Seperti Apa Bahaya Obesitas bagi Kesehatan? Ini Penjelasan Dokter Rury

BANJARNEGARA – Pertanyaan apakah obesitas berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan? Dokter Rury atau Masrurotut Daroen dari RSI Banjarnegara, Jawa Tengah menjawab, bahwa obesitas berbahaya bagi kesehatan bahkan keselamatan.

Resiko kematian dini meningkat dengan meningkatnya berat badan. Bahkan kenaikan berat badan yang moderat meningkatkan risiko kematian, terutama di antara orang dewasa berusia 30 hingga 64 tahun.

“Berdasar data yang ada individu yang mengalami obesitas (BMI lebih besar dari 30) memiliki 50 hingga 100 persen peningkatan risiko kematian dini dari semua penyebab, dibandingkan dengan individu dengan berat badan yang sehat,” kata Rury.

Persoalan obesitas mengancam kesehatan jantung, diantaranya, resiko serangan jantung, gagal jantung kongestif, kematian jantung mendadak, nyeri dada meningkat pada orang yang kelebihan berat badan atau obesitas.

“Tekanan darah tinggi dua kali lebih umum pada orang dewasa yang mengalami obesitas dibandingkan pada mereka yang memiliki berat badan yang sehat. Obesitas dikaitkan dengan trigliserida tinggi dan penurunan kolesterol HDL,” jelasnya.

Tak hanya jantung, obesitas juga memicu stroke, aterosklerosis, atau penyempitan arteri, yang dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah arteri, merupakan pra-kondisi penting dari banyak stroke.

Aterosklerosis dipercepat oleh tekanan darah tinggi, merokok, kolesterol tinggi dan kurang olahraga. Obesitas, terutama obesitas morbid sering dikaitkan dengan diet tinggi lemak, peningkatan tekanan darah dan kurang olahraga. Jadi obesitas sekarang dianggap sebagai faktor risiko sekunder yang berpengaruh untuk stroke.

Obesitas juga bisa berakibat pada tekanan darah tinggi, yang bisa menyebabkan sakit kepala, telinga berdengung, kelelahan, sesak nafas, keringat berlebihan, kebingungan, hidung berdarah, darah dalam urin, kerusakan atau gagal ginjal, stroke, dan peningkatan resiko diabetes tipe 2.

Peningkatan reiko kanker, obesitas dikaitkan dengan peningkatan resiko beberapa jenis kanker termasuk endometrium (kanker lapisan rahim), usus besar, kandung empedu, prostat, ginjal, dan kanker payudara pascamenopause.

“Wanita yang mengalami kenaikan berat badan lebih dari 20 pon dari usia 18 hingga paruh baya menggandakan risiko kanker payudara pascamenopause, dibandingkan dengan wanita yang berat badannya tetap stabil,” jelasa alumnus Fakultas Kedokteran Unsoed Purwokerto ini.

Bagi laku laki, ada resiko disfungsi ereksi

“Gangguan stres ini sering dikaitkan dengan Resistensi Insulin, ketidakseimbangan glukosa darah dan kadar insulin yang terkait dengan kelebihan berat badan dan obesitas. Kelebihan berat badan dapat menempatkan ketegangan ekstra pada sistem kardiovaskular dan mengganggu keseimbangan halus yang diperlukan untuk mencapai ereksi dan, oleh karena itu, menyebabkan disfungsi ereksi,” terangnya.

Ia melanjutkan, kelebihan insulin akibat resistensi insulin terlibat dalam disfungsi ereksi karena merusak endotel pembuluh darah kardiovaskular.

Endotelium adalah lapisan di bagian dalam pembuluh yang mengeluarkan mediator kimia yang memerintahkan pembuluh untuk berkontraksi atau berelaksasi. Untuk mencapai ereksi, pelepasan oksida nitrat dari endotelium menciptakan pelebaran pembuluh darah, yang memungkinkan pembuluh darah terisi darah.

“Aliran darah ini diperlukan untuk mencapai ereksi. Setiap penurunan suplai oksida nitrat ke penis yang disebabkan oleh kerusakan endotelium insulin mengurangi atau mencegah pelebaran pembuluh darah dan berkontribusi terhadap disfungsi ereksi,” tandasnya. (*)

Beri komentar :
Share Yuk !