Mahasiswi Asal Banjarnegara Meninggal Terjebak Banjir di Gua

BANJARNEGARA – Seorang mahasiswi semeseter satu asal Desa Bojanegara Kecamatan Sigaluh ikut menjadi korban saat kegiatan susur gua. Peristiwa tragis ini terjadi di Gua Lele di Desa tamansari Kecamatan Pangkalan Kabupaten Karawang, Minggu (22/12) sekitar pukul 23:30 WIB. Korban menemui ajal saat sedang mengikuti kegiatan pecinta alam Universitas SSingaperbangsa Karawang (Unsika).

Kapolsek Sigaluh AKP Priyo Jatmiko, Senin (23/12) menjelaskan saat itu korban bersama enam rekannya menuruni gua tersebut dengan tali. Namun cuaca berubah menjadi hujan deras. Air bah-pun masuk ke dalam Gua Lele. Empat orang berhasil menyelamatkan diri dan tiga orang terjebak di dalamnya. Ketiga korban meninggal dunia yaitu Erisa Rifiani Putri dari Bogir, Alief Rindu Alafah dari Bogor dan Ainan Fatimatuzahro asal Bojanegara.

Paman korban Kukuh Harsonomengatakan Ainan merupakan anak nomor dua dari tiga bersaudara. “Baru semeseter satu, kuliah di Karawang. Anaknya bagus, alim dan kalem,” paparnya.

BERDUKA Keluarga di RT 1 RW 2 Desa Bojanegara Kecamatan Sigaluh, Senin (23/12) menanti kedatangan jenazah korban Ainan Fatimatuzahro

Keluarga Sayangkan Susur Gua di Musim Hujan

Dia tidak tahu persis situasi di lokasi. Namun dia menyayangkan kegiatan susu gua yang dilaksanakan saat musim penghujan. Menurut dia, kegiatan bisa dialihkan atau ditunda pelaksanaannya. Sebab pada musim penghujan ini, gua rawan dibanjiri air bah. “Musim penghujan, apalagi gua sesuatu yang sangat tertutup. Saat air masuk, terjadi apa-apa sangat berbahaya,” lanjutnya.

Dilansir dari Pojoksatu, pada kegiatan itu ada 15 mahasiswa melakukan caving atau susur gua di Kampung Tanah Bereum, Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan. Mereka terdiri dari 9 orang Mahasiswa Unsika dan 6 orang Mahasiswa Polibisnis Purwakarta.

Ketua Adat Mapala Unsika Wido Arya Ritaldi mengatakan, awalnya ada permintaan dari mahasiswa Polibisnis Purwakarta untuk berbagi ilmu soal susur gua. Pihak Mapala Unsika mengiyakan permintaan itu. Dari situ, berangkatlah 15 mahasiswa yang terdiri dari sembilan mahasiswa Unsika dan enam mahasiswa Polibisnis Purwakarta. “Akhirnya kami bawa teman-teman ke Gua Bao,” kata Wido.

Minggu (23/12) siang, tim Mapala ini tiba di Gua Lele. Mereka dipecah menjadi beberapa grup. Enam orang berjaga di kamp yang letaknya 20 meter dari gua, ada yang berjaga di luar gua, ada yang berjaga di bawah mulut gua, dan lima orang turun ke dalam gua. “Jadi total ada delapan orang yang masuk ke gua. Tiga orang berjaga dekat mulut gua, lima orang turun ke bawah,” kata Wido.

Tim, kata Wido, sudah melakukan persiapan fisik dan perlengkapan. Cuaca juga terpantau cerah. “Makanya kami berani masuk,” tuturnya.

Air Muncul Dari Semua Celah Gua

Jam dua siang, setelah berdoa, delapan mahasiswa turun ke dalam gua dengan peralatan caving lengkap. Namun tanpa diduga, cuaca berubah drastis dalam waktu kurang dari satu jam. Setengah jam di dalam gua, langit tiba-tiba gelap. Hujan turun dengan deras.

Begitu hujan turun, tiga orang yang bertugas di mulut gua, sempat memberikan informasi kepada tim yang bertugas di dekat mulut gua. Tiga orang yang berjaga kemudian meneruskan informasi perubahan cuaca kepada lima orang yang sedang eksplorasi di dalam. “Akhirnya tim eksplorasi segera menarik diri untuk kembali,” kata Wido.

Lima orang itu, ungkap Wido mencoba bergerak dengan cepat. Namun saat kedalaman 30 meter di bawah tanah, air tiba- tiba masuk ke dalam gua. Saat itu, air tiba- tiba muncul dari semua celah dan lubang gua. “Mereka keburu kena banjir bandang yang muncul dari segala arah,” kata Wido.(drn/pojoksatu/tom)

Beri komentar :
Share Yuk !