Inflasi Purwokerto dan Cilacap Masih Terkendali

BANYUMAS– Inflasi di Purwokerto dan Cilacap pada Maret 2020 masih terkendali dan berada dalam rentang sasaran inflasi Nasional sebesar 3±1 persen (yoy). Inflasi di Purwokerto tercatat sebesar 0,05 persen (mtm), dan 2,81 persen (yoy). Sementara inflasi di Cilacap tercatat sebesar 0,06 persen (mtm), dan 2,15 persen (yoy). Namun Inflasi selama bulan Maret di kedua kota tersebut terpantau masih lebih tinggi dibandingkan inflasi di Jawa Tengah yaitu sebesar 0,02 persen (mtm).

Kepala Perwakilan BI Purwokerto Samsun Hadi mengungkapkan, pada Maret 2020, Purwokerto mengalami inflasi sebesar 0,05 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,58 persen (mtm). Pencapaian inflasi di Purwokerto terpantau lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah sebesar 0,02 persen (mtm), namun lebih rendah dibandingkan inflasi di Cilacap dan Nasional yang masing-masing tercatat sebesar 0,06 persen (mtm) dan 0,10 persen (mtm).

Inflasi Maret 2020 di Purwokerto terutama bersumber dari peningkatan harga komoditas pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang memberikan andil sebesar 0,06 persen, terutama bersumber dari kenaikan harga perhiasan emas.

Beberapa komoditas lain yang menjadi penyumbang utama inflasi antara lain adalah gula pasir, telur ayam ras, dan aneka rokok. Di sisi lain, laju inflasi tertahan oleh deflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang bersumber dari komoditas bawang putih, cabai merah, cabai rawit, minyak goreng, dan daging ayam ras.

“Harga emas mengalami lonjakan yang cukup signifikan, ini menjadi salah satu penyumbang inflasi di Purwokerto,'” terangnya.

Secara tahunan inflasi di Purwokerto pada 2020 diperkirakan berada pada kisaran 2,5 persen sampai 3,0 persen (yoy) atau berada dalam rentang target inflasi 2020 sebesar 3±1 persen (yoy). Beberapa hal yang berpotensi mendorong laju inflasi antara lain penetapan harga yang ditentukan Pemerintah, seperti cukai rokok.

Selain itu, inflasi bahan makanan karena faktor musiman (cuaca dan masa tanam) serta tingginya permintaan pada hari besar keagamaan dan periode liburan. Dari sisi eksternal, faktor yang berpotensi menyumbang inflasi antara lain kenaikan harga komoditas impor sebagai dampak dari fluktuasi nilai tukar Rupiah dan kondisi perdagangan dunia. Mewabahnya Covid-19 yang membatasi aktivitas produksi dan perdagangan juga berisiko terhadap pencapaian inflasi pada 2020.

Lebih lanjut diungkapkan, sebagai upaya pengendalian harga, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Banyumas telah melakukan beberapa kegiatan antara lain pemantauan harga rutin komoditas bahan pangan strategis seperti beras, daging ayam ras, telur ayam ras, dan komoditas hortikultura. Fokus pengendalian inflasi TPID Kabupaten Banyumas pada 2020 antara lain peningkatan pasokan bahan makanan terutama beras, cabai merah, bawang merah, bawang putih, gula pasir, dan minyak goreng, serta koordinasi antar daerah dalam upaya pengendalian inflasi. (saw)

Beri komentar :
Share Yuk !