Dewan Sumber Daya Air Nasional Susun Rekomendasi Tetkait Kerusakan Ekosistem Sungai Serayu

BANYUMAS – Masyarakat Banyumas dan sekitarnya pada Akhir Maret dan awal April 2022 lalu dihebohkan oleh keruhnya air di sungai Serayu. Selain itu ribuan ikan dan biota sungai juga ikut terdampak.

Rupanya kematian dan keruhnya air sungai Serayu tersebut akibat dari Flushing dari Bendungan Mrica yang berada di Banjarnegara.

Hal tersebut rupanya menjadi isu nasional dan ditangkap oleh Dewan Sumber Daya Air Nasional yang merupakan lembaga dibawah kementrian Pekerjaan Umum ( kementrian PU).

Terkait hal itu Dewan SDA juga melakukan tinjauan langsung ke Bendungan Mrica atau Bendungan Panglima Besar Soedirman dan Bendung Gerak Serayu di Banyumas.

Pasca tinjauan tersebut Dewan SDA melakukan rapat kordinasi yang mengundang berbagai pihak, diantaranya Dinas Lingkungan Hidup ( DLH) Banyumas, Indonesia Power, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) , Forum Rembug Masyarakat Pengelolaan Sumber daya Air Serayu Hilir, dan Forum Masyarakat Peduli Lingkungan Banyumas.

Rapat dilakukan di Hotel Java Heritage Purwokerto, pada Kamis (30/6), yang dihadiri langsung oleh Kepala Sekretariat Dewan SDA Dr Hapy Mulya, serta Asekbang Kabupaten Banyumas Ir Dr Irawadi.

Ketua Forum Rembug Masyarakat Pengelolaan Sumber Daya Air Serayu Hilir, Eddy Wahono mengungkapkan,
Sedimentasi yang berada di bendungan Mrica adalah karena kerusakan daerah daerah resapan di hulu akibat alih fungsi lahan dengan adanya penanaman kentang atau pemanfaatan pertanian.

Namun tidak dapat melepaskan tanggung jawab Indonesia power dalam akibat pelepasan (flushing) lumpur pada awal bulan april 2022 yang tidak terkendali dan berakibat kerugian multi dimensi bagi pengguna dan kerusakan micro organisme dan habitat air seperti ikan ikan endemik yang ada di Sungai Serayu.

” Perlu dilakukan ketrerlibatan lintas kementrian ,Kementrian Lingkungan hidup dan kehutanan dan Balai besar Wil Sungai Serayu opak Dirjen Sumber Daya Air Kementrian PUPR untuk penanganan kerusakan hulu sungai,” ungkap Eddy Wahono.

Selain itu perlu pengawasan berkelanjutan pada sungai yang masuk kewenangannya.
Sangat diharapkan Indonesia power lebih meningkatkan fungsi koordinasi lintas sektoral hulu dan hilir , dan segera melakukan langkah perbaikan kerusakan habitat sungai serayu.

General Manager Indonesia Power Kuncoro mengungkapkan, pihaknya juga telah melakukan kordinasi dengan lintas kementerian.

Kolaborasi tersebut nantinya akan saling bahu membahu untuk melestarikan sumberdaya air terutama di sungai Serayu.

Ditanya jumlah sedimentasi yang masuk ke Serayu sekitar 4 juta meter kubik, ditahun 2021 sebanyak 6,5 juta m3.

Sebagai upaya mengurangi dampak lingkungan saat ini Indonesia Power tetap melakukan maintenance. Pengerukan sedimentasi dilakukan dan ditempatkan di lahan Indonesia Power.

Menurutnya flushing yang dilakukan saat ini juga terkontrol dan terkoordinasi dengan BBWSO dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi dan kabupaten.

Upaya recovery lingkungan yang dilakukan yakni dengan melakukan penghijauan. Termasuk berkolaborasi dengan para pegiat lingkungan di wilayah Banyumas dan sekitarnya. ( Saw)

Beri komentar :
Share Yuk !