Anak Putu Bonokeling Gelar Ritual Unggahan

BANYUMAS – Masyarakat Adat Tradisi Anak Putu (ATAP) Bonokeling   dari Cilacap dan Banyumas menggelar prosesi ritual Unggah-unggahan. Prosesi ini digelar di komplek Makam Bonokeling, Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Jumat (26/4).

Unggahan Bonokeling sendiri digelar setiap Jumat terakhir pada bulan Ruwah (Syaban) guna menyambut datangnya bulan puasa. Tradisi Unggahan kemarin diikuti sekitar 1.000 anak putu Bonokeling.

“Kalau dulu bisa sampai 1.500, sekarang karena ada kegiatan di berbagai daerah yang sudah terpencar menjadi enam kelompok sehingga ada juga acara bersamaan lainnya yang dilaksanakan di daerah masing-masing. Tahun ini dibawah 1.000, karena ada empat bedogol yang menyelenggarakan acara,” kata Juru Bicara Masyarakat Adat Bonokeling, Soemitro kepada Radar Banyumas kemarin.

Dia mengatakan, awalnya Masyarakat Adat Tradisi Anak Putu (ATAP) Bonokeling berada di daerah yang kental dengan adat budayanya. Mereka bermula dari among tani atau bercocok tanam di Desa Pekuncen, Jatilawang. Sehingga, pada waktu itu mengembangkan sosial budaya serta agama.

“Orang Jawa kan tani, kalau panen itu ada slametan. Bertanam sembari menyebarkan tentang gotong royong,” ujar dia.

Kemudian, lanjutnya, tradisi slametan, bertanam sembari menyebarkan tentang gotong royong dikembangkan dan kini membentuk kelompok-kelompok.

“Pertumbuhan penduduk semakin banyak, sampai sekarang ada enam kelompok. Masing-masing kelompok memiliki anak putu dan memiliki juru kunci,” imbuhnya.

Tak Menutup Dunia Pendidikan

Soemitro menambahkan, regenerasi Bonokeling tidak terhadap kemajuan zaman tidak berimbas pada perubahan tradisi yang telah diemban sejak lama.

“Ajaran ini sudah turun temurun selama 13 turunan, tidak terpengaruh kemajuan tekologi dengan kegiatan ritual,” ungkap Mbah Mitro, sapaannya.

Namun demikian, masyarakat daerah tersebut tidak menutup diri terhadap dunia pendidikan.
“Justru Anak Putu kini di sekolahkan, walaupun mungkin di sekolah terpengaruh terhadap kemajuan teknologi tapi nanti ujung-ujungnya kan akan berpangku pada orang tua kembali,” kata dia.

Dalam tradisi Unggahan kemarin, mereka yang datang dari Cilacap juga membawa hasil bumi. Selain mereka melakukan ritual Unggahan di penodpo Makam Bonokeling, mereka juga memasak besar. Beragam hewan ternak disembelih.

Mereka yang datang untuk laki-laki menggunakan blangkon dan sebagain menggunakan pakaian Jawa. Sementara bagi perempuan menggunakan baju adat putih. Mereka pun menggunakan etika dengan berjkongkok saat memasuki Makam Bonokeling. (mhd/ttg)

SAMB: Saksi Nyata Kelestarian Budaya

Beri komentar :
Share Yuk !

Tinggalkan komentar