Dhita Wedding Sukses Gelar Prosesi Nikahan Adat Gagrak Yogyakarta Hadiningrat

BANYUMASEKSPRES.com-Pernikahan adalah momentum sakral, dari itu setiap pasangan maupun keluarga ingin melaksanakan moment terebut secara istimewa.

Pernikahan Muhammad Adi Bharata putra Gandung Warsono Yogyakarta, dan Nadila Anindita, putri dari Agung Praptapa Purwokerto, yang di gelar Minggu (25/8) kemarin berlangsung sakral dan meriah.

Prosesi Adat Gagrak Yogyakarta Hadiningrat menjadi upacara adat yang dipilih kedua mempelai. Prosesi yang unik dalam upacara adat tersebut yakni, diawali dengan Beksan edan edanan atau tari gila gilaan yang diperankan oleh sepasang atau beberapa pasang penari.

“Disebut edan edanan karena sang penari bertingkah seperti orang gila, tetapi tarian tersebut juga punya makna. Prosesi adat Gagrak Yogyakarta Hadiningrat merupakan yang pertama kali digelar di Purwokerto,” Kata Dra Ari Siswardani owner Dhita Wedding Purwokerto.

Dua penari edan edanan tersebut, selain menari juga melakukan gerakan-gerakan simbolis sukerta atau membersihkan jalan yang hendak dilalui mempelai menujunu sasana palenggahan, hingga membersihkan palenggahan yang akan ditempati pengantin.

Kemudian kedua mempelai dituntun oleh senopati dan prajurit menuju palenggahan. Secara umum proses Gagrak Yogyakarta Hadiningrat tersebut meliputi, Balangan Gantal atau melempar sirih. Penganti pria memgang 4 sirih dan perepuan 3 lembar sirih. Tujuh lembar atau pitu sirih tersebut memiliki makna pitulungan.

Selanjutnya, Wijikan (Ranupada) membasuh kaki, Mecah Tigan memecah telur dalam bokor, Tampa Kaya atau Kacar-Kucur. Dalam Kacar Kucur merupakan perlambang bahwa seorang suami tidak boleh bersifat picik, semua hasil jerih payahnya harus diserahkan kepada sang istri.

Prosesi selanjutnya yakni Dhahar Klimah, merupakan upacara makan kedua pengantin yang disimbolkan dengan nasi yang dikepal-kepal menjadi tiga bulatan kecil. Hingga Mapag Besan dan Sungkeman.

Dalam prosesi tersebut Dhita Weding menggunakan tata rias Jogja Paes Ageng Kanigaran. Dimana mempelai pria selain mengenakan dodot juga dilengkapi dengan ageman, sehingga tampak lebih berwibawa.
Sedangkan untuk rias pengantin putri ada tiga tahapan yang harus dilalui rias bagian kepala lengkap dengan sanggul, make up wajah, hingga busananya. ” Semua tahapan tersebut ada pakem yang harus dipegang, jadi harus benar-benar sesuai,” terangnya.

Ia mencontohkan dalam rias wajah ada pula istilah paes sela yang menyimbolkan adanya jalan keluar dalam menghadpi persoalan hidup. Riasan wajah tersebut juga dilapisi dengan gares emas yang melambangkan kemuliaan. Dalam prosesi tersebut yang pasti kedua mempelai benar-benar merasakan menjadi raja dan ratu selama sehari.

Pesta Pernikahan yang digelar di Gedung Graha Widyatama Unsoed tersebut berlangsung sukup meriah. Dekorasi yang lengkap dengan berbagai ornamen bunga, hingga taman, mengesankan suasana yang sangat elegan, anggun dan mewah.

 

Senopati dan Prajurit bersama penari beksanedan edanan mengantarkan mempelai ke sasana palenggahan

Sementara itu Dhita Wedding yang dikelola Ririen sapaan akrab untuk Dra Ari Siswardani tersebut sudah berdiri sejak tahun 1984 lalu sehingga cukup banyak klien yang sudah dilayani. Selain Itu ia juga menjadi Ketua Himpunan Rias Pengantin Indonesia ( Harpi ) Melati Kabupaten Banyumas.

Dhita yang memiliki makna kelanggengan ini juga memiliki LKP Dhita Mutiara. LKP tersebut menjadi mitra binaan Dinas Pendidikan Bidang Non Formal Banyumas. Hingga saat ini sudah cukup banyak lulusan LKP Dhita yang sudah sukses dan berkiprah di dunia rias pengantin dan kecantikan. (saw)

Beri komentar :
Share Yuk !

Tinggalkan komentar