 Jakarta saat memberikan pelatihan di RSI Banjarnegara menyatakan, banyak hal yang perlu diperhatiakan terkait bantuan hidup dasar, atau saat terjadi kegawatdaruratan. Penanganan pada anak-anak dan dewasa berbeda.

” Penanganan pada bayi dan dewasa misalnya, itu berbeda. Selain paramedis, warga juga sebaiknya paham tentang hal semacam ini,” katanya.

Ia menambahkan, pengenalan secara cepat tanda henti jantung sangat penting diketahui petugas, tindakan awal resuitasi dan tindakan penatalaksanaan terpadu ini juga sangat berkaitan erat dengan keselamatan pasien. (ook)

Beri komentar :
Share Yuk !