UIN SAIZU Purwokerto ‘Nylameti Jeneng’


Bertepatan Dengan Hari Lahir Pancasila

POTONG TUMPENG : Rektor UIn SAIZU M Roqib Mag secara simbolis melakukan potong tumpeng dalam kegiatan Nylameti Jeneng atas perubahan IAIN Purwokerto menjadi UIN SAIZU

PURWOKERTO – Institut Agama Islam Negeri ( IAIN) Purwokerto resmi menjadi Universitas Islam Negeri ( UIN ) Saifudin Zuhri. Universitas Islam Negeri Prof K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto, kemudian disingkat UIN SAIZU.

Hal itu sejak ditandatanganinya, Peraturan Presiden RI Joko Widodo pada tanggal, 11 Mei 2021 dengan Nomor 41 tahun 2021. Adapun Salinan Perpres tersebut diterima pihak kampus, Jumat (28/5/2021) kemarin.

Dalam kesempatan “Nylameti Jeneng” atau Walimatut Tasmiyyah’, Selasa (1/6), Rektor UIN SAIZU M Roqib MAg mengungkapkan, beberapa pertimbangan Nama Siafudin Zuhri layak disematkan menjadi nama Universitas Islam Negeri ( UIN) Syafudin Zuhri, yaitu, pertama tokoh tersebut asli Banyumas, kedua beliau seorang ulama, yang sudah diakui oleh masyarakat pesantren.

Ketiga adalah akademisi, seorang yang terjun di dunia intelektual dan reputasi keilmuannya diakui dengan pemberian gelar profesor.

Keempat, beliau adalah seorang wartawan, yang cukup produktif, dan menulis banyak buku. Kelima, adalah seorang politisi, hingga menjabat sebagai seorang Menteri Agama di Tahun 1962 sampai tahun 1967. Beliau juag memiliki kemampuan yang sangat baik dalam komunikasi hingga lobi politik. Sehingga nama beliau layak disemankan menjadi nama UIN Syafudin Zuhri.

Saifuddin Zuhri menjadi Menteri Agama RI (1962-1967) di era Orde Lama Pimpinan Presiden Soekarno. Saifuddin menjadi Menteri Agama yang mempelopori berdirinya IAIN di seluruh Indonesia, termasuk di Kota Purwokerto. Yang menarik, Saifuddin Zuhri berasal daari Sokaraja, Banyumas.

“Agar lebih mudah kita menyebutnya, UIN SAIZU. Dalam bahasa Jepang SAIZU artinya takaran atau timbangan, sehingga nama ini akan cocok dan terukur antara kebutuhan masyarakat, termasuk dalam keseimbangan ilmu agama dan ilmu umum sesuai dengan proporsi yang dibutuhkan,” ungkap Roqib.

Terkait dengan perubahan nama tersebut, spirit yang dibangun yakni, dari sebelumnya yang hanya IAIN Purwokerto saja, dengan Nama UIn Saizu, warga kampus, diharapkan memiliki semangat yang tinggi untuk mengapresiasi, minimal sesuai dengan tokoh yang namanya disematkan sebagai nama kampus.

“Pertama jelas keulamaanya, intelektual, komunikasinya bagus, penulis yang bagus. Misalpun kedepan lulusannya jadi politisi, itu juga harus menjadi politisi yang bagus untuk kebangsaan dan kerakyatan, dan jangan hanya memikirkan dirinya sendiri,” terangnya.

Saat ini UIN sendiri memiliki 11 ribu mahasiswa, dengan Lima fakultas, diantaranya Tarbiyah, Syariah, Dakwah, Fakultas Ekonomi Bisnis, ada pula pasca sarjana untuk S2, dan S3.

UIN Saizu juga diharapkan menjadi destinasi pendidikan yang layak di Jateng dan Indonesia. Saat ini UIN Saizu juga tengah mengembangkan kampus di Purbalingga . Tahun 2023 ditargetkan sudah dibangun enam gedung, dengan pembangunan konsep multi years.

Adapun anggaran yang disediakan sekitar Rp 148 miliar. Saat ini tanah di Kota Purbalingga 4,5 hektar, di Karangsentul dan Karangjengkol ada 12 hektar lebih. Secara keseluruhan di Purbalingga terdapat 17 hektar. Sedangkan dari Pemda Banyumas terdapat 2,7 hektar lokasi di sebelah Fakultas Tarbiyah.

Kajian Islam Dan Budaya Menjadi Pembeda

UIS Saizu sendiri memilik pembeda dengan universitas lain. Salah satunya yaitu Kajian dan Pengembangan Budaya Panginyongan. Terkait dengan pengembangan bahasa melayu. Di

Banyumas ada tinggalan masyarakat melayu, kerajaan dahulu, kaitannya dengan Bahasa Jawi atau tulisa Jawi, yang secara penulisan menggunakan bahasa Arab tetapi bacaanya dengan bahasa Melayu.

Kajian Islam dan budaya di Banyumas Raya dan Melayu Raya menjadi salah satu distingsi berubahnya IAIN menjadi UIN SAIZU Purwokerto. Salah satu trigger dalam konteks akademis dan penelitian adalah lahirnya Terjemah Al Qur’an Banyumasan. Sebuah project emosional dan substansial. Bagaimana, UIN menjadi pelopor membumikan Al Qur’an sesuai dengan kearifan local.

Al Qur’an diterjemahkan dalam Bahasa daerah Banyumasan (Panginyongan) mendekatkan diri pada budaya masyarakat.

Hal tersebut diupayakan, menjadi pembeda dari perguruan tinggi lain. Sedangkan untuk bidang yang sama itu sudah menjadi semua tugas perguruan tinggi, misal akreditasi program studi ( Prodi) dan Institusi harus mencapai unggul. Tidak hanya diakui di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Kemudian peningkatan jejaring, baik tingkat lokal, nasional, hingga Internasional.

Terkait dengan Jurnal misalnya, untuk selalu menembus fokus. sehingga semua potensi sudah ada dari sekup internal. Termasuk guru besar, akan diupayakan semakin dinamis, setiap tahun atau semester lahir guru besar.

Hal lain adalah menata struktur, sebagai konsekuensi dari perubahan ini akan ada lembaga lembaga baru dari IAIN menjadi UIN. ” Pasti nanti ada penambahan struktur agar lebih efektif,”terangnya.

Diharapkan di Tahun 2022 sudah bisa mencapai akreditasi A. Setelah remi menjadi UIN, harapannya UIN Prof Saizu bisa meningkatkan kemampuan, baik secara akademik maupun kelembagaan. Dan diakui ditingkat Nasional maupun internasional.

Seluruh potensi bisa berkembang dan bersinergi denganseluruh komponen masyarakat. Adapun upaya yang dilakukan yakni, penataan kembali potensi yang dimiliki. Termasuk sinkronisasi berbagai aspek, dari yang teknis hingga yang sifaynya perumusan kebijakan.

Berikut perjalanan status UIN SAIZU Purwokerto hingga turunnya Perpres No 41 Tahun 2021.

1962 Fakultas Tarbiyah Al-Djami’ah Sunan Kalijaga.

1964 Berstatus ‘Negeri’, Menginduk IAIN Al- Djami’ah Al-Hukumiyah Yogyakarta.

1993 Menginduk ke IAIN Walisongo Semarang.

1997 menjadi STAIN Purwokerto.

2012 membuka Program pascasarjana pertama kali.

2014 menjadi IAIN Purwokerto.

2021 menjadi UIN Prof. K.H. Saifudin Zuhri (UIN SAIZU). (saw)

Beri komentar :
Share Yuk !