Hoax Ancam Disintegrasi Bangsa

Perlu Sinergi Membangun Konten Cerdas dan Bertanggung Jawab

PURWOKERTO – Informasi bohong atau hoax di media sosial yang masif terjadi bisa berdampak pada disintegrasi bangsa. Bahkan seseorang yang menjadi korban hoax bisa bersikap irasional, cemas, hingga membenci.

Hal itu disampaikan Staf Ahli Kominfo Henri Subiakto dalam Talk Show dan work
Shop bertema ” Cerdas Membangun Konten, Melawan Hoax Ditengah Pandemi”,
Rabu (16/6).

Dalam kesempatan Talk Show yang digelar secara hybrid, online dan dan tatap muka tersebut ia mengupas banyak hal tentang bahaya dan ancaman Hoax.

Di Indonesia jumlah pengguna internet sebanyak 220 juta orang. Dari jumlah tersebut masih ada yang memanfaatkan internet untuk menyebarkan hoax.

Menurutnya medsos menjadi sumber disinformasi. Medsos juga membentuk kesadaran semu, bahkan digunakan sebagai mesin politik yang merongrong
demokrasi. Medsos juga mendorong hasrat manusia untuk diperhatikan dan menciptakan diksi sosial.

Staf Kominfo Henri Subiakto

Lebih lanjut diungkapkan, kenapa masyarakat masih percaya hoax, biasanya hanya membaca judul dan tidak mencerna isinya. ” Hoax dipercaya gara gara sesuai suudhon kita atau cocok dengan prasangkanya,” ungkapnya.

Dampaknya orang menjadi teprovokasi, orang ribut saling berdebat, hingga muncul
netizen Indonesia paling tidak sopan.

Lebih parahnya saat ini bahkan hoax diciptakan oleh para buzer. Hoax atau kabar bohong dibuat secara sengaja lewat manipuasi fakta dan mengelabui orang.

Informasi ini secara terus menerus disampaikan hingga membuat orang merasa
informasi tersebut benar adanya.

“Misal ada hoax di grup alumni, kadang yang nyebar kakak kelas, saudara sendiri,akhirnya kita ngalah, apalagi grup keluarga, grup pengajian, ujarnya
menambahkan.

Lebih lanjut diungkapkan, hasil riset Oxford University di 70 negara, ada negara
yang menggunakan buzer atau cyber army. Terdapat manipulasi disinformasi secara global di banyak negara.

Termasuk di India dan Indonesia, dimana privat contractor atau swasta, di kalangan
bisnis, politik dan partai, menggunakan Buzer. Sedangkan goverment tidak menggunakan Buzer. Namun di Iran dan Israel govenrment agency memilki buzz Eropa.

Di medsos juga terjadi segregasi atau pengelompokan, dampaknya orang menjadi
merasa saling benar.

Saat ini manusia menjadi homo digitalis, jika ada yang tidak suka pemerintah, maka dikumpulkan dalam kelompok orang yang tidak suka pemerintah melaui sistem algoritma.

Bahkan Amerika juga mengalami dampkhoax tersebut, yaitu munculnya kelompok
orang yang menolak hasil pemilu, hingga terjadi kerusuhan.

Negara yang porakporanda akibat Hoax diantaranya Suriah ,Irak, Libia, karena semua merasa benar.

Maka ia juga berharap Indonesia harus dijaga. “Jika Indonesia terbelah gara gara hoax, jangankan mencari kerja, ibadah aman, mempertahankan nyawa juga belum tentu bisa. lihat di Suriah, Irak, Libia, negara itu hancur semua merasa paling benar
dna termakan hoax, terangnya”

Sementara itu Prof KH Haedar Nashir M Si selaku Ketua Umum PP Muhammadiyah mengungkapkan, Media massa dan media sosial serta para tokoh berperan membangun penyadaran masyarakat terkait peningkatan kecerdasan, keilmuan
dan tanggung jawab.

Perlunya kerjasama merajut persatuan bangsa, termasuk membangun pearadaban dan kemajuan bangsa. Maka tema “Cerdas Membangun Konten, Melawan Hoax Ditengah Pandemi” sangat penting. Agar generasi bangsa tidak menjadi korban
Hoax.

Seminar yang dilaksanakan oleh Majalah Suara Muhammadiyah tersebut bekerjasama dengan Kementian Komunikasi dan Informasi ( Kominfo), diharapkan mampu memberi kontribusi positif. Termasuk mengajak masyarakat agar selalu
membuat konten konten cerdas, positif dan bertanggung jawab.

Sementara itu Nara Sumber yang hadir dalam Talk Show tersebut yaitu Robi Sofwan Koresponden CNN Indonesia, Herman Dody selaku Trainer, dan Irfan Amalee PeaceGen Indonesia.( Saw)

Beri komentar :
Share Yuk !