BANYUMASEKSPRES.com – Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Cabang Banyumas terus bergerak. Ini dilakukan salah satunya untuk memastikan agar di wilayah Banyumas benar benar tidak ada obat palsu. Selasa (23/7) kemarin melakukan inspeksi mendadak ke beberapa apotik. Apotik tersebut diantaranya Apotek Omnia Farma, Apotek Rahayu Baru dan beberapa apotek lainnya.
Ketua IAI Banyumas, Khafidz Nasrudin SFarm Apt mengatakan meskipun ditemukan obat palsu di beberapa apotek di Jawa Tengah, tapi dari 240 apotek di Kabupaten Banyumas tidak ditemukan satu pun.
Menurut dia, pihaknya mencoba untuk memberikan advokasi kepada anggota dalam bentuk kunjungan ke tempat praktik masing-masing dengan mengecek legal formal dari para apoteker, yakni sertifikat kompetensi, surat tanda registrasi dan surat izin praktik apoteker yang seluruhnya harus dijamin masih berlaku.
Ambil Sampel
Selain itu, kata dia, pihaknya juga mengambil sampel beberapa obat untuk dicek dengan tujuan agar masyarakat benar-benar mendapatkan obat yang bermutu.
Terkait dengan pemberitaan mengenai peredaran obat palsu, dia mengimbau masyarakat Banyumas untuk tidak khawatir karena pihaknya bisa menjamin melalui data bahwa salah satu distributor obat yang masuk dalam pemberitaan karena mengedarkan obat palsu, yakni PT JKI sama sekali tidak masuk ke wilayah Banyumas.
“Hanya sebagian kecil wilayah di Jawa Tengah dan Jabodetabek (yang mendapat distribusi obat dari PT JKI). Tapi di wilayah Banyumas, kami jamin, kami sudah punya datanya, (obat-obatan dari PT JKI) tidak pernah bisa masuk ke wilayah Banyumas,” katanya.
Lebih lanjut, Khafidz mengatakan masyarakat bisa mengecek keaslian obat dengan menggunakan aplikasi berbasis Android yang dikembangkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yakni Cek BPOM.
Pengawasan Ketat
Dalam hal ini, kata dia, masyarakat bisa memasukkan nomor registrasi yang ada di setiap obat ke aplikasi Cek BPOM tersebut.
“Ketika angka registrasi itu muncul di aplikasi, berarti obat tersebut teregistrasi,” katanya.
Dia mengakui jika saat sekarang teknologi terus berkembang sehingga masyarakat sering kali kesulitan membedakan obat asli dengan obat palsu.
Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat untuk membiasakan diri mendapatkan obat dari instansi-instansi resmi dan ketika berkunjung ke apotek berupaya untuk bertemu dengan apotekernya.
“Dari apoteker tersebut nanti masyarakat bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Tim Pengawas Praktik Apoteker Pengurus Daerah IAI Jawa Tengah Leony Julieta mengatakan pihaknya ditugaskan PD IAI Jateng untuk mengawasi praktik apoteker di Kabupaten Banyumas.
“Jadi, secara berkala, saya akan keliling di mana pun ada apoteker yang berpraktik, tidak hanya di apotek, juga di klinik, rumah sakit, distributor obat, dan semua tempat yang ada apoteker praktik. Tujuannya untuk mengadvokasi dengan memberi masukkan apabila ada praktik yang kita rasa masih belum sesuai dengan standar,” katanya.
Disinggung mengenai hal pengawasan terhadap sejumlah apotek di Purwokerto, dia mengatakan pihaknya mencoba menelusuri pengadaan obat-obatan dan selanjutnya dicocokkan dengan dokumen pengadaannya hingga akhirnya diketahui jika tidak ada obat-obatan yang berasal dari PT JKI. (ook)