JAKARTA – Setelah seorang jemaah haji asal Solo meninggal dalam pesawat pada Minggu (7/7), kembali kabar duka diterima. Almarhum bernama Khairil Abbas bin Salim (62 th), jemaah haji asal embarkasi Batam 2, meninggal dunia, Selasa (9/7) pada pukul 14.30 waktu Arab Saudi.
Sumber Fajar Indonesia Network (FIN) menyebut, surat kematian atau certification of death (COD), jemaah haji yang tinggal di hotel Gulnar Taibah sektor 5 Madinah ini meninggal akibat gangguan hati dan jatuh.
“Almarhum sempat dibawa ke RS Al Anshor. Namun akhirnya meninggal dunia di rumah sakit. Beliau juga diketahui memiliki riwayat hipertensi dan penyakit jantung,” terang Ketua Sektor 5 Madinah Khalillurrahman, yang mengaku masih berada hotel Rotana Al Mesk, kemarin (9/7).
Jamah Wafat Kembali Bertambah
Ditambahkannya, komunikasi dan koordinasi juga sudah dilakukan dengan pihak keluarga. “Kebetulan ada istrinya juga yang berangkat haji. Dan juga sudah komunikasi dengan keluarga. Dan keluarga sudah mengikhlaskan,” imbuh Khalil.
Karena proses meninggalnya di rumah sakit, dia menjelaskan, pihak rumah sakit yang akan mengurus jenazah. “Rumah sakit akan koordinasi denga pihak muassasah, dan dengan pihak terkait dengan pengurusan jenazah di Masjid Nabawi,” imbuhnya.
Sementara itu suhu udara Madinah di siang hari yang berkisar antara 35-45 derajat. Komandan Tim Gerak Cepat (TGC) PPIH Arab Saudi 2019 dr Erwinsyah Erick mengatakan, ini merupakan tantangan tersendiri bagi jemaah haji yang hendak melaksanakan Arbain di Masjid Nabawi. “Jangan membuka alas kaki sebelum pintu masjid karena khawatir kakinya melepuh. Amankan alas kaki, jangan sampai hilang,” ungkapnya.
Lantai Terasa Panas
Ia mengatakan karena suhu panas membuat lantai Masjid Nabawi menjadi panas. Karena itu jemaah harus memakai alas kaki dan diminta untuk melepasnya saat berada di depan pintu masjid. Umumnya jemaah haji usia lanjut kerap bermasalah dengan kaki yang melepuh. Jemaah Indonesia berusia lanjut masuk ke masjid membuka sandalnya tidak tepat di depan pintu, tapi saat posisinya masih jauh dari pintu masjid.
“Yang seringkali terjadi adalah mereka lupa menaruh sandal di pintu sebelah mana,” ujar Erick. Sehingga terpaksa berjalan di lantai Masjid Nabawi yang tengah diterpa cuaca panas.
Ia mengatakan bahwa di Masjid Nabawi yang juga merupakan sektor khusus (seksus), TGC akan sinergi dengan tim perlindungan jemaah (linjam) dan unsur lain siap memberikan layanan bagi jemaah di Masjid Nabawi. “Kaki jadi melepuh karena menginjak lantai yang panas. Untuk pulih butuh 5-10 hari. Kan kasihan jadi tidak bisa beribadah dengan maksimal,” kata dia di Madinah.
Saat ini, sambung dia, tim posisinya menyebar. “Kami saling komunikasi jika ada kejadian,”” ucapnya. Ia menyarankan kepada jemaah haji yang lupa menaruh alas kaki, atau kehilangan alas kaki bisa menghubungi sektor khusus di pintu 21, di sana disediakan sandal.
Ia juga mengimbau jemaah haji Indonesia agar tetap memperhatikan kesehatan diri. Selalu menyiapkan alat pelindung diri saat keluar hotel. “Bawa payung, topi, masker atau apapun yang dapat melindungi diri dari paparan sinar matahari. Usahakan menyemprot wajah dengan air sesering mungkin. Jangan lupa banyak minum air putih yang tersedia di tiap tempat untuk mencegah dehidrasi,” ucap Erick. (ful/fin)