Tulang Belakang Remuk Kini Bekerja di Rumah Sakit

BANJARNEGARA-Ada yang berbeda ketika memasuki ruang pendaftaran layanan Rumah Sakit Islam (RSI) Banjarnegara. Ada perempuan manis berbaju putih dipadu rok warna hitam. Duduk di kursi roda warna hitam, bervelg palang hitam. Senyumnya selalu mengembang, dan ramah menyapa siapa saja yang datang.

Namanya Puji Lestari, tahun ini berusia 32 tahun. Ia merupakan salah satu kaum difabel yang sengaja direkrut dan dikaryakan pihak RSI Banjarnegara. Tujuannya, untuk memberikan kesempatan bagi dirinya untuk menjalani kehidupan normal, bekerja dan bersosialisasi dengan baik. Agar mendiri meski memiliki keterbatasan fisik.

Pada sebuah siang, usai menyelesaikan shalat dzuhur di atas kursi roda, di sebuah ruang yang tak begitu luas. Ia mulai berbincang usai merapikan mukena warna coklat muda. “Saya minum dulu, habis makan belum sempat minum,” katanya mengawali perbincangan.

Senyum manisnya kini berbeda 180 derajat dengan kejadian pahit yang ia alami tahun 2004 lalu, tepatnya Minggu 8 Agustus. Ia menjadi korban tabrak lari dua kendaraan sekaligus, di jalan dekat Pasar Ikan Purwonegoro. Kala itu saat berboncengan sepulang dari Pangandaran menggunakan sepeda motor, ketika hendak menyalip tidak kuat dan menyerempet sebuah sedan, jatuh, kemudia ditabrak kendaraan dari arah lawan. Naas, kendaraan tersebut kabur.

Temannya,sang pengendara meninggal di lokasi, Puji Lestari selamat, namun ia mengalami luka yang sangat serius di sekujur tubuhnya, lengan kanan patah, tulang belakangnya remuk. Saat kejadian ini, ia tercatat sebagai siswa SMK N 1 Bawang yang sedang menjalani Praktek Kerja Lapangan di RSI Banjarnegara, bagian administrasi.

Kepahitan ini masih ia rasakan, berbagai operasi ia alami. Tercatat tujuh kali operasi, mulai dari operasi pasang dan lepas pen lengan kanan, pasang pen tulang belakang, panjangkan otot kaki dan kaki kanannya. Termasuk operasi kebocoran sendi, terakhir endoskopi untuk urusan kandung kemih. Dimana ada batu ginjal sebesar telur bebek yang harus ia keluarkan dari tubuhnya, lantaran efek dari banyaknya kalsium di tubuhnya. Operasi ini dilakukan dokter Kartiko S, spesialis urologi di RSI Banjarnegara tahun 2012 lalu.

Perjuangan yang dilakukan Puji dan ayahnya demi kesehatannya luar biasa. Ia bukan dari kalngan berada, ayahnya Mustakim sebatas buruh tani, untuk kesehatannya ia dan bapaknya harus berhutang kesana kemari, sekitar Rp 30 juta lebih ia habiskan. Puji pun belasan tahun berpisah dengan Mistinah ibunya yang bekerja di luar negeri.

Warga Desa Winong RT 2 RW 2, Kecamatan Bawang ini, kini sudah tak begitu merasakan sakit akibat kecelakaan. Ia sudah berusaha melupakan kejadian itu. Kini yang timbul adalah semangat hidup yang membara, ia tutup semua kepedihan, ia ganti dengan senyum yang mengembang. Aktivitas sehari hari ia jalani dengan normal, meski kedua kakinya mati rasa dan tak bisa berdiri sedikitpun. “Sehari-hari ya belanja masak untuk bapak dan bekal ke tempat kerja. Saya tidak mau terlalu merepotkan bapak terus,” ujar Puji yang merupakan anak semata wayang ini.

Soal bagaimana proses ia bisa bekerja di RSI Banjarnegara, dengan diiringi wajah berbinar ia mengaku ditawari langsung oleh Direktur RSI dr Agus Ujianto Msi Med SpB. Awalnya ia dioperasi langsung oleh dr Agus, dan sekitar lima kali kontrol ditanganinya. Dari situ sering berbincang, dan berujung Februari lalu ditawari untuk bekerja. Langsung saja Puji mengiyakan penawaran itu, namun ia meminta waktu tiga bulan untuk recovery kesehatannya. “Saya mau berdayakan kamu, bekerja di RSI Banjarnegara bersedia apa enggak,” kata Puji mengulang pembicaran dr Agus.

Maka sejak Juli lalu ia resmi menjadi karyawan baru, dan kini masih menjalani masa orientasi.

Untuk berangkat kerja, selama 12 hari pertama ia diantar dengan mobil sewa. Setelah itu, dengan membeli motor bekas yang dimodifikasi untuk dirinya yang disesuaikan dengan penambahan gerobak. Saat ini terus belajar untuk mengendarai kendaraan tersebut. Akhir bulan berencana untuk membuat SIM D untuk dirinya.

Sementara Direktur RSI Banjarnegara dr Agus Ujianto mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk memberikan kesempatan bekerja bagi kaum difabel agar terus berdaya dan mampu hidup normal serta mandiri. Pihaknya juga masih memiliki keinginan untuk menambah beberapa karyawan lagi untuk bekerja di tempatnya bekerja.

“RSI Banjarnegara sesuai cita cita wong Banjarnegara harus mampumenampung pekerjaan,tak terkecuali kaum difabel. Mereka perlu diberi kepercayaan mampu bekerja sesuai bakat. Gaji pun tidak dibedakan, sesuai spesifikasi jasa dan kompetensi dan masa kerja. Saat ini baru satu, menyesuaikan kebutuhan, harapan kami bisa bertambah,” katanya. (nugroho purbo)

Beri komentar :
Share Yuk !

Tinggalkan komentar