Melukis Bersama Pelukis Pelataran Banyumas Seri 2

PURWOKERTO – Minggu 13 Oktober 2019,  bertempat di Oemah Makan Maen Rempoah Baturraden 19 pelukis yang berasal dari Banyumas, Cilacap , Purbalingga dan Banjarnegara berkumpul kembali untuk kedua kalinya mengadakan kegiatan melukis bersama.

Beragam aliran lukis mereka tuangkan kebahan kanvas dan kertas dengan alat cat minyak, cat akrilik dan juga spidol.

Ada realis, naturalis, poster hingga kaligrafi bahkan ada juga yang berekspresi dengan karya komik strip berbahasa banyumasan yakni Cipto Pratomo.

Selain berkarya komik, Cipto juga membawa sample komik – komik strip dengan ratusan judul.

Komik strip karya Cipto sudah tercatat di musium rekor Muri tahun 2008 sebagai karya komik strip banyumasan terbanyak nasional bahkan juga terbanyak secara internasional kala itu dengan jumlah 535 judul.

Acara kegiatan ngumpul bareng pelukis pelataran Banyumas ini dibuka secara resmi oleh Zen Ahmad. Dalam sambutanya beliau mengatakan harapan  “ acara seperti ini sangat bermanfaat selain sebagai ajang silaturahmi  juga saling tukar pengalaman seputar kesenirupaan, selain itu juga bisa sebagai wahana rekreasi serta sarana edukasi,’’ tuturnya.

Acara melukis/ berjarya rupa kali ini juga diramaikan dengan unjuk kebolehan dari budayawan seni peran Thithut Edi Purwanto dengan menampilkan tema, ‘didalam kegilaan ada kemuliaan’.

Dia mengatakan “yang dimaksud, berjarya itu bisa didasari oleh kegilaan melalui idenya, hasil karyanya, ujudnya atau apa saja yang tertuang didalam berjarya”, katanya.

Diawali dengan masuk arena, Thithut berteriak-teriak menghardik , merancu kepada semua tamu yang hadir, spontan pengunjung rumah makan ini terkejut, bahkan ketakutan dikira memang kedatangan orang gila beneran.

Tidak sampai disitu dia bahkan naik ke meja makan, minum air yang ada di meja bahkan menumpahkan kepada yang ada didekatnya.

Setelah itu dia ditangkap oleh peserta pelukis, meronta dan akhirnya terbelenggu dalam pasungan serta dirantai dan digembok. Namun dia masih tetap melanjutkan umpatannya mengatakan dia tidak gila yang gila pengunjunggnya.

Rombongan tamu dari Semarang yang kebetulan sedang berada disitu tadinya juga ketakutan namun setelah tahu bahwa itu hanya bagian dari acara mereka justru terpungkal-pingkal, tertawa lepas menikmati ocehan Thithut yang menggunakan dialek khas banyumasannya.

Beliau  juga menorehkan imajinasinya lewat goresan kanvas serta mengomentari tentang komik strip banyumasan.

“Ini komik syarat hiburan dengan tidak meninggalkan sisi edukasi, juga termasuk satu cara dalam nguri- uri bahasa banyumasan, isinya humor ringan yang menyegarkan. Yang jelas sebagai obat pengendur syaraf dari ketegangan,” pungkasnya. (iio)

Beri komentar :
Share Yuk !