Cuaca Buruk, Nelayan Cilacap Kian Terpuruk

CILACAP – Angin kencang dan gelombang tinggi di Selatan Perairan Cilacap membuat nelayan Cilacap semakin terpuruk. Bagaimana tidak, bawal putih yang biasa diburu menjelang tahun baru China atau Imlek, saat ini tidak bisa ditangkap karena tidak bisa melaut.

“Di awal tahun 2021 yang tadinya musim bawal putih tangkapannya berkurang banget. Ini tahun terparah dari sebelumnya,” kata Ketua Nelayan Pandanarang Cilacap Tarmuji, Selasa (9/2).
Menurutnya, cuaca yang kurang mendukung sejak Desember 2020 lalu menjadi salah satu faktor berkurangnya ikan bawal putih. Bahkan bisa dibilang, produksi semua jenis ikan ikut berkurang. Padahal harga jual ikan bawal putih masih tinggi, per-kilogramnya berkisar Rp 180 ribu hingga Rp 500 ribu.

“Kalau yang hoki banget, nelayan pulang dapat 20 kilogram. Kalau tidak hoki biasanya hanya pulang membawa dua ekor hingga empat ekor ikan bawal putih. Begitupun dengan komoditi ikan layur dan udang, ” ujarnya.

Saat ini, hampir semua nelayan memilih untuk tidak melaut. Soalnya, jika ada yang melaut, hasilnya sangat minim. Karena hasil tangkapan tidak sebanding dengan biaya BBM yang dikeluarkan untuk melaut. “Nelayan susah kalau mau berangkat, gelombang tinggi dan angin kencang sering tiba-tiba datang. Kalau ada peringatan dari BMKG terkait cuaca buruk, nelayan memiliki untuk tidak melaut,” kata dia.

Kondisi tersebut tentunya membuat nelayan mengalami paceklik. Kendati demikian, menurut Tarmuji, di tahun 2021 ini belum ada wacana maupun info dari Pemerintah Kabupaten Cilacap terkait adanya bantuan. “Tahun ini belum ada info mengenai bantuan. Di tahun 2020 sebelumnya ada bantuan untuk nelayan yang terdampak Covid-19 tapi tahun ini belum,” ujarnya.

Terpisah, Prakirawan Cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Rendi Krisnawan menjelaskan, sejak akhir tahun 2020 lalu hingga saat ini, kondisi cuaca buruk kerap terjadi di perairan Jateng, khusunya Kabupaten Cilacap. Bahkan ketinggian gelombang laut mencapai 4 hingga 6 meter.

“Ketinggian gelombang tersebut sangat berbahaya bagi aktivitas pelayaran. Untuk itu, kami meminta masyarakat tidak terlalu memaksa melakukan aktivitas di laut. Nelayan juga diharapkan bisa selalu mengakses informasi cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG,” kata Rendi. (ray)

Beri komentar :
Share Yuk !