Anak Putu Desa Adiraja, Lakukan Tradisi Maulid

CILACAP – Pagi-pagi sekali, ribuan masyarakat adat anak putu Desa Adiraja, Adiraja Wetan Kecamatan Adipala, serta anak putu Jatilawang Banyumas berjalan beriringan menuju petilasan Mbah Depok Kendran di Desa Adiraja, melakukan sungkem bekten dan resik-resik di tempat tersebut, Jum’at (15/11) kemarin.

Inilah hari kedua upacara Mauludan, peringatan kelahiran Nabi Muhammad, yang akan berlangsung selama tiga hari.

Di hari pertama, dari Desa Pekuncen, Jatilawang, mereka berjalan beriringan membawa hasil bumi, beras, sayuran dan lainnya untuk kerabat mereka di Desa Adiraja, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap. Jaraknya sekitar 20 kilometer, Kamis (14/11).

Kaum pria memakai iket atau blangkon yang dikenakan di kepala, beskap berwarna hitam, dan jarik yang membalut tubuh bagian bawah. Sementara, kaum wanita berbusana kebaya batik dan selendang putih, yang selalu melekat di bahu mereka. Setiap warga diwajibkan memakai pakaian tradisional.

“Mereka berjalan dari Jatilawang membawa bakul yang berisi makanan untuk dimasak bersama di Pasemuan Adiraja,” ujar Saptoyo, Ketua Paguyuban Resik Kubur Jero Tengah.

Saptoyo menjelaskan, saat sungkem bekten ke petilasan Mbah Depok Kendran di Desa Adiraja. Sungkem bekten sudah berlangsung sejak zaman dahulu.

Sementara itu, para anak putu wanita melakukan pembersihan petilasan hanya menggunakan tangan. Mereka memunguti lumut yang berada di atas petilasan

“Nguri-nguri budaya jawi. Sudah seharusnya budaya terus dilestarikan,” kata dia.

Usai lakukan sungkem bekten, para anak putu kembali ke Pasemuan Adiraja. Untuk memulai acara puncak.

Matahari sore mulai bergeser dari langit, disana semua anak putu saling bersungkeman, saling mendoakan, dan saling bersilaturahmi. Kerukunan di sini sangat erat dan saling menghargai perbedaan.

“Mereka membawa makanan untuk dimasak bersama. Disini sama rata, yang tidak bawa makanan, tetap ikut makan. Intinya sama rata,” Saptoyo menjelaskan.

Dihari selanjutnya, Sabtu (16/11), para anak putu yang berasal dari Desa Pekuncen Jatilawang, kembali pulang dengan berjalan kaki.

“Harapannya tetap langgeng dan estari,” pungkas Saptoyo. (ray)

Beri komentar :
Share Yuk !