Perajin Kopi dan Peternak Kambing Digembleng Wirausaha

CILACAP – Kementerian Koperasi dan Usaha, Kecil dan Menengah Republik Indonesia menginginkan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar naik kelas. Dari mikro naik menjadi kecil, kecil ke menengah dan menengah menjadi besar.

Hal itu disampaikan Staf Khusus Menteri Kementerian Koperasi dan UKM RI, Agus Santoso saat pelatihan peningkatan kapasitas dan kualitas SDM KUMKM di salah satu hotel berbintang di Cilacap, Selasa (6/10). “Yang penting naik kelas. Memang perlu waktu, tapi paling tidak ada kenaikan kelas,” kata Agus Santoso disela-sela pelatihan.

Menurutnya, kenaikan kelas ini ada beberapa model, yang pertama harus memiliki kompetensi. “Misalnya, beternak itu harus mengerti bagaimana proses beternak seperti apa, mulai SOP, bagaimana memilih bibit yang baik dan manajemen ternak,” ujarnya.

Kemudian yang kedua, Agus melanjutkan, masuk skala ekonomi. Kalau sendiri-sendiri tidak mungkin, misalnya beternak kambing, satu orang hanya memiliki 20 ekor, jadi belum masuk skala ekonomi. Minimal, skala ekonomi itu kalau beternak kambing itu 200 ekor, jadi paling tidak 10 orang peternak berkumpul.

“Kalau sudah masuk skala ekonomi, 20 orang maka mereka bisa jadi koperasi. Mendirikan koperasi jadi berbadan hukum bisa jualan, lebih gagah dari pada sendirian tidak punya branding. Kalau ada koperasi, ada branding, ada manajemen, ada SOPnya. Jadi bisa naik kelas,” tandasnya.

Agus mencontohkan, di Karangpucung anggotanya 257 peternak dengan jumlah populasi kambing mencapai 2.500 ekor. Itu sudah masuk skala ekonomi. Bisa menjual ke daerah lain, tidak hanya di Cilacap seperti ke Jogjakarta dan sebagaianya.

“Pelatihan seperti ini melatih kompetensi membangun networking. Kami pemerintah (pusat) dan pemerintah daerah sifatnya mentsimulasi dan memfasitasi,” ujarnya

Dijelaskan, pelatihan tersebut dilaksanakan rutin yang dianggarkan setiap tahun dengan tujuan untuk meningkatkan skill masyarakat khususnya pelaku usaha mikro dan kecil. Setelah pelatihan, selanjutnya akan dilakukan monitoring. Peserta pelatihan sudah dihimbau untuk membangun networking.

“Mereka harus kenal satu sama lain sehingga terbentuk klaster. Dari kelompok bikin klaster-klaster, bisa kelompok usaha bersama, kelompok tani, untuk masuk skala ekonomi minimal. Setelah itu bergabung dengan koperasi supaya masuk skala ekonominya. Kalau beberapa koperasi bergabung namanya korporatisasi koperasi,” jelasnya.

Terkait dengan pembiayaan untuk UMKM, kata dia, sekarang Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang semula Rp 25 juta tanpa jaminan sekarang naik menjadi Rp 50 juta tanpa jaminan. Apabila sudah menjadi koperasi, Menteri KooperasiUKM memfokuskan BLU dibawah KemenkopUKM namanya Lembaga Dana Bergulir (LDB) untuk fokus membiayai koperasi dengan bunga tiga persen pembiayaan untuk koperasi maksimal Rp 50 miliar.

“Cukup besar, cukup siginfikan. Bahkan per hari ini LDB sudah menyerap 100 persen. Jadi sudah membantu sekali agar koperasi naik kelas,” tandasnya.

Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (Disperkokukm) Kabupaten Cilacap, Umar Said menjelaskan, pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat perkebunan / pertanian dan peternakan / perikanan digelar selama tiga hari, terhitung 6 Oktober sampai dengan 8 Oktober.

“Ada dua klaster yaitu perajin kopi dan peternak kambing. Masing-masing klaster 30 orang. Kopi dari Dayeuhluhur dan kambing dari Karangpucung,” jelasnya.

Ditambahkan, dipilihnya dua klaster tersebut karena memiliki potensi menjanjikan dan pelunganya sangat terbuka. Selain itu, kedua klaster tersebut baru saja mengajukan membentuk koperasi untuk mengembangkan usahanya. (gin)

Beri komentar :
Share Yuk !