dr Agus Ujianto Membuat Prototype Ventilator Mekanik Sederhana Mendapat Dukungan Anggota DPR RI

BANJARNEGARA – Di tengah pandemi virus corona dan di tengah keprihatinan, seorang dokter bedah di Rumah Sakit Islam (RSI) Banjarnegara dr Agus Ujianto SpB bersama asistennya M Arif Ali Hidayat mencoba mengembangkan prototipe ventilator mekanik sederhana dengan bahan dasar kipas angin bekas.

Seperti diketahui, hampir semua rumah sakit dan penyedia layanan kesehatan mengalami kekurangan respirator dan ventilator.

Virus corona bisa menyebabkan kerusakan pada paru-paru, menyebabkan kadar oksigen tubuh turun dan membuat sulit bernapas. Alat ventilator juga membantu paru-paru tetap mengembang, sehingga kantung udara di paru-paru tidak mengempis.

Minimnya alat ventilator yang dimiliki oleh rumah sakit disebabkan mahalnya harga alat tersebut. Atas dasar inilah Agus Ujianto bersama asistennya berfikir keras agar mampu menciptakan alat yang fungsinya sama, namun harganya jauh lebih murah dan terjangkau.

Kipas angin bekas yang digunakan sementara ini hanya dinamo dan alat penyetel kecepatan gerak rotasi kipas. Ini dimanfaatkan sebagai penggerak alat pompa yang nantinya membantu memompa oksigen menuju paru-paru pasien.

“Kita tahu harga ventilator diatas Rp1 miliar, bahkan saat ini kesulitan impor. Makanya kita berdua diskusi dan cari jalan keluar. Bagaimana ada alat yang fungsinya sama namun harga jauh lebih murah.

Kita tengok dari teknologi di Jepang dan India, ternyata kita bisa gunakan menggunakan kipas angin bekas yang kita modifikasi sedemikian rupa agar menyamai ritme pernafasan,serta fungsinya sama dengan alat yang mahal itu,” kata Agus Ujianto, Selasa (28/4).

Agus menjelaskan, ventilator merupakan mesin yang membantu memasukkan lebih banyak oksigen ke paru-paru dan mengeluarkan karbon dioksida.

Ventilator merupakan peralatan teknologi yang cukup mewah yang dirancang untuk membantu seseorang bernapas secara efektif. “Hal ini karena paru-paru terjalin dengan pembuluh darah, kemudian ventilator membantu terjadi proses masuknya oksigen ke aliran darah, tambahnya.

M Arif ALi Hidayat menyebutkan, hal paling sulit dalam proses pembuatan ventilator ala Banjarnegara ini adalah menyamakan ritme nafas dengan ritme alat tersebut. Berkat keuletannya, saat ini ritme tersebut sudah sinkron.

Jika dihitung untuk biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan satu ventilator ini tidak sampai menghabiskan dana Rp5juta. Jika alat motoriknya baru pun tidak sampai Rp10 juta.

“Saat ini masih apa adanya, namun secara prinsip kerja sudah oke, kedepan akan kita tingkatkan untuk tampilan dengan casing yang bagus. Untuk hal paten dan lainnya dokter Agus akan melengkapinya,” sebut M Arif.

Sementara Anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat asal Banjarnegara Lasmi Indaryani mendukung penuh temuan Agus Ujianto dan M Arif ALi Hidayat, dirinya atas nama Partai Demokrat siap memberikan fasilitas untuk pengembangan penelitan alat tersebut. Baginya tidak menutup kemungkinan alat tersebut diproduksi di Banjatnegara dan dikembangkan untuk aksi kemanusiaan ke seluruh Indonesia.

“Saya sangat mendukung karya dokter Agus dan Mas Arif ALi ini. Sudah saya rekam dan saya sudah tau cara kerjanya, segera kami diskusikan dengan tim di Partai Demokrat.

Dan kita akan koordinasikan dengan Pemkab Banjarnegara. Ini bagus sekali, kita bisa patenkan menggunakan nama Banjarnegara. Banyak hal positif saya sangat mengapresiasi, kreatifitas, hemat biaya, dan bisa banyak membantu saudara kita yang membutuhkan,” kata Lasmi. (ook)

Beri komentar :
Share Yuk !