Guru Besar Fapet Unsoed Kembangkan Keju Lokal

PENGUKUHAN : Prof.Dr.Triana Setyawardani,S.Pt.,MP dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Teknologi Hasil Ternak

PURWOKERTO – Fakultas Peternakan Unsoed kembali menambah jumlah guru besarnya. Dekan Fakultas Peternakan Unsoed, Prof.Dr.Triana Setyawardani,S.Pt.,MP dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Teknologi Hasil Ternak di Auditorium Graha Widyatama Prof Rubijanto Misman, Unsoed, Kamis (28/7), ungkap Humas Dies Natalis ke-56 Fakultas Peternakan Unsoed Ir.Alief Einstein,M.Hum.

Dalam orasi ilmiah Prof.Dr.Triana Setyawardani,S.Pt.,M.P. (Dekan Fakultas Peternakan Unsoed,) yang mengangkat tema “Pengembangan Keju Lokal sebagai Pangan Fungsional”, Prof. Triana menjelaskan bahwa di masa pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya berakhir saat ini, pemerintah melakukan berbagai upaya pemulihan pada semua lini, termasuk pada pemenuhan kebutuhan pangan.

Susu merupakan satu produk pangan hewani yang mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, yaitu untuk pemeliharaan sel dan jaringan, maupun untuk pertumbuhan dan aktivitas.

“Salah satu kelemahan utama susu segar adalah sifatnya yang mudah mengalami kerusakan (highly perisable food), sehingga memiliki keterbatasan waktu penyimpanan. Kerusakan susu dapat disebabkan oleh faktor fisik, kimia, biokimia, dan terutama mikrobiologi,” jelasnya.

Oleh karenanya, pengolahan susu segar menjadi berbagai produk susu olahan dilakukan untuk tujuan memperpanjang masa simpan sekaligus meningkatkan nilai fungsional produk.

Susu segar dapat diolah menjadi susu cair siap konsumsi, mentega, keju, yogurt, kefir, susu bubuk, susu evaporasi, krim dan lain sebagainya.

“Susu segar merupakan bahan dasar untuk membuat keju. Pengolahan susu menjadi keju telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu, khususnya di wilayah Timur Tengah dan Eropa.

Pengolahan keju dengan bahan dasar susu segar produksi peternak sapi perah lokal Indonesia masih relatif baru. Walaupun belum banyak variasinya, saat ini sudah terdapat beberapa jenis keju yang dapat dianggap sebagai keju lokal Indonesia,” imbuh Prof. Triana.

Prof. Triana berujar, keju lokal tersebut antara lain Dangke dari Sulawesi Selatan, keju Dali Ni Horbo dari Sumatra Utara, dan keju Kemal (keju Malang) dari Malang Jawa Timur.

Inovasi dalam proses pengolahan untuk menghasilkan keju karakteristik dan citarasa khas dan sesuai dengan selera masyarakat Indonesia perlu terus dilakukan.

Keju dibuat dengan menggumpalkan protein susu, khususnya kasein. Penggumpalan kasein difasilitasi dengan penambahan enzim chymosin atau rennet. Proses selanjutnya berupa pemisahan whey, pengepresan, pencetakan hingga pemeraman. Bahan baku dan proses spesifik yang diterapkan menentukan jenis keju yang dihasilkan.

“Inovasi untuk menghasilkan keju sebagai makanan fungsional merupakan bidang fokus penelitian Prof. Triana. Makanan fungsional merupakan makanan yang secara alami atau melalui proses pengolahan mengandung komponenkomponen bioaktif yang secara fisiologis bermanfaat bagi kesehatan tubuh,” ujar Dekan Fakultas Peternakan Unsoed ini.

Keju memiliki kandungan berbagai komponen bioaktif yang berasal dari susu, misalnya peptide bioaktif, asam-asam amino, asam-asam lemak dan berbagai jenis enzim. Sifat fungsional keju dapat ditingkatkan dengan menambahkan probiotik, kolostrum, dan juga fitokimia dari berbagai jenis herbal asli Indonesia.

“Pengembangan keju yang berbasiskan sumber daya lokal juga akan mendorong dihasilkannya produk keju olahan di Indonesia yang hingga saat ini, sebagian besarnya masih dipasok oleh produk impor,” pungkasnya. (*)

Beri komentar :
Share Yuk !