Keramat Penjaga Dayaluhur: Sejarah Era Pengaruh Cirebon di Dayeuhluhur

Sampai saat ini belum banyak warga di Kabupaten Cilacap yang mengetahui bahwa Sebelum tahun 1800 Masehi berdasar peta-peta kuno Era VOC dan Hindia Belanda wilayah bernama Dayaluhur (Dajaloehoer atau oleh lidah orang Portugis disebut Dailoor).

Dahulu wilayah Dayaluhur itu meliputi antara Sungai Citanduy Cijolang hingga Sungai Serayu, dan antara Perbukitan Hutan Wates hingga Pulau Nusakambangan. Bahkan wilayah Gumelar, Pekuncen, Lumbir dahulu termasuk wilayah Tanah Dayaluhur.

Dalam Perkembangan selanjutnya seiring dengan surutnya Kerajaan Mataram pasca Sultan Agung di akhir era 1600 Masehi akibat banyaknya pemberontakan dan perang saudara yang dipengaruhi oleh VOC.

Pada masa ini Kerajaan Cirebon mengembangkan pengaruh terutama dari segi agama dan pemerintahan di wilayah-wilayah Mataram sebelah barat yang berbudaya Sunda seperti Dayaluhur.

Bahkan tak hanya itu Sultan Cirebon juga menempatkan para penjaga Wilayah yang sekaligus penjaga Perbatasannya dengan Mataram yang sedang surut untuk menguatkan pengaruh Cirebon di daerah ini.

Menurut Ceceng Rusmana Pemerhati Budaya dan Sejarah Dayeuhluhur memaparkan Sekitar tahun 1700 Masehi Wilayah Dayaluhur sebelah Timur yakni dari Sungai Citanduy hingga segara anakan dan wilayah pegunungannya diatur oleh pemerintahan Kesultanan Cirebon.

Dikatakan, selama 100 tahun dalam pengaruh Cirebon, agama Islam di Dayaluhur berkembang, tapi karena daerah tersebut merupakan daerah perebutan kekuasaan, maka kondisi masyarakatnya jauh dari kondisi yang aman apalagi makmur.

Hal itu karena ketika Pemberontakan Prawatasari pada tahun 1705 Masehi, Dayaluhur jadi medan perang dan penjarahan. Pasukan bersenjata yang tidak tertangkap oleh VOC dan juga pasukan yang Pro VOC banyak yang berubah menjadi Karaman atau perampok.

Karena Situasi dan kondisi tidak aman maka banyak sawah ladang yang terbengkalai menjadi hutan serta menjadi sarang hama baik itu hama tanaman atau binatang buas.

Karena kelangkaan sumber makanan juga mengakibatkan penduduk terjangkit berbagai penyakit termasuk penyakit menular dan pageblug.

Pada situasi dan kondisi yang kacau tersebut, muncul pula penduduk harus menghadapi penindasan orang-orang pemerintahan maupun dan kelompok masyarakat yang mementingkan diri sendiri.

Kondisi tersebut membuat prihatin Sultan Cirebon, sehingga ingin memerintah dan mengembangkan agama Islam di wilayah perbatasannya. Lantas ia mengutus orang-orang trampil, kuat dan punya keahlian khusus untuk menjaga kestabilan hidup masyarakat di Tanah Dayaluhur yang sedang dalam pengaruhnya.

“Para penjaga itu di Dayeuhluhur sekarang bergelar nama depan Ki Jaga,” kata Ceceng Rusmana kepada Banyumas Ekspres.

Dijelaskan Kedatangan atau penugasan para Ki Jaga itu diperkirakan sekitar tahun 1700 -1800 Masehi secara bertahap tidak bersamaan sesuai kebutuhan dan masalah yang ada di masyarakat.

Sepanjang tahun 1700-1800 Masehi dan pada era itu pula berkembangnya pengaruh Cirebon dalam agama dan acara adat budaya yang berkembang bertahan hingga sekarang.

Sementara itu menurut cerita Juru Kunci Desa Datar, Ki Dahuri (95) mengatakan Ki Jaga yang ada di Desa Datar adalah bernama Ki Jagawani yang berkedudukan di Keramat Pameungpeuk Gunung Tamiang Dusun Cikondang.

Diterangkan Ki Jagawani adalah Seorang pangeran dari kesultanan Cirebon yang berwatak keras dan trampil berburu dan bernama Pangeran Purbarasa Purbawisesa Sanghyang Jagawana, yang ditugaskan oleh Sultan Cirebon untuk mengendalikan hama yang berasal dari hutan yang menggangu tanah Dayaluhur.

Kemudian Ki Jaga Di Desa Cilumping bernama Kijaga Wadana menurut Juru Kunci Keramat Ki Jagawadana Ki Surahman (75) Ki Jagawadana adalah seorang Penasihat dan pelindung bagi para pegawai pemerintahan seperti Wadana dan Kuwu yang mengatur wilayah Dayaluhur.

Sedangkan Ki Jaga di Gunung Sukapacet batas Hanum Palugon adalah Ki Jagabela yang bertugas mengatur masyarakat (Mandor) yang melakukan kerja bakti untuk negara.

Berikut ini daftar nama dan lokasi Kuburan atau Petilasan Para Ki Jaga yang telah di ketahui yang tersebar di Tanah Dayaluhur .

Ada Tujuh Kepala Pasukan Penjaga tersebut yakni Ki Jagarawot di Keramat Citatah Kutaagung.
Penjaga dari bencana longsor dan banjir bandang.

Ki Jagasakti di Desa Cilumping Penjaga masyarakat dari santet dan ilmu hitam dan ilmu sesat,Ki Jagawadana di Tepi Sungai Cidayeuh Cilumping Penjaga serta penasihat para pemimpin dan pemerintah desa,Ki Jagabela Kaduluhur Sumpinghayu Penjaga dan penolong Masyarakat dari bahaya wabah dan penyakit.

Ki Jagawani/Jagawana Keramat Pameungpeuk Ciherang Desa Datar Penjaga areal pertanian dan masyarakat dari hama dan binatang buas dari hutan.

Selanjutnya Ki Jagamayungan Keramat Desa Datar Penjaga masyarakat dari cuaca buruk dan angin topan dan Ki Jagabela Hanum Gunung Sukapacet Penjaga dan pengawas masyarakat dari bahaya ketika melakukan pembangunan infrastruktur jalan, membuat sawah ladang atau irigasi.( (Bersambung).

Beri komentar :
Share Yuk !