Mitigasi dan Langkah Antisipasi Bila Terjadi Gempa Bumi

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Tri Komara Sidy Wijayanto, mengatakan yang disampaikan oleh pakar ahli tsunami Widjo Kongko adalah merupakan hasil kajian ilmu yang perlu diketahui oleh seluruh warga masyarakat. Apalagi yang berpotensi tsunami.

“Sehingga hal ini merupakan mitigasi, menentukan langkah-langkah untuk penyelamatan diri,” ujarnya.

Tri menjelaskan, namanya kajian ilmu, pasti mengkhawatirkan bagi masyarakat. Sehingga untuk informasi tersebut agar dipahami dan kemudian secara bijak bisa diterima dan tidak panik. “Selanjutnya melakukan upaya-upaya. Karena Cilacap merupakan laboratorium bencana rangking 1 di Jawa Tengah dan rangking 17 di Indonesia,” jelasnya.

Ditegaskan, siapapun warga masyarakat di sepanjang pantai Selatan Jawa tentunya harus selalu waspada dan siap siaga apabila menghadapi bencana yang kemungkinan terjadi di Cilacap.

“Untuk itu kami selaku pelaksana yang membidangi kebencanaan di Kabupaten Cilacap berharap agar masyarakat untuk lebih meningkatkan kewaspadaan. Dan tentunya siap siaga yang 24×7, artinya 24 jam terus menerus selama tujuh hari,” tegasnya.

Ini dikandung maksud, lanjut dia, agar apabila kejadian bencana menimpa Cilacap apalagi gempa yang disampaikan berpotensi mencapai 8,8 SR maka harus mengungsi sampai 4 kilometer aman.

“Ini tentunya masyarakat Cilacap bisa memahami, warga yang domisili kurang dari 4 kilometer pasti merasa resah dan panik. Kemudian untuk bisa disiapkan mulai dari sekarang,” tandasnya.

Tri Komara menyebutkan, masyarakat sudah berkali-kali mengalami gempa bumi. Dan cukup menggemparkan terjadi pada Desember 2017, dimana gempa bumi 6,9 SR sudah memporakporandakan 283 rumah dimana 83 rumah ambruk, selebihnya rusak berat.

“Ini memang, Cilacap terutama Jawa kebetulan ada pertemuan lempeng tektonik yang ada di Selatan Jawa yang merupakan sumber gempa. Ini merupakan warning untuk warga masyarakat Cilacap, sehingga mulai saat ini menyiapkan segala sesutu yang terkait dengan evakuasi,” katanya.

Karenanya, bila terjadi gempa, tidak perlu menunggu informasi dari BMKG apakah itu berpotensi tsunami atau tidak, segera menyelamatkan diri. Dan anak-anak, termasuk orang tua yang tinggal bersama untuk bisa diupayakan diberi pengetahuan atau edukasi menyelamatkan diri secara mandiri.

“Jadi anak-anak tidak ketergantungan pada orangtua bagaimana cara menyelamatkan diri. Minimal begitu ada gempa kita keluar dari kamar rumah, kemudian segera berlindung atau melakukan evakuasi secara mandiri ke tempat evakuasi sementara (tes). Bisa vertikal ke gedung-gedung bertingkat dengan syarat gedung itu aman dari ancaman gempa bumi. Yang tentunya struktur bangunan yang aman di Cilacap harus diatas 8 SR,” jelasnya.

Kalakhar BPBD Cilacap Tri Komara

Hal-hal yang harus disiapkan menghadapi bencana. Mulai sekarang, kunci pintu jangan sampai diambil harus ada di tempatnya.Kemudian siapkan lampu senter di sekitar tempat tidur, karena sangat penting. Karena setiap ada gempa pasti aliran listrik pasti mati.

“Terus, upayakan handphone tidak jauh dari tempat tidur. Selanjutnya budayakan lagi kentongan atau titir yang merupakan kearifan lokal yang mulai hilang. Karena titir merupakan tanda bahaya. sehingga kentongan jangan jauh dari senter,” rinci Tri Komara.

Selanjutnya, siapkan dokumen berharga yang dimiliki apapun. Baik sertifikat tanah, rumah, atau dokumen berharga lainnya yang disiapkan dalam satu tas evakuasi yang dibawa saat mengungsi.

“Selain perlengkapan seperti baju yang diperlukan pada saat mengungsi baik ke tempat gedung bertingkat maupun dataran tinggi,” katanya.

Rubah Mindset

Khusus Cilacap Kota, Tri Komara mengungkapkan, karena datarannya flat (datar) sangat sulit mencari dataran tinggi, kecuali lari ke wilayah Jeruklegi. Namun, menurutnya, belum sampai kawasan bandara Tunggul Wulung ada rawa yang menghubungkan laut dan itu sangat bahaya.

“Sehingga belum sampai bandara masyarakat sudah terdampak gelombang. Apalagi selama ini ketika terjadi gempa berpotensi tsunami pusat macet ada di Saliwangi sampai dengan Proliman dan tidak bisa bergerak, itu sangat membahayakan,” ungkapnya.

Sehingga ada alternatif lain, ke daerah Kedungwadas di wilayah Kesugihan. Kendati demikian, masih rawan juga karena ring road (Jalan Madukara, red) masih datar dan sejajar dengan laut sehingga belum sampai ke Lebeng dan sekitarnya sudah terdampak gelombang.

“Itu alternatif tapi tidak memungkinkan juga apabila ke sana. Karenanya, masyarakat yang selama ini mindsetnya lari ke arah Saliwangi hingga Jeruklegi harus dirubah untuk mencari gedung bertingkat yang betul-betul dirasa aman,” tandas Kalakhar BPBD ini.

Dihadapi Bukan Dihindari

Selain itu, upayakan evakuasi jangan bawa mobil karena lalu lintas macet. Gunakan motor dan tidak perlu panik. Karena bagaimanapun juga keselamatan tergantung diri sendiri kemudian baru orang lain.

“Dengan pikiran tenang sehingga bisa menyelamatkan diri sendiri. Karena menurut penelitian di Jepang, 35 persen selamat bukan dari orang lain tapi dari diri sendiri,” papar dia.

Hal-hal teknis yang disampaikan ini agar masyarakat siapsiaga. Pasalnya, walaupaun pihaknya sudah melakukan sosialisasi tiap kali pun. Termasuk melatih relawan untuk simulasi menolong terhadap masyarakat yang terdampak bencana tidak ada artinya apabila masyarakat kurang tanggap dalam menghadapi ancaman bencana.

“Kita upayakan quick respon, kecepatan bertindak, itu nomor satu. Setelah quick respon baru dikatakan kita tangguh,” katanya.

Ditambahkan, beberapa desa tangguh bencana sudah disiapkan di sepanjangan pantai.

“Walaupun baru ada 10 desa tangguh bencana, namun itu benar-benar tumbuh dari masyarakat. Karena itu merupakan ancaman harus dihadapi bukan dihindari,” pungkasnya.

Seperti diketahui, dalam beberapa hari terakhir muncul pemberitaan di sejumlah media cetak dan online serta medsos yang memuat terkait potensi gempa bumi dan tsunami di Selatan Pulau Jawa yang disampaikan oleh pakar tsunami dari Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko. Pasalnya, gempa dengan kekuatan 8,8 SR itu berpotensi menimbulkan gelombang tsunami setinggi 20 meter. Sontak berita tersebut membuat resah warga, termasuk Cilacap terutama yang tinggal di sepanjang pantai Selatan. (gin)

Beri komentar :
Share Yuk !

Tinggalkan komentar