Bumi Senyap dalam Pangkuan

ALMIRA LUNA ANINDYA PURNOMO
KELAS X MIPA 2
SMA NEGERI 1 PURWAREJA KLAMPOK

Bumi Senyap dalam Pangkuan

Ikrarnya tak surut
Merambah seluruh alam
Terasing bila terhalang
Mengutuk siapa saja yang datang
Dengan jerit histeris nurani

Terpaku saat meracun diri
Di antara bekas duri yang menancap
Kecupan senja di kota tua
Mengiringi resah dalam dada
Selipkan sakit yang tak bersuara

Siang masih belum bermukim
Sibuk dengan air mata luka
Esok seakan angkuh dipandang
Pedih menjalar setubuhi raga dan jiwa

Bumi ….
Kini senyap dalam pangkuan
Benih kebencian terlanjur tertanam
Aroma dusta menjadi ingatan kelam
Dunia seketika sunyi seperti tak berpenghuni
Lalu akhirnya, semua jadi tak sama lagi

Kehidupan

Pagi ini alam raya menghibur hati
Senyum petani hiasi hangatnya sinar mentari
Derap langkah anak-anak berseragam sekolah
Turut meramaikan irama lagu pagi yang cerah

Waktu terus bergulir berlalu
Seiring pilar-pilar asa yang dibangun bersama
Ada suka, duka, cemburu, juga rindu
Semua silih berganti menjadi rangkaian cerita

Kehidupan adalah anugerah
Bagi mereka yang siap berjuang siap juga berpasrah
Hidup ini adalah pemberian
Yang layaknya diisi dengan semangat harapan

Terbelenggu Rindu

Setabah harap langit senja
Aku bertahan di sini meski peluh
membasahi raga

sesejuk sang bayu berhembus manja
aku masih berdiri di sini meski
dingin menusuk tulang

Pada sudut angan yang selalu
menjelma menjadi bayangmu
Tak pernah berhenti rindu merayu
Tapi kau masih saja diam membisu
Sedang madahku terus berkisah tentangmu

Setumpuk asaku kini terpelanting lara
Berperang batin dengan logika cinta
Dalam kesengsaraan yang membelenggu
Belikat dadaku habis tersayat tanpa ragu

Akhir

Cakrawala menyapa embun pun mengering
Dunia laksana hamparan permadani cerita
Penuh warna dan rasa yang padu memadu

Sejuk hijau daun-daun bambu
Kicau burung ramai berceloteh riang
Memberi makna pada kehidupan semesta

Ia berjalan dalam kedamaian
Meski telapak kakinya sempat berkawan
dengan debu dan kerikil tajam jalanan
sunyi sepi kehidupan tinggallah kenangan
kini ia siap menyongsong hari depan

Jika Saja

Aku teramat takut akan hidupku yang sekarang
Di kala mereka sibuk berucap kerinduan
Aku masih saja berada dalam kesendirian
Terpasung pada gelapnya penantian

Aku bertanya dalam hati
Akankah aku sanggup hadapi hari
Tuhan, tolong jawab tanyaku
Aku merasa mulai lelah dengan kisahku

Ribuan cara dan upaya telah ku coba
Penghiburan hati ku rangkai manja
Tapi semua semu semata
Seakan taka da arti, hilang percuma

Jika saja aku boleh ajukan pinta
Izinkan aku bahagia sebelum menutup mata
Agar kelak aku tertidur dalam suka cita
Pergi abadi tanpa membawa hati yang lara
Ah, jika saja ….

Izinkan Rindu Itu Bertemu

Meski mungkin tlah ku simpan rapi
Rindu tetaplah rindu
Datangnya tak pernah bisa diduga
Dia menyelinap keluar dari sembunyi

Mengalah sejenak untuknya
Biarkan rindu itu saling bertemu
Entah mau bicara apa mereka nanti
Biarkan mereka saling memadu rasa

Lepaskan segala gundah yang ada
Abaikan dahulu cerita-cerita yang lalu
Biarlah rindu itu saling bercumbu rayu
Melewati dinding-dinding waktu

Bukan Bidadari

Aku bukan siapa-siapa
Paras pun biasa saja
Hanyalah hamba sahaya
Besar di antara kaum papa

Aku bukan bidadari
Juga bukanlah seorang peri
Hanya ingin mencari jati diri

 

Beri komentar :
Share Yuk !

Tinggalkan komentar