Belajar dari Antisipasi Konflik Sosial Dalam Pengelolaan Wisata Sungai di Green Canyon Pangandaran


Kabupaten Banyumas yang terletak di wilayah Jateng Selatan memiliki cukup banyak potensi wisata. Bahkan jumlahnya lebih dari 30 titik. Kekayaan alam membuat Banyumas memiliki berbagai keindahan alam yang bisa disuguhkan.

Mulai dari pegunungan, air terjun atau curug, desa wisata, bahkan terbaru adalah wisata susur sungai Serayu.

DPRD Kabupaten Banyumas bersama sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkab Banyumas melakukan studi komparatif ke Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, guna “belajar” tentang pengelolaan wisata susur sungai Green Canyon (Cukang Taneuh) maupun destinasi wisata lainnya.

Studi komparatif yang dipimpin langsung oleh Ketua DPRD Kabupaten Banyumas Budhi Setiawan itu diawali dengan kunjungan lapangan di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Green Canyon.

Dalam kunjungan tersebut, rombongan yang terdiri atas Pimpinan DPRD Kabupaten Banyumas beserta sejumlah Ketua Fraksi dan perwakilan OPD berkesempatan mendengarkan paparan yang disampaikan oleh Kepala UPTD Green Canyon Ruslan dan Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Baban Rusmiadi yang juga sebagai Pengelola Teknis Green Canyon.

Terkait Pengembangan Wisata sungai Serayu, bahkan saat ini Pemda sudah membangun Dermaga.

Dengan panjang lokasi susur sungai hingga 3 KM, sangat memungkinkan nantinya muncul dermaga liar.

” Saat ini memang belum muncul, namun pemda harus melakukan antisipasi, agar wisata yang dikembangkan berkembang sesuai harapan, ” Ujar Deskart Setyo Djatmiko Pegiat Wisata Banyumas dalam kunjungan Study Komparatif Pengelolaan Pariwisata di Green Canyon Pangandaran, Senin (23/11).

Menurut Jatmiko pemerintah juga merangkul masyarakat, misalnya saat ini sudah dibentuk paguyuban masyarakat wisata sungai Serayu, termasuk memberdayakan, para penambang pasir.

Mereka juga dilibatkan dalam pengelolaan wisata sungai.

Diharapkan, ketika wisata susur Sungai Serayu diluncurkan secara resmi, semuanya harus sudah ditata lebih dahulu.

Dalam kesempatan Study Komparatif tersebut, Ketua Komunitas Pengelola Pariwisata ( Kompepar) Green Canyon Baban Rusmiadi memaparkan pengalannya.

Baban yang sebelumnya sebagai ABK perahu wisata cukup fasih menjelaskan pengalaman yang dialami.

Green Canyon sendiri, awalnya dikunjungi wisatawan dari Eropa sekitar tahun 90 an. Sejak saat itu kelompok masyarakat mulai banyak yang tertarik untuk ikut memberikan layanan wisata, mulai dari perorangan, kelompok masyarakat, hingga karang taruna.

Seiring waktu mulai muncul persoalan, mulai dari perang tarif, hingga saling klaim tamu. Contohnya, ketika tamu membawa brosur milik dermaga satu ternyata naik perahu lewat dermaga dua. Nah itu jadi masalah sendiri.

Kemudian untuk mengantisipasi gejolak tersebut lalu dibentuk Komunitas penggerak pariwisata yang dihimpun oleh pemerintah Ciamis saat itu.

Untuk menuju green canyon sendiri, melewati dua wilayah kecamatan dan empat desa. Salah satu desa yang dominan karena memiliki wilayah luas yakni desa Kertayasa.

Baban mengungkapkan, dulu terdapat 130 perahu dayung, namun setelah beralih dengan fiberglass kini terdapat 80 perahu, dengan ABK 160 orang.

Saat ini pengelolaan sudah relatif baik, tidak ada lagi perang tarif. Tarif juga ditentukan berdasarkan kesepakatan. Nilainya Rp 200 ribu. Tarif tersebut sudah mencakup, pemasukan untuk pemda, bagi ABK, kebersihan, hingga asuransi jasa raharja.

Lokasi green canyon yang relatif kecil juga tidak bisa dikunjungi wisatawan dalam jumlah banyak secara bersamaan. Saat ini masyarakat juga mengembangkan destinasi wisata baru, salah satunya body rafting.

Wisatawan disuguhi keindahan alam sekaligus tantangan menyusuri sungai dengan tantangan tersendiri.

Baban mengaku cukup tersanjung karena mendapat kunjungan dari Banyumas, menurut kedepan juga bisa terjalin kerjasama kabupaten pariwisata yang dapat saling mendukung.

Sementara itu Ketua DPRD Banyumas Dr Budhi Setiawan yang memimpin kunjungan tersebut mengungkapkan, banyak hal yang bisa dipelajari dari kunjungan tersebut.

Salah satunya yaitu cara menjual objek. Dengan lokasi yang terbatas namun bisa dijual hingga internasional, tentu hal itu perlu treatment tersendiri.

” Jika kita berkunjung ke green canyon itu dibatasi hanya 15 menit, dengan jarak tempuh kurang lebih 45 menit, ” Terangnya.

Budhi Setiawan mengakui kunjungan lapangan di Green Canyon ditujukan untuk melihat teknis pengelolaan destinasi wisata air tersebut termasuk pemberdayaan masyarakat sekitarnya.

Berbagai informasi yang mereka peroleh selama mengikuti studi komparatif tersebut merupakan ilmu yang sekiranya dapat diaplikasikan dalam pengembangan pariwisata di Banyumas ke depan, khususnya wisata susur Sungai Serayu. 

Rombongan DPRD dan Pemkab Banyumas juga menggelar diskusi tentang pengelolaan pariwisata bersama Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Pangandaran Tonton Guntari.

Tonton yang baru dua bulan bertugas di Disparbud menjelaskan  perkembangan pariwisata di Pangandaran ketika masih menjadi wilayah Kabupaten Ciamis hingga menjadi daerah otonomi baru sejak sembilan tahun lalu.

Dia pun mencontohkan ketika Pantai Parangtritis, Yogyakarta, mulai ditinggalkan wisatawan karena kondisinya kotor, sehingga bergeser ke pantai-pantai yang lain.

Meskipun Pangandaran memiliki berbagai destinasi wisata, pihaknya fokus untuk menggarap kebersihan di Pantai Barat dan Pantai Timur.

” Di pantai timur pengunjung bisa menikmati sun rise, sedangkan di pantai barat pengunjung bisa menikmati sun set, ” terangnya

Setelah dipercaya untuk menjabat Kadisparbud, Tonton makin berupaya maksimal dalam menggarap potensi wisata di Pangandaran guna mendukung visi misi pemkab setempat, salah satunya keinginan untuk meningkatkan kualitas wisatawan.

Kualitas wisatawan ini dapat diukur dengan lamanya menginap, kemudian banyaknya membelanjakan uang, sehingga terbentuknya pola pikir bahwa memang di sini ada kelasnya.

Di sisi lain, pihaknya juga sedang berupaya meningkatkan kunjungan wisatawan ke Pangandaran pada hari-hari biasa (weekdays) yang relatif sepi jika dibandingkan dengan akhir pekan (weekend) yang selalu dipadati wisatawan.

Upaya tersebut dilakukan dengan cara menggandeng pegiat media sosial, biro perjalanan wisata, perwakilan pengelola bus pariwisata, dan pihak lainnya.

Terlebih sektor pariwisata pada tahun 2021 ditargetkan mampu menyetorkan PAD Pangandaran sebesar Rp15 miliar berdasarkan hasil revisi dalam APBD Perubahan dan hingga saat ini sudah tercapai di atas 90 persen. ( Saw)

Beri komentar :
Share Yuk !