EBT Di Tengah Hutan Mangrove

Energi Kehidupan di Dusun Bondan

ANGKUT AIR BERSIH : Seorang warga Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut mengangkut air bersih dengan perahu menyusuri aliran sungai di Kawasan Segara Anakan. Air bersih yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari itu diambil dari sumber air di gua yang berada di pulau Nusakambangan. (Istimewa)


CILACAP – Dusun Bondan merupakan salah satu dusun di Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap. Hamparan hutan mangrove dan sungai mengelilingi dusun yang berada di tengah kawasan Laguna Segara Anakan itu. Tak hanya jauh dari keramaian, sarana dan prasarana sangat minim.

Penerangan hanya mengandalkan lampu minyak karena tak ada jaringan listrik yang masuk ke dusun terpencil itu. Bahkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja menjadi barang langka. Air berlimpah yang berada di sekeliling dusun itu tak layak dikonsumsi lantaran payau. Tak pelak, untuk keperluan sehari-hari seperti memasak dan minum warga Dusun Bondan mengandalkan air bersih yang diambil dari mata air di Pulau Nusakambangan. Itu dilakukan saat musim kemarau, sedangkan ketika musim penghujan, air hujan menjadi tumpuan.  

Bukan perkara mudah untuk mendapatkan air bersih dari mata air di Pulau Nusakambangan. Bagi warga Dusun Bondan yang memiliki perahu, mereka bisa mengambil sendiri ke sumber air yang berada di goa yang terletak di pinggiran pulau penjara itu.

Merawat_panel_surya
RAWAT PLTH : Pengelola PLTH Dusun Bondan melakukan perawatan dengan membersihkan panel surya

Setidaknya dibutuhkan waktu sekitar tiga jam perjalanan dari Dusun Bondan menuju sumber air di Pulau Nusakambangan menyusuri sungai-sungai menggunakan perahu dayung. Jika beruntung, warga kembali ke rumah dengan perahu penuh air bersih. Namun ketika datang kesiangan, pulang dengan tanpa hampa.

Sementara bagi warga Dusun Bondan yang tak memiliki perahu, mereka terpaksa membeli air bersih dari pemilik perahu yang menjual jasa angkut air yang diambil dari Pulau Nusakambangan. Satu perahu air bersih setara lima drum ukuran 200 liter, mereka harus merogoh kocek Rp 200.000. Air sebanyak itu cukup untuk memenuhi kebutuhan satu keluarga selama satu minggu saat musim kemarau. Sedangkan ketika musim hujan tiba, untuk keperluan sehari-hari sebagian warga Dusun Bonda memilih menampung air hujan dengan tujuan menghemat pengeluaran.

Kondisi itu telah dijalani warga Dusun Bondan selama bertahun-tahun semenjak mereka tinggal di kampung yang terpencil itu. Namun itu dulu, kini mereka tak lagi risau urusan air bersih. Pasalnya sejak satu tahun terakhir telah hadir fasilitas desalinasi yang mampu menghilangkan kadar garam berlebih pada air laut untuk mendapatkan air yang layak konsumsi. Fasilitas yang diberi nama Sistem Desalinasi Berbasis Masyarakat (Sidesi Mas) itu merupakan pengembangan dari Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) yang memanfaatkan tenaga surya dan angin.

“Alhamdulilah, sekarang sebagian besar warga Dusun Bondan sudah menikmati air bersih dari fasilitas Sidesi Mas. Dulu kita memang kesulitan akses air bersih. Ketika musim kemarau air bersih mengambil dari Nusakambangan dengan risiko yang luar biasa. Saat musim hujan kita menampung air hujan dengan menggunakan drum, tentunya dimasak dulu sebelum dikonsumsi,” kata Muhammad Jamaludin (29), warga Dusun Bondan, Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut.

Pria yang akrab disapa Jamal ini mengatakan, fasilitas desalinasi yang mulai beroperasi sejak 2020 tersebut mampu menghasilkan air bersih 2.000 liter per hari. Dalam sehari satu kepala keluarga bisa mendapatkan lima jerigen air bersih kapasitas masing-masing 30 liter.

“Satu KK dibatasi maksimal lima jerigen dengan iuran sebesar Rp 1.500 per jerigen. Uang tersebut untuk perawatan fasilitas desalinasi,” katanya.

Jamal bersyukur, dengan adanya fasilitas desalinasi hasil terobosan rekayasa teknologi PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Cilacap kerjasama dengan Politeknik Negeri Cilacap ini sangat membantu meringankan warga Dusun Bondan, karena lebih hemat.

“Mungkin masih ada warga Dusun Bondan yang mengambil air ke Nusakambangan karena memiliki perahu sendiri. Namun sebagian warga lainnya sekarang sudah memiliki sumber air sendiri yang memanfaatkan fasilitas desalinasi ini. Ini sangat meringankan pengeluaran, lebih hemat,” ucapnya.

Menengok kebelakang, Jamal menceritakan kondisi Dusun Bondan dengan segala keterbatasan, terpencil dan tidak memiliki akses jalan.

“Sebelum tahun 2017, Dusun Bondan kondisinya sangat kegelapan. Penerangan kita ketika malam hari menggunakan lampu klenting dengan bahan bakar minyak tanah. Alhamdulilah, dengan adanya pembinaan-pembinaan dari pihak Pertamina RU IV Cilacap yang tentunya bekerjasama dengan pihak terkait lain ada sebuah terobosan berupa pembangkit listrik tenaga surya dan angin ini,” tuturnya.

Jamal mengungkapkan, pemasangan jaringan listrik dari PLN tidak memungkinkan dipasang di wilayah Dusun Bondan karena sulitnya akses jalan. Sehingga PLTH tepat diterapkan di Dusun Bondan. Dengan perangkat lima kincir angin dan 24 panel surya, saat ini mampu menghasilkan kapasitas listrik 16.200 Watt Peak (WP). Awal dibangun kapasitas listrik yang dihasilkan sebesar 6.000 WP, kemudian pada 2019 ditingkatkan menjadi 12.000 WP dan pada awal 2020 menjadi 16.200 WP.  

“Energi listrik dari PLTH inilah yang tepat diterapkan di Dusun Bondan. PLTH ini sudah dinikmati oleh 40 KK dengan pemakaian rata-rata 500 watt per rumah per hari. Untuk keperluan perawatan, tiap KK yang menikmati penerangan dari PLTH dikenakan iuran sebesar Rp 25 ribu per bulan,” ungkap Humas PLTH Dusun Bondan ini.

Setelah adanya PLTH, Jamal melanjutkan, Dusun Bondan banyak perubahan-perubahan. Dari sisi ekonomi, sosial dan sebagainya. Salah satu perubahan yang sangat signifikan dialami anak-anak usia sekolah. Anak-anak Dusun Bondan sekarang bisa belajar maksimal ketika malam hari berkat penerangan PLTH.

“Dulu ketika saya belum seperti itu, belajar ala kadarnya saja karena gelap sekali. Alhamdulilah, adik-adik saya sekarang, anak-anak di Dusun Bondan bisa belajar maksimal pada malam hari,” ucapnya.

Selain untuk pemanfaatan untuk penerangan rumah tangga, energi listrik PLTH digunakan untuk fasilitas Sidesi Mas dan keperluan usaha industri lainnya. Kini Dusun Bondan sudah menjadi desa mandiri energi.

“Terima kasih kepada Pertamina Cilacap dan Politeknik Negeri Cilacap dan pihak-pihak terkait lainnya yang sudah memperhatikan kami warga Dusun Bondan dari keterpurukan menuju perubahan yang sangat luar biasa. Karena selama 20 tahun lalu tidak ada penerangan, namun sekarang sudah bisa. Begitu juga air bersih, sekarang sudah tersedia,” tutupnya.

Cecep Supriyatna, Area Manager Communication, Relations & CSR Refinery Unit (RU) IV Cilacap – PT KPI mengatakan, melalui program CSR PT KPI Unit Cilacap berhasil mengoptimalkan tenaga surya dan angin menjadi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Dusun Bondan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat, kegiatan UMKM pesisir, pengolahan tambak ikan terpadu serta sarana prasarana masjid dan sekolah.

“Dampak lanjutannya, EBT ini dimanfaatkan untuk mengubah air payau menjadi air bersih layak konsumsi melalui Sistem Desalinasi Air Berbasis Masyarakat (Sidesi Mas),” katanya. (*)



Beri komentar :
Share Yuk !