BANJARNEGARA – Ratusan batuan candi dijadikan batu nisan dan pagar makam di belakang Hostel Tanijiwo RT 3 RW 3 Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur Banjarnegara.
Selain batu berupa balok, juga ditemukan kemuncak candi yang dijadikan penanda makam seseorang.
Pengurus Komunitas Cagar Budaya Banjarneagara Sudirun mengatakan ratisan kemuncak candi dan beberapa bagian candi lainnya dijadikan sebagai batu nisan dan pagar makam.
“Catatan Sir Stamford Thomas Raffles dalam The History of Java bahwa di Dieng ada lebih dari 400 candi kelihatannya bukan hanya isapan jempol. Sebab sampai saat ini banyak batuan candi yang ditemukan di Dieng,” paparnya, (30/9).
Belum lama ini, batuan candi ditemukan saat penggalian pondasi rest area Dieng. Kali ini, pihaknya menjumpai banyaknya batuan candi yang menjadi batu nisan.
Sudirun mengatakan kemungkinan lebih banyak lagi batuan candi yang telah hilang atau digunakan oleh warga untuk membangun rumah ataupun makam.
“Kemuncak candi banyak sekali saya temukan. Satu makam bisa memakai 10 sampai 20 batuan candi. Artinya pada masa itu tentu jumlah candi di Dieng sangat banyak” jelas guru IPS SMPN 2 Batur ini.
Fakta ini sangat miris, lantaran potensi candi sebagai identitas yang bernilai histori tinggi, kini tidak lagi memiliki nilai yang berarti.
Ketua MGMP Sejarah SMA Banjarnegara Heni Purwono berharap dengan temuan batuan candi ini, memicu pemerintah melakukan langkah eksplorasi dan rekonstruksi candi di kawasan Dieng. “Jika bisa direkontruksi, maka akan menjadi destinasi wisata edukasi baru bagi Dieng. Dan bukan tidak mungkin kedepan Dieng akan menjadi pusat warisan kebudayaan dunia,” ujarnya. (drn)