Selamat Hari Wayang Nasional 7-11-2022, Sang Pencipta Wayang

Oleh : Kang Mul

Asal Usul Wayang Kulit

Kesenian tradisional Wayang kulit sudah mendarah daging menjadi bagian terpenting dalam kehidupan masyarakat Jawa,Wayang kulit menjadi tontonan yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan, dakwah filosofi, spiritual dan religi (tuntunan).

Bukan sekedar menghadirkan hiburan semata penuh hura-hura, wayang kulit hadir dengan pesan-pesan moralitas yang dikemas dalam lakon yang dimainkan seorang dalang dengan tema-tema yang terjadi dilingkungannya diadaptasi dari Kitab Mahabarta dan Ramayana.

Diringi indahnya musik gamelan yang ditabuh para nayaga dengan tembang-tembang merdu dinyanyikan sang pesinden, orkesta pagelaran ringgit purwa makin semarak, Ki Dalang sebagai pemegang kendali pertunjukan semalam suntuk memainkan wayang kulit larut dalam lakon yang dibawakan.

Penonton diajak menikmati kepintaran Ki Dalang dalam memainkan tiap-tiap wayang sejak pembuka sampai akhir pertunjukan disertai guyonan saat Goro-goro dengan hadirnya empat sekawan(Ponokawan) Semar, Petruk, Gareng dan Bagong mengocok perut para penonton yang hadir.

Wayang kulit sebagai warisan kebudayaan adiluhung tiak pernah surut terus berkibar dalam perubahan peradaban tak lapuk dimakan jaman, Jaman boleh berganti, dalang, nayaga, sinden boleh berganti generasi tapi wayang tetap lestari dengan kronik-kroniknya.

Wayang kulit adalah kesenian tradisional yang telah berusia cukup tua yang telah diakui UNESCO pada tanggal 3 November 2003 sebai karya yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpice of Oral and Intangible Heritage of Humanity) Wayang berasal dari kata Ma “Hyang yang mengandung arti menuju kepada roh, spiritual, Dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa.

Wayang adalah sebuah kata berasal dari bahasa Indonesia (Jawa) asli berarti “bayang” atau “bayang-bayang” yang berasal dari kar kata “yang”,dengan mendapatkan awalan wa menjadi kata wayang (Sri Mulyono Herlambang,1983;53)

Sedangkan Wayang menurut Amir Mertosedono.S.H adalah:dalam bahasa Jawa perkataan wayang berarti wayangan (layangan).Dalam bahasa Indonesia berarti bayang-bayang, samar-samar,tidak jelas. Dalam bahasa Aceh berarti bayang, artinya wayangan. Seang dalam bahasa Bugis berarti wayang atau bayang-bayang.(Amir Mertosedono:1993,28)

Sejarah wayang kulit tergolong sangat tua, menurut Sri Mulyono Herlambang bahwa wayang kulit purwa itu merupkan kesenian klasik tradisonlal yang timbul kurang lebih pada tahun 1500 SM Jadi hingga hari ini sudah berusia 35 Abad (1983:3)

Menururt Dr Hazeu wayang kulit diperkirakan telah tumbuh dan berkembang pada jaman kejayaan Kerajaan Kahuripan Kediri dibawah pimpinan Raja Prabu Airlangga (950 Cak-=1012 M).

Pertunjukan bayang-bayang (wayang) mempergunakan boneka dari kulit (walulang inukir) dan bayang-bayangnya diproyeksikan dalam tabir (kelir) (Sri Mulyono Herlambang (1983:21)

Perkembangan seni wayang kulit mengalami puncaknya dengan dipelopori Kanjeng Sunan Kalijaga melakukan berbagai inovasi dan kreasi jauh lebih maju dibandingkan pada jaman Prabu Airlangga.

Kanjeng Sunan Kalijaga membuat wayang dijadikan satu-satu, tiap satu wayang dibuat pada kulit satu lembar dengan menggunkan kulit kambing (Umar Hasyim,1974,3)
Kanjeng Sunan Kalijaga dainggap tokoh paling berjasa dalam perkembangan seni wayang kulit dengan modifikasi, kreasi dan inovasi beserta gamelannya.

Bersama Sunan Bonang dan Sunan Giri,Kanjeng Sunan Kalijaga menciptkan wayang Punakawan Pandawa yang terdiri dari : Semar, Petruk, Gareng dan Bagong.( Umar Hasyim,1974.24)

Sebelum tahun 1950-an berkembang silang pendapat asal usul wayang kulit, ada dua arus besar pendapat mengenai asal usul wayang yaitu Jawa dan India.

Pertama mengatakan bahwa wayang kulit adalah asli budaya Jawa dianut oleh peneliti Indonesia dan peneliti Barat seperti: Brandes, Hazeau, Kats, Rentse, dan Karts.
Alasan yang dikemukan adalah bahwa wayang adalah wajah sosial, kebudayan, spiritual dan religi masyarakat Jawa dan naskah tulisan cerita wayang kulit ditulis dengan bahasa Jawa Kuna dan tidak menggunkan bahasa lain.

Disamping itu beberapa tokoh wayang seperti Ponokawan: Semar Petruk, Gareng dan Bawor hanya ada dalam wayang kulit di Indonesia khusunya di Jawa, Wayang kulit di negara lain tidak ditemukan tokoh Ponokawan

Kedua :mengatakan bahwa wayang kulit berasal dari India, Pendapat ini dianut oleh peneliti Barat seperti : Krom Hiddding, Pischel, Poensen, Rassers dan Goslings dengan menyodorkan argumentasi bahwa wayang dibawa dari India bersamaan dengan kedatangan Agama Hindu di pulau Jawa.

Namun sesudah tahun 1950-an para ahli dan peneliti telah sepakat bahwa wayang kulit merupakan kesenian berasal dari Jawa bukan berasal dari India yang dibawa para pendeta agama Hindu dan Budha

Kesenian wayang kulit adalah karya asli bangsa Indonesia yang digali dari sosial kultural, spriritual dan religi masyarakat Jawa yang mengandung unsur hiburan, pendidikan, seni, dakwah, musik, suaran, seni ukir dll.

Perkembangan Wayang Kulit

Wayang kulit telah ada sejak 1500 SM atau sudah berusia 3516 tahun sebuah masa tergolong sangat tua.dan terus mengalami proses evolusi seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman yang melintasinya.

Perjalanan sejarah wayang dari waktu ke waktu, masa ke masa silih berganti dengan pembaharuan yang dilakukan oleh para cerdik pandai, pujangga, penguasa Kerajaan.

Keberagaman wayang kulit menjadi semakin semarak sejak mulai digelar secara masal di Kerajaan Kahuripan pada kekuasaan Raja Airlangga dengan menampilkan wayang beber.

Kemudian diteruskan masa Kediri dibawah pemerintahan Prabu Jayabaya Kediri dan Kerajaan Majapahit.

Wayang beber adalah wayang yang digambar diatas kertas yang lebar .(Umar Hasyim,1974, 24).

Kejayaan wayang beber bertahan cukup lama karena dukungan para penguasa Kerjaan yang sangat peduli dengan seni ringgit purwa, menjadi kesenian yang sering tampil di dalam Kedaton.

Dalam pertumbuhannya, fungsi wayang telah mengalami beberapa perubahan yaitu sejak dari fungsi sebagai suatu alat upacara yang ada hubungannya dengan kepercayaan hingga menjadi alat pendidikan yang bersifat didaktis dan sebagai alat penerangan, lalu menjadi kesenian tradisonal dan kemudian menjadi obyek ilmiah(Sri Mulyono,1982,:2)

Wayang kulit sejak sejak zaman timbulnya sampai zaman sekarang ini telah mengalami perubahan dan perekembangan sehingga terdapat bermacam-macam bentuk wayang berkat kreasi dan inovasi para penciptanya,

Menurut KPA Sumodilogo jenis wayang dan penciptanya: (Sri Mulyono ,1983,35-38)

a. Wayang Purwo Lontar

Pada tahun 939 M atau 861 Caka dengan sengkalan/kronnogram “Gambaring Wayang Wolu”, Prabu Jayabaya membuat wayang purwo pada daun Lontar

b. Wayang Kertas

Pada tahun 1224 m atau 1166 C dengan sengkalan /kronogram Wayang diperbesar dan digambar di atas kertas Jawa oleh Raden Kudalaleyan/Prabu Surya Hamiluhur di Padjadjaran.

c. Wayang Beber.

Pada tahun 1361 M atau 1283 C dengan sengkalan/kronogram Prabu Bratono di Kerajaan Madjapahit membuat wayang beber untuk ruwatan lengkap dengan sesajen dan kemenyan.

d.Wayang Demak

Pada tahun 1518 M atau 1440 C dengan sengkalan/kronogram Sultan Alam Akbar/Raden Patah di Kerajaan Demak dengan menyempurnakan pertunjukan wayang agar tidak bertentangan agama dan sebelumnya pada tahun 1511 M atau 1433 C mengangkut semua wayang beber beserta gamelan dan perlengkapannya ke Demak

e. Wayang Semalan Suntuk

Pada tahun 1521 M atau 1433.C. para wali (Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijogo dan Sunan Kudus) menyempurnakan pertunjukan wayang dengan kelir, debog, blencong, dan lain sebagainya untuk pertunjukan wayang semalam suntuk.

f. Wayang Gedog

Pada tahun 1556 M atau 1478 (salira dwija dadi raja) Sinuwun Tunggul Ing Giri membuat wayang kidang kencana dengan prada dan pada tahun 1563 M atau 1458 (gegamaning naga kinaryen dewa) Sinuwun Tunggul Ing Giri juga membuat wayang gedog cerita Panji.

g. Wayang Beber Gedog

Pada tahun 1565 M atau 1468 C (wayang wolu kinarya tunggal) Sunan Bonang membuat Wayang Beber Gedog.

h. Wayang Puwo Gedog

Pada tahun 1583 M atau 1505 M (panca boma marga tunggal) raden Jaka Tingkir yang memerintah pada tahun 1568 – 1586 M di Kerajaan Pajang wayang Purwo Gedog.

i. Wayang Golek

Diciptkan oleh Sunan Kudus pada tahun 1584 atau 1506 (wayang sirna gumulunging wisma)

j. Wayang Krucil

Pada tahun 1648 M atau 1571 (waktu tunggangane buta widadari) Prabu Hamangkurat Tegal Arum kembali membangun wayang Gedog.Pada waktu itu juga Raden Pekik di Surabaya membuat wayang krucil.

k. Wayang Sabrana

Pada tahun 1703 M atau 1625 (buta nembah ratu tunggal) Pakubuwono I (1704-1719) di Kartasura membuat wayang sabarangan memakai baju.

l. Wayang Pramukanya

Pada tahun 1733 M atau 1655 (buta lima ngoyak jagad) Pakubuwono II (1719-1744 M) di kartasura membuat wayang Kyai Pramukanyo.

m. Wayang Kyai Banjed

Pada tahun 1731 atau 1656 (wayang misik rasaning midodari) sinuwun Pakubuwono II juga membuat Wayang Kyai Banjed

n. Wayang Wong

Pada tahun 1761 M atau 1687 (warasta wayaning jalma) Magkunegaran (1757-1795) membuat wayang wong

o. Wayang Kyai Mangu dan Kyai Kanyut

Diciptakan Pangeran Adipati Anom II Pada tahun 1771 atau 1697 ( resi truskan wayang tunggal)

p. Wayang Kyai Pramukanyo Kadipaten

Diciptakan oleh Pangeran Adipati Anom.Pada tahun 1774 atau 1700 (tanpo mukswa pandita praja. (Sri Mulyono,1983:35-38).

Karangnangka 0/7 Nopember 2022
Sumber:
Amir Mertosedono, Sejarah Wayang, Semarang:Dahara Prize,1993
Sri Mulyono Herlambang,
-Simbolisme dan Mistifikasi Sebuah Tinjauan Filosofis, Jakarta.CV Gunung Agun,1983
-Wayang Asal Usul Filsafat dan Masa Depannya, Jakarta: CV Gunung Agung,1982
-Wayang dan Karaker Manusia 1, Jakarta:CV Gunung Agung ,1988
Umar Hasyim, Sunan Kalijaga, Kudus:, Menara Kudus,1984
Foto: Pagelaran Wayang oleh Dalang Kang Tino Pamungkas

Beri komentar :
Share Yuk !