Kilang Pertamina Cilacap Kini Kembangkan Green Avtur

CILACAP – Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap menjadi produsen bahan bakar minyak (BBM) jenis Aviation Turbine (Avtur) terbesar di Indonesia. Sepanjang 2020, produksi tertinggi tercatat 1.852 mille barrel (MB) per ribu barrel terjadi pada bulan Januari. Sedangkan dalam lima tahun terakhir, produksi tertinggi terjadi pada Agustus 2019, sebesar 1.895 MB.

Selain itu Pertamina RU IV Cilacap untuk pertama kalinya dalam sejarah berhasil mengekspor Avtur sebesar 400 MB pada Juli 2019.

“Ini semakin menegaskan posisi Pertamina RU IV sebagai kilang paling besar dan strategis di Indonesia,” ujar Hatim Ilwan, Unit Manager Communication, Relations, & CSR Pertamina RU IV Cilacap.

Hatim mengungkapkan, Avtur diproduksi di RU IV dan RU V Balikpapan. Di RU IV, Avtur diproduksi di unit Kero Merox di Fuel Oil Complex (FOC) I, unit AHU & TDHT di FOC II dan unit GHT di kilang Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC).

“Sebelum adanya konversi minyak tanah ke LPG, Avtur dijual dalam bentuk Kerosene dengan distribusinya melalui jalur laut,” ungkapnya.

Lebih lanjut, berbekal kesuksesan tersebut Pertamina RU IV Cilacap saat ini dalam proses pengembangan produk Avtur ramah lingkungan berbahan dasar minyak sawit, Green Avtur.

“Uji coba Green Avtur yang pertama dengan Co-Processing injeksi 3% minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) yang telah diproses lebih lanjut sehingga hilang getah, impurities dan baunya menjadi RBDPO (Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil) di kilang Cilacap. Ini sebagai bagian roadmap pengembangan biorefinery Pertamina dalam rangka mewujudkan green energy di Indonesia,” imbuh Hatim.

Diharapkan untuk fase 1, uji coba Green Avtur pada Desember 2020. Meski secara komersial belum akan dijual, Green Avtur tetap diuji coba untuk menguji kualitasnya.

“Untuk fase kedua, ditargetkan akhir 2020 atau awal 2021. Komitmen kami seluruh produk mengarah pada efisiensi dan ramah lingkungan, setara Euro 4 atau Euro 3. Ini sebagaimana visi Pertamina ‘To be Digital & World Class Refinery’ pada 2028. Hal ini harus didukung keberadaan kilang yang efisien dan ramah lingkungan, baik dari sisi operasional maupun produknya,” pungkas Hatim. (gin)

Beri komentar :
Share Yuk !