Kisah Dokter Akupuntur Keliling Terus Edukasi Hadapi New Normal

Jarum jam menunjukkan pukul sembilan pagi, seorang dokter muda Syarif Hadi tengah bersiap dan berkemas, selain alat pelindung diri standar, juga ada beberapa dus steril acupunture needles atau jarum akupuntur, stetoskop, alkohol.

Setelah persiapan selesai, dengan beberapa asistennya dokter yang juga penanggungjawab Klinik Pratama Rawat Inap Nahdatul Ulama (NU) Sumpiuh ini mengendarai ambulan menuju Desa Kuntili Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas. Tak jauh dari tempatnya bekerja, hanya sekitar tiga kilo meter saja jaraknya.

Dengan ramah, dokter hadi melakukan koordinasi dan ‘kulonuwun’ ke kepala desa setempat. Setelah beberapa menit kemudian aksi blusukannya dilakukan, untuk awalan beberapa perangkat desa sudah mengantri, untuk diberi tindakan tusuk jarum.

Pertama adalah Sekretaris Desa Kuntili Sarbini Joko yang mendapatkan pelayanan medis tradisonal akupuntur secara gratis. “Dokter, saya gangguannya sering kesemutan tangannya. Sudah setengah bulan lebih ini tangan saya kebas, apalagi kalau gowes sepeda krasa banget,” kata Sarbini.

Sejurus kemudian terdengar lirih “Bismillahirohmanirrohim” dari mulut dokter Hadi, sambil membuka alkohol dan dioles ke beberapa bagian tubuh Sarbini. Jarum yang ditusukkan ukurannya sangat kecil, sekitar 0.2 milimeter, dengan panjang 15 mili meter. Akibat tusukannya sesekali Sarbini terlihat berjingkat, dan menahan sakit.

Setelah dilakukan penusukan jarum yang disesuaikan dengan keluhannya. Dokter Hadi melakukan hal yang sama kepada pasien lainnya. Sekitar 20 menit kemudian, jarum yang menempel di tubuhnya dicabut. “Alhamdulillah, lebih enteng. Tadi tangan saya kesemutan, ini sudah tidak lagi. Semoga sembuh,” kata Sarbuni, Kamis (25/6) di Kantor Desa Kuntili, kemarin.

“Menuju era new normal ini, masyarakat masih takut ke tempat pelayanan kesehatan. Dengan ini, kami berusaha lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, kita sudah mendatangi tujuh desa, kami menargetkan seluruh desa dan kelurahan di Sumpiuh bahkan akan kami ulang terus. Saat di lapangan juga kita selalu sosialisasikan tentang new normal, pelaksanaan juga selalu terapkan protokol kesehatan new normal,” kata Hadi.

Selain sosialisasi, saat akupunturpun, tanpa diminta pasien ada beberapa titik pada tubuh pasien yang ditusuk jarum yang merupakan titik untuk meningkatkan daya imunitas pasien. “Ini cara kita membantu masyarakat terkait imunitas dan daya tubuh warga di Sumpiuh. Ada titik yang bisa meningkatkan imunitas tubuh. Tanpa diminta saya melakukannya, semoga ada manfaat bagi masyarakat,” kata dokter lajang yang merupakan kelahiran Jakarta dan mengabdi setahun terakhir di Sumpiuh ini.

Bagi Hadi, sosialisasi mendekat ke masyarakat dan memberikan pelayanan akupuntur gratis ini akan terus dilakukan ke suluruh desa yang ada di Sumpiuh. Secara bergilir dan akan terus berulang.

Kades Kuntili Salamun mengaku bersyukur desanya mendapat pelayanan kesehatan akupuntur gratis termasuk edukasi terkait new normal. “Ini menarik, dan saya atasnama warga mengucapkan terimakasih ada dokter yang mau turun ke bawah, blusukan semacam ini,” katanya. (*)

Beri komentar :
Share Yuk !