Kesaktian Si Bule jadi Legenda Gunung Sembung Sumpinghayu

Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap kaya dengan sejarah dan budaya yang dengan cerita dan kisah-kisah, fakta maupun mitos masih melegenda hingga kini.

Di antaranya legenda yang masih melekat bagi masyarakat Dayeuhluhur hingga kini adalah legenda hilangnya anak-anak di Sumpinghayu. Seperti cerita Si bule yang hilang diculik dan membuat resah seluruh penduduk.

Konon dimasa yang lalu di wilayah Dayaluhur masih dalm kekuasaan Kerajaan Cirebon dan Kerajaan Mataram. Wilayah ini menjadi sasaran para perampok Bajo yang berasal dari daerah sebelah barat, utara dan selatan melewati segara anakan.

Menurut keterangan juru kunci makam keramat Gunung Sembung Ki Carman pada masa itu penduduk Sumpinghayu merasa resah dikarenakan banyak warga terutama anak-anak hilang diculik oleh para perampok. Konon para leluhur “Danghyang” yang melindungi Daerah Sumpinghayu menitis pada seorang anak yang berkulit putih dan dijuluki SiBule.

Konon, anak tersebut berusia sekitar 10 tahun serta perangainya yang sangat agresif nakal dan tidak bisa diam dalam kesehariannya. Selalu pergi kemana suka tanpa memperdulikan situasi yang tidak aman bagi anak seusianya. Namun orangtuanya pun tidak merasa kwatir akan diculik perampok maupun hilang sekalipun.

Akhirnya karena daerah Cinangka Gunung Sembung sudah tidak aman lagi, orangtua si Bule menitipkan kepada pamannya yang merupakan kakak ibunya yang bermukim di tetangga Desa.

Namun keputusan ini tidak seperti yang diharapkan. Ternyata, pamannya bukan orang baik dan merupakan salah satu kawanan perampok. Ia selalu terlibat penculikan anak di Sumpinghayu bekerja sama dengan perampok Bajo.

Karena Bule semakin nakal, pamannya pun menjual SiBule kepada para perampok dan melaporkan kepada kedua orangtuanya bahwa Si Bule telah diculik para perampok.

Di tangan para perampok, Si bule dibawa menuju Segara Anakan melalui sungai Cijolang dan sungai Citanduy dan selanjutnya dijual lagi kepada para pedagang dibawanya berlayar menuju Pulau Sumatra.

Oleh pedagang, ia dijual kembali kepada seorang bangsawan asal Tulang Bawang hingga di bawa ke rumahnya,
namun di rumah bangsawan pun SiBule semakin bandel dan luar biasa kenakalannya makin menjadi-jadi sehingga kembali dijual ke suku kanibal yang berada ditepian sungai Tulang Bawang.

Oleh suku kanibal si Bule ditempatkan bersama ayam yang akan disembelih, suatu hari siBule kabur bersama ayam disaat penjaga lengah lalu dia lari ke hutan dan naik ke pohon kelapa hingga akhirnya suku kanibal gempar.

Lalu mereka mencari ke segala penjuru hutan dan akhirnya mereka hanya menemukan ayam saja yang sengaja dilepaskan siBule dari pohon kelapa dan akhirnya selamat tidak diketahui oleh kawanan suku kanibal Tulang Bawang.

Setelah siBule turun dari pohon kelapa dan diteruskan berlalu menggunakan perahu menuju laut dan dilanjutkan berlayar menggunakan bungkus mayang kelapa yang kering atau nyamu.

Menurut narasumber siBule adalah anak titisan yang memiliki ilmu kesaktian setelah beberapa hari atau bulan terkatung-katung terapung di lautan antara Tulang Bawang dan sampai diperairan laut Cirebon,.

Hingga sore, ada seorang putri guru dari sebuah perguruan di Cirebon sedang mencuci beras di dekat muara dan melihat di laut ada sebuah cahaya bersinar.

Rupanya cahaya tersebut berasal dari tubuh siBule terkena pantulan sinar matahari maka dengan ilmunya sang putri ia menepikan ke pantai dan pelan-pelan tubuh tersebut mendekat.

Dengan berdoa dan dikucurkan air, siBule akhirnya tersadar dari pingsannya, dan dibawa ke tempat perguruannya. Akhirnya si bule menjadi murid padepokan tersebut.
Sampai suatu hari dipanggil gurunya disuruh kembali ke daerahnya karena dirasa ilmu yang dia dapat telah cukup.

Ia juga dibekali Azimat Cupu Manik Astagina oleh gurunya sebagai bekal untuk diamalkan di tanah kelahirannya di Dayeuhluhur. SiBule berpamitan kepada gurunya untuk kembali ke kampung halamannya di Cinangka dekat Gunung Sembung lalu.

Sesampai di rumah, ia menceritakan semuanya dari awal sampai akhir. Penculikan yang terjadi di kampungnya tak lain adalah ulah pamannya sendiri. Mendengar cerita sibule tersebut dia bersumpah tujuh turunan tidak akan akan mengambil perempuan sebagai istri dari kampung pamannya. (ben)

Beri komentar :
Share Yuk !

Tinggalkan komentar