Belajar Matematika dari Lebah di Tengah Darurat Wabah

BELAJAR MATEMATIKA : Dengan menerapkan prokes, para siswa SMPN 2 Karangpucung belajar matematika di kebun budidaya lebah bambu betung milik calon guru penggerak. (Istimewa)

CILACAP-Angan para guru memulai tahun ajaran baru dengan tatap muka terbatas musnah sudah dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Sebaran wabah Covid-19 bahkan seolah tak terkendali sehingga pembelajaran harus kembali ke rumah-rumah. Namun, di Kabupaten Cilacap hal itu justru menantang salah satu calon Guru Penggerak menciptakan pembelajaran yang menarik untuk siswanya.

Adalah Yoki Isnandar, guru matematika SMPN 2 Karangpucung Kabupaten Cilacap yang memanfaatkan lebah sebagai sarana untuk belajar matematika di era wabah ini. Dengan aset yang ada di desanya, Yoki melakukan pembelajaran dengan membuat video pembelajaran bersama rekan kerja dan empat siswanya. Tak lupa, proses pembelajaran tersebut dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara ketat.

Ia memanfaatkan barang bekas berupa kalender bekas sebagai media untuk menulis dan papan bekas hasta karya lukisan seni budaya sebagai alas untuk menulis. Yoki membuat inovasi dalam pembelajaran matematika di kebun budidaya lebah bambu betung yang dimilikinya.

Pembelajaran dimulai dengan mengajak siswanya ke kebun lebah Apis Trigona yang tak bersengat. Dari beberapa keistimewaan jenis lebah ini, diambil satu keistimewaannya yaitu mampu memperbanyak koloni.

Fenomena itu, oleh Yoki dikaitkan dengan materi pembelajaran matematika tentang bentuk barisan dan deret bilangan geometri dengan rasio dua.

“Dari satu koloni lebah Apis Trigona dapat dipecah menjadi dua koloni dalam satu bulan sehingga jika dituliskan ke dalam barisan bilangan geometeri selama setengah tahun membentuk barisan, misalnya: 1, 2, 4, 8, 16, 32,” jelas Yoki.

Dari keistimewaan tersebut, tambah Yoki, dapat dibentuk dengan soal matematika yang dikaitkan dengan kehidupan nyata sehingga pembelajaran matematika tentang barisan dan deret matematika mudah dipahami.

“Di awali dari kejenuhan siswa belajar daring, kemudian saya mencoba mencari cara lain agar anak-anak kembali memiliki semangat dalam belajar meskipun lewat daring. Kegiatan ini juga tentunya sudah mendapatkan izin dari Kepala Sekolah dan juga orang tua siswa serta dilakukan dengan prokes yang ketat,” tambahnya.

Salah satu murid Dena Dwi Alrizky mengungkapkan belajar matematika dengan melibatkan lebah sangat bersensasi.

“Pembelajaran di alam terbuka lebih menyenangkan karena bisa berinteraksi dengan alam dan bisa menghirup udara segar. Apa lagi ini kita dihadapkan pada lebah, mendebarkan” ujar Dena.

Rekan kerja yang ikut andil dalam proses pembuatan video pembelajaran, Singgih Wiku Yuwono juga mengatakan bahwa pembelajaran di lapangan memiliki daya tarik tersendiri. Menurutnya nak-anak lebih suka belajar sambil bermain, terlebih di masa pandemi ini.

“Saya menyaksikan secara langsung bagaimana anak-anak antusias belajar Matematika bersama Pak Yoki. Mulai dari tahap pembukaan, inti, dan penutup, mereka bersemangat dan saling berebut untuk menyampaikan pendapat dan jawaban mereka. Padahal selama ini Matematika merupakan mata pelajaran yang sering dihindari oleh siswa,” kata Singgih. (*)

Beri komentar :
Share Yuk !