Skabies

SKABIES merupakan salah satu jenis penyakit kulit menular yang sering ditemui dan disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei yang berukuran sangat kecil dan tidak bisa terlihat dengan mata telanjang. Setiap tahunnya diperkirakan terdapat sekitar 300 juta orang yang terkena penyakit ini secara global, dengan angka kejadian yang lebih tinggi di negara-negara beriklim tropis dengan kepadatan penduduk yang lebih tinggi dan tingkat kebersihan yang lebih rendah, terutama di daerah Afrika, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara. Menurut data dari puskesmas seluruh Indonesia (Depkes RI), angka kejadian skabies berkisar antara 5,6%-12,95%, dan penyakit ini menduduki urutan ke tiga pada daftar jenis penyakit kulit yang paling sering ditemui di negara kita.

Penyakit ini umumnya ditularkan melalui kontak dekat dengan pengidap skabies, terutama mereka yang tinggal bersama dalam satu atap. Risiko penularan akan makin meningkat seiring dengan makin banyaknya jumlah tungau di kulit pengidap skabies. Penyebaran tungau biasanya dapat terjadi setelah terjadi sentuhan langsung dari kulit ke kulit selama sekurangnya sepuluh menit. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak dengan pakaian, handuk, atau seprai yang dihinggapi tungau setelah digunakan oleh pengidap skabies.

Sebagian besar pengidap skabies umumnya memiliki sekitar 10–15 ekor tungau di kulitnya. Tungau skabies yang berukuran sangat kecil ini akan menggali terowongan di dalam kulit manusia untuk meletakkan telur-telurnya. Telur ini akan menetas dalam waktu 3-4 hari dan berkembang menjadi tungau dewasa dalam waktu 1–2 minggu. Sekitar 4–6 minggu kemudian, pengidap skabies akan mengalami reaksi alergi terhadap protein tungau serta kotoran yang dikeluarkan oleh tungau di dalam terowongan tersebut, sehingga akan memicu munculnya ruam kulit disertai rasa gatal yang berat.

Kulit pengidap skabies umumnya menunjukkan gambaran ruam berwarna kemerahan yang berbentuk garis berkelok mengikuti bentuk terowongan disertai bintil-bintil berisi cairan. Ruam ini dapat ditemui di berbagai bagian tubuh yang berbeda, antara lain seperti sela-sela jari, pergelangan tangan, telapak kaki dan tangan, ketiak, payudara, siku, pinggang, lutut, serta selangkangan, bokong, dan area kemaluan. Pada usia kanak-kanak juga dapat ditemukan adanya ruam di wajah, leher dan kulit kepala.

Rasa gatal merupakan gejala yang paling dominan dari penyakit skabies dan umumnya akan terasa lebih berat di malam hari, sehingga akan mengganggu tidur dan mengurangi kualitas hidup pengidap skabies. Kebiasaan menggaruk yang diakibatkan oleh rasa gatal ini juga dapat menimbulkan luka pada kulit, sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi bakteri, yang kemudian akan makin memperberat kondisi penyakit kulit.

Penanganan yang utama dari penyakit skabies adalah pemberian obat oles anti skabies untuk membasmi tungau penyebab penyakit. Obat ini umumnya dioleskan ke seluruh tubuh mulai dari leher ke bawah, sampai ke telapak tangan dan kaki, serta akan dibiarkan di permukaan kulit antara 8-14 jam sebelum dibersihkan. Meskipun demikian, terapi ini tidak dapat membunuh telur tungau, sehingga pemberian obat oles perlu diulang sekurangnya 7 hari sesudah pemberian obat pertama untuk membasmi tungau yang baru menetas. Terapi perlu diberikan pada semua orang yang melakukan kontak dekat dengan pengidap skabies di waktu yang bersamaan untuk mencegah terjadinya penularan berulang, terutama pada mereka yang tinggal serumah atau tidur di satu ruangan yang sama, meskipun belum menunjukkan adanya gejala.

Penularan dapat dicegah dengan menghindari kontak langsung atau hubungan seksual dengan seseorang yang diketahui mengidap skabies. Selain itu, orang yang tinggal serumah atau tinggal bersama di asrama sebaiknya menghindari penggunaan barang-barang seperti pakaian, handuk, seprai, dan lain-lain secara bersama-sama. Barang yang pernah digunakan oleh pengidap skabies dapat dicuci dengan air panas sebelum digunakan kembali. Pakaian dan barang-barang lain dari kain sebaiknya disetrika sebelum digunakan. Seprai harus sering diganti dengan yang baru maksimal tiga hari sekali. Benda-benda yang tidak dapat dicuci dengan air seperti kasur, bantal, atau guling dapat ditutup rapat dengan plastik selama sekurangnya 72 jam, lalu kemudian dijemur di bawah sinar matahari untuk membunuh tungau. Usaha menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan disertai dengan pola hidup sehat ini merupakan strategi utama untuk memutus siklus hidup tungau serta mencegah penularan skabies.

dr. Indranila Kurniasari, Sp.KK
RSI Banjarnegara

Beri komentar :
Share Yuk !