Masyarakat Rentan jadi Korban Penipuan, Dampak Literasi Keuangan Rendah

BANDUNG-Pemahaman masyarakat terhadap produk keuangan baik bank maupun non bank yang masih rendah, mengakibatkan kerentanan terhadap resiko penipuan.

Hal itu diungkapkan Horas V.M Torihan selaku direktur Literasi dan Keuangan OJK Regional 3 Jateng dan DIY, dalam kesempatan gathering dan pelatihan di Bandung, Jumat (22/2).

Akibat rendahnya literasi keuangan tersebut, banyak masyarakat yang menjadi korban penipuan, misal investasi bodong dan lainya. Dalam 10 tahun terakhir kerugian masyarakat yang timbul dari berbagai kasus mencapai 105 Triliun.

“Seharusnya, ibarat mau beli mobil, konsumen juga harus faham spesifikasi, merk dan perusahaan nya, begitupun dengan sektor keuangan,” terangnya.

Pentingnya literasi keuangan, masyarakat bisa memilih produk layanan keuangan yg tepat dan aman. Negara dengan literasi keuangan tinggi, pertumbuhan ekonominya juga bagus.

Terkait hal itu OJK telah menetapkan langkah strategis nasional tentang literasi keuangan.

Setiap bank wajib punya kegiatan edukasi. Di Jateng dan DIY ada 349 lembaga yang sudah melakukan perencanaan kegiatan. Artinya sekitar 75 persen, atau 264 lembaga. Mereka sudah merencanakan 531 kegiatan.

“Kegiatan tersebut seperti TOT pada guru, jurnalis, perangkat desa maupun PNS, ” terangnya.

Nah, yang terjadi d Indonesia agak anomali. Literasi baru 29,7 persen th 2016. Sedangkan inklusi atau yang mengakses keuangan 67.8 persen. “Itu karena sebelumnya lembaga keuangan awalnya hanya menawarkan hard selling saja tanpa ada edukasi,” terangnya.

Dari program strategis nasional literasi keuangan ini diharapkan masyarakat dapat bersikap bijak dalam mengakses keuangan. Yang lebih penting adalah masyarakat mampu melakukan perencanaan keuangan dengan baik.(saw)

Beri komentar :
Share Yuk !

Tinggalkan komentar