Wani Memetri Rahayuning Praja

Sesanti atau semboyan di atas ialah milik masyarakat Kabupaten Banjarnegara yang ditetapkan berdasarkan Perda Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara Nomor 11 Tahun 1988 tentang Lambang Daerah. Banjarnegara memiliki sesanti (semboyan) yang berbunyi Wani Memetri Rahayuning Praja yang bermakna : Segenap Warga Daerah Banjarnegara bertekad bulat melestarikan kemakmuran menuju kebahagiaan lahir batin bagi rakyat dan pemerintahannya.

Mengejar ketertinggalan, membangun peradaban tanpa meninggalkan sejarah. Itulah yang selalu dipikirkan atas semua cita-cita pimpinan daerah, termasuk Kabupaten Banjarnegara yang sedang terus berbenah menunjukan kemolekan alamnya yang terdiri dari lembah dan ngarai terbentang luas. Di hari lahirnya yang telah disepakati dirubah dari bulan Agustus sejak ditetapkan bulan maret 2019 yang lalu dan pelaksanaan perayaannya mulai tahun ini 26 Februari 2020 telah menginjak angka 499 tahun.

Pergantian bupati sejak pertama sampai sekarang, pemerintah dan masyarakat Banjarnegara telah menunjukan karakter konsep berpikir yang dinamis menyesuaikan peradaban. Termasuk perpolitikan yang membangun pemikiran masyarakat Banjarnegara yang tetap santun dan tenang dalam menghadapi perubahan, menyesuaikan daerah topografis yang dipagari pegunungan di tiap sekat kewilayahan bahkan sampai rukun tetangga dan warganya.

Tata alam dan penyebaran masyarakat banjarnegara seara geografisnya dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

Zona Utara, merupakan kawasan pegunungan yang merupakan sambungan bagian tak terputus dari Dataran Tinggi Dieng, meliputi pegunungan Serayu Utara. Relief daerah ini sangat curam dan bergelombang. Bahkan di bagian perbatasan dengan Pekalongan dan Kabupaten Batang terdapat beberapa puncak, gunung Rogojembangan dan Gunung Prahu. Beberapa kawasan digunakan sebagai objek wisata, dan terdapat pula pembangkit listrik tenaga panas bumi. Zona ini meliputi Kecamatan Kalibening, Wanayasa, Batur, Pandanarum, Pagentan, Pejawaran dan Karangkobar serta Madukara.

Zona Tengah, kabupaten ini merupakan zona depresi Serayu yang subur. Zona ini juga dilewati Jalan Nasinal pulau jawa sisi tengah terbentang dari Bawen sampai Banyumas tak terputus yang sebagian diwarisi dari zaman kolonial Belanda. Bagian wilayah ini meliputi Kecamatan Sigaluh, Banjarnegara, Bawang, Purwonegoro, Mandiraja, Klampok , Susukan, Wanadadi, Rakit dan Banjarmangu. Potensi daerah ini yang dialiri irigasi yang beriringan dengan Sungai Serayu menyebabkan daerah ini terkenal dengan Mina Taninya.

Zona Selatan, zona ini adalah daerah yang merupakan bagian dari Pegunungan Serayu Selatan, yang juga mempunyai relief curam berbatasan dengan Kabupaten Kebumen dan Banyumas sisi Selatan. Zona ini meliputi Kecamatan Pagedongan, Banjarnegara, Sigaluh, Bawangan dan Susukan sisi selatan.

Wilayah Banjarnegara sebagian besar ( 65 persen) berada di ketinggian antara 100 sampai 1000 meter dari permukaan laut. Dengan ketinggian tersebut menjadikan Banjarnegara merupakan wilayah yang subur dan mempunyai karakter yang sangat potensial dari segi persepsi topografi dan geografi yang bisa dijadikan nilai jual yang berkarakter didunia Global.

Secara teknologi, Banjarnegara harus menentukan prioritas kemajuannya di bidang mana yang paling mutakhir yang bisa dicapai. Bila ingin membangun megaproyek maka setidaknya menciptakan penjajagan sister city baik nasional maupun internasional yang menyesuaikan dengan kondisi Banjarnegara sehingga setidaknya study kelayakan moderenisasinya terukur dengan kota dan daerah lain yang telah menentukan peradabannya lebih dahulu.

Dalam usia sejarah 499 tahun bisa saja tidak pernah mendapatkan momentum pembangunan, dan mungkin saja setelah 499 tahun inilah momentum peradaban yang tertata dimulai, dengan dimulainya strategi Jalanisasi di semua pelosok, sudah menunjukan kemajuan komitment dalam pemerintahan menuju sasaran sesanti di atas.

Banjarnegara patut merenung bahwa nenek moyangnya adalah salah satu contoh di dunia dimana membangun peradaban di puncak Dieng dengan tatanan rumah peribadatan dan pemasyarakatan, dimana candi dan kanal kanal irigasi dan sisa sisa kerajaan purba berdiri dengan kemajuan saat itu. Seni, teknologi dan religi serta alam bersatu di Dieng.

Riak penyadaran kaum intelektual Banjarnegara baik penduduk asli maupun pendatang sangat kuat dan bahwa demokratisasi di Banjarnegara sangat terealisasi dengan baik. Ormas agama Islam terbesar di Indonesia ( Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah dan Syarikat Islam ) hidup berdampingan membangun komunitas religius yang kental dan menghargai agama dan kepercayaan lain. Tokoh tokoh lokal dan nasional Banjarnegara juga saling mendukung meski masih terkesan ada saling malu-malu untuk berkomunikasi. Anggota DPR RI dari daerah dapil VII Jateng termasuk Banjarnegara Kebumen dan Purbalingga juga minimal dua kali periode selalu stabil meraih suara dari daerah ini, artinya potensi konektifitas ke tingkat nasional sangat dekat, tinggal bagaimana ide dan karakter pimpinan sekarang diakomodir pemeritahan pusat dan propinsi, maka daerah ini bisa dijadikan salah satu Europe in Java, jika hanya pegunungan Dieng yang dingin dan sejuk saja yang menjadi simbol.

Banyaknya pejabat dan pimpinan satuan Kerja Perangkat daerah masih muda menjadikan potensi yang luar biasa bagi daerah ini. Karakter yang kuat dari Bupati saat ini seharusnya menjadi inspirasi yang kuat untuk inovasi serupa dengan filosofi jalan Jembar rejeki lancar. Andai semua jalan birokrasi, jalan komunikasi, jalan aspirasi, jalan inteltual, jalan teknologi, jalan transparansi dibuka lebih lebar maka niscaya Banjarnegara akan menjadi tempat yang menjadi rujukan paripurnanya sebuah program.

Program pertanian dan pengairan di sini tersedia, salak melimpah, terdapat perguruan tinggi sebagai tempat riset dan back up kebijakan, maka daerah ini tak perlu merasa tertinggal meski minimalis. Rumah sakit cukup empat saat ini, tapi ditingkatkan semua pelayanannya paripurna dan mutakhir. Sistem rujukan mudah didukung sarana jalan yang sudah diprogramkan bupati melalui anggaran daerah dan nasional, perikanan merupakan salah satu sentra nasional, maka Banjarnegara mampu swasembada apapun disamping tetap membuka akses ke luar daerah maupun ke dalam daerah.

Sebagai gambaran topografi yang sama mungkin Banjarnegara bisa mencontoh Hiroshima di tingkat Internasional, dan Bandung ditingkat Nasional. Tentunya hanya diambil sisi positifnya seperti cara enterpreuneur dan teknologinya beserta kebiasaanya. Zona zona modern kultur dan attitude bisa dimulai dari zona kota, kedisiplinan membangun lingkungan, membuat desain kota sampai kebiasaan yang disepakati dunia dengan zona anti sampah, kebiasaan, membuang sampah smpai merokok dan sebagainya. Semua itu tegantung apa yang dicita citakan akan sebuah peradaban. Jika kita membangun apa adanya maka jadikanlah apa adanya itu juga peradaban. Sehingga kultur kebiasaan dan kehidupan tekhnologi yang teratur menjadikan contoh dan bukti inilah sebuah cita –cita sesanti leluhur yang selalu ingin dicapai seluiruh masyarakat banjaranegara. Wani Memetri Rahayuning Praja.

Hari Ulang tahun 499 kali ini, Banjarnegara menunjukan semangat dari mulai dibangunya jalan sampai pelosok, janur kuning yang menunjukan filosofi cahaya surga artinya orang Banjarnegara tidak hanya mengingkinkan kebahagiaan dunia , namun juga akhirat. Dan karnaval yang diikuti seluruh masyarakat Banjarnegara bahkan dari luar kota menunjukan betapa semangat masyarakat Banjarnegara ingin maju menunjukan jati diri di tengah masyarakat global dan moderen. Tinggal keglobalan mana yang akan diambil dan modernisasi mana yang sejalan agar budaya daerah tetap terjaga. Bangga jadi warga Banjarnegara, semoga daerah lain mempunyai semangat serupa.

Penulis adalah Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara

Beri komentar :
Share Yuk !