BMKG: Jujur, Wilayah Kita Rawan Gempa

BANYUMASEKSPRES.com – Isu gempa besar disertai tsunami di Selatan Pulau Jawa dalam beberapa hari terakhir mencuat. Kabar tersebut dengan cepat menyebar melalui media sosial, dampaknya masyarakat Cilacap yang tinggal di sepanjang pantai, termasuk Cilacap Kota resah. Sehingga Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) mengklarifikasi kebenarannya. Menurut BMKG diharapkan masyarat tidak resah, namun harus waspada, karena secara kewilayahan memang rawan gempa dan tsunami.

Klarifikasi terkait potensi gempa di Selatan Jawa disampaikan oleh Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono.

“Kita harus jujur mengakui dan menerima kenyataan bahwa wilayah kita memang rawan gempa dan tsunami,” katanya dalam pernyataan tertulis, Sabtu, 20 Juli 2019.

Dikatakan, khususnya wilayah Selatan Jawa, ada zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia.

“Kondisi itu menjadi generator gempa kuat sehingga wajar jika wilayah selatan Jawa merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami,” katanya.

Daryono menyebutkan, wilayah Samudra Hindia Selatan Jawa sudah sering kali terjadi gempa besar dengan kekuatan di atas M=7,0. Sejarah mencatat daftar gempa besar seperti gempa Samudra Hindia tahun 1863,1867, 1871, 1896, 1903, 1923, 1937, 1945,1958, 1962, 1967, 1979, 1980, 1981, 1994, dan 2006. Adapun tsunami di Selatan Jawa juga pernah terjadi pada tahun 1840, 1859, 1921, 1994, dan 2006.

“Ini bukti bahwa informasi potensi bahaya gempa yang disampaikan para ahli adalah benar bukanlah berita bohong,” paparnya.

Masyarakat Diminta Tak Khawatir

Menurutnya, besarnya magnitudo gempa yang disampaikan para pakar adalah potensi bukan prediksi, sehingga kapan terjadinya tidak ada satupun orang yang tahu.

“Untuk itu dalam ketidakpastian kapan terjadinya, kita semua harus melakukan upaya mitigasi struktural dan non struktural yang nyata,” ujar Daryono.

Caranya, lanjut dia, antara lain dengan membangun bangunan aman gempa, melakukan penataan tata ruang pantai yang aman dari tsunami, serta membangun kapasitas masyarakat terkait cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami.

“Inilah risiko tinggal dan menumpang hidup di pertemuan batas lempeng. Sehingga mau tidak mau, suka tidak suka inilah risiko yang harus kita hadapi. Apakah dengan kita mengetahui wilayah kita dekat dengan zona megathrust lantas kita cemas dan takut? Tidak perlu cemas dan takut,” ujarnya.

Ditegaskan, semua informasi potensi gempa dan tsunami harus direspon dengan langkah nyata dengan cara memperkuat mitigasi.

“Dengan mewujudkan semua langkah mitigasi maka kita dapat meminimalkan dampak, sehingga kita tetap dapat hidup dengan selamat, aman, dan nyaman di daerah rawan gempa,” tegasnya.

Ditambahkan, peristiwa gempa bumi dan tsunami adalah keniscayaan di wilayah Indonesia, yang penting dan harus dibangun adalah mitigasinya, kesiapsiagaannya, kapasitas stakeholder dan masyarakatnya, maupun infrastruktur untuk menghadapi gempa dan tsunami yang mungkin terjadi.

Seperti diberitakan sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Cilacap telah mengimbau kepada warga masyarakat untuk tetap tenang tapi waspada menyusul informasi yang berkembang melalui media sosial dan media cetak serta online terkait pemberitaan mengenai ancaman bencana gempa bumi yang berpotensi tsunami di Selatan Jawa .

Isu tersebut berkembang setelah peneliti Tsunami dari Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko menyebut gempa megathrust bermagnitudo 8,8 berpotensi terjadi di Selatan Pulau Jawa. Lindu itu bisa menyebabkan timbulnya gelombang tsunami setinggi 20 meter dengan jarak rendaman sekitar tiga hingga empat kilometer. (gin)

Beri komentar :
Share Yuk !

Tinggalkan komentar