Masyarakat di Dayeuhluhur Gelar Sidekah Kupat Serentak

DAYEUHLUHUR-Memasuki Rabu terakhir Bulan Safar menyambut datangnya bulan Mulud masyarakat Dayeuhluhur menyebutnya Rabu wekasan, sejumlah desa di Kecamatan Dayeuhluhur menggelar tradisi Sidekah Kupat (Lebaran Ketupat) Rabu (21/9).

Tradisi ini rutin digelar pada Rabu Wekasan setiap tahunnya sejak pukul 05.30 wib. Warga dari masing-masing dusun berkumpul di jalan yang bertepatan dengan batas desa disejumlah titik jalan perbatasan desa dengan membawa dan menggantungkan ketupat di atas bambu yang diletakkan melintang jalan.

Prosesi Sidekah Kupat dipandu oleh Juru Kunci diawali dengan prosesi ijab tolak bala, dilanjutkan dengan pembacaan doa secara syariat Islam oleh tokoh agama setempat. Diakhiri dengan makan ketupat bersama.

Pada Kegiatan Sidekah Kupat di Desa Datar Kecamatan Dayeuhluhur dihadiri Camat, Kepala Desa, Kepala bidang Pembinaan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah dan Kabid Kebudayaan Dinas P dan K Kabupaten Cilacap.

Kabid Pembinaan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Eris Yunianto,S.Pd,M.Pd sangat mengapresiasi tradisi Sidekah Kupat yang dilakukan setiap tahun, tidak hanya unik tapi juga memiliki sejarah dan nilai-nilai budaya kearifan lokal.

Menurutnya upacara tradisi adat Sedekah kupat merupakan manivestasi nilai-nilai pancasila yang di pertahankan masyarakat Dayeuhluhur melalui Kebersamaan, gotong-royong, kerukunan,sukarela dan ketuhanan.

“ Kami sangat mengapresiasi, Sidekah kupat memiliki nilai –nilai mulia bahi hidup dan kehidupan manusia yakni kebersamaan manusia dengan alam semesta dan lingkungannya. “ pungkasnya.

Oleh karena itu pihaknya menindaklanjuti tradisi sidekah kupat tahun ini dimeriahkan dengan pagelaran festival budaya dengan menampilkan keragaman kesenian masyarakat Dayeuhluhur.

Selanjutnya untuk kemajuan dan pelestaraian budaya memerlukan komitmen bersama dengan gotong royong dari semua elemen termasuk pemerintah dan masyarakat terutama tokoh adat, dalam menjaga budaya maupun situs yang ada diwilayahnya.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas P dan K Kabupaten Cilacap Drs.Sukarno Sugiharto,MM mengatakan Tradisi Sidekah Kupat merupakan kekayaan warisan Tradisi dan Budaya yang menambah khasanah budaya Kabupaten Cilacap.

Diharapkan melalui kegiatan Festival Seni dan Budaya Sidekah Kupat ada dampak multi efek bagi masyarakat tidak hanya melestarikan tradisi tapi juga membangkitkan kembali kesenian maupun budaya tradisional masyarakat dayeuhluhur.

Tradisi Sidekah Kupat merupakan warisan kekayaan Budaya tak berbenda dan pihaknya akan melakukan inventarisir dan pendataan lebih dalam lagi mengenai tradisi adat maupun kesenian budaya lainnya.

Menurut Ketua Lembaga Adat Kecamatan Dayeuhluhur Ceceng Rusmana mengatakan,Sidekah Kupat dilaksanakan serentak hampir disemua Desa di Dayeuhluhur di 50 titik perbatasan di Kecamatan Dayeuhluhur dan Kecamatan Wanareja.

Bahkan beberapa desa sudah lebih dahulu seperti Cilumping Cijeruk,sebagian Matenggeng, Sebagian desa Dayeuhluhur,Desa Kutaagung,Desa Panulisan,dan Desa Ciwalen.

Untuk di Desa Hanum 6 titik lokasi,Datar 6 lokasi,Sumpinghayu 3 titik lokasi,Matenggeng 6 titik lokasi dan desa-desa lainnya juga di Desa Palugon,Desa Jambu,Desa Tambaksari serta desa lainnya di Kecamatan Wanareja yang berbudaya Sunda.

Sidekah Kupat di Desa Datar dilaksanakan di jalan menuju Gunung Datar berbatasan dengan Desa Hanum, Sehari sebelum pelaksanaan warga melakukan kerja bakti membersihkan jalan dan drainase sepanjang 3 kilometer.

Seperti dilakukan zaman dahulu jalan masih setapak,masyarakat terlebih dahulu membersihkan jalan menuju Lokasi Sidekah kupat.

Lebih lanjut Ceceng Rusmana menjelaskan ada dua macam ketupat yang mengandung makna dan sejarah kerajaan masa itu,yakni yang kecil untuk dipasang di pintu rumah yang dipercaya sebagai tolak bala dan menandakan pendukung bukan musuh pada masa itu.

Ketupat besar sengaja digantung di jalan Perbatasan Desa atau wilayah sebagai bentuk dukungan rakyat memberikan bekal untuk sejumlah tentara atau prajurit Kerajaan Siliwangi Pajajaran yang melewati jalan itu.

“ Ketupat yang di gantung di setiap perbatasan diberikan warga untuk bekal perjalanan para prajurit atau tentara yang melewati jalan tersebut,mungkin kalau sekarang namanya bantuan logistik permakanan.”Jelasnya kepada Banyumas Ekspres.

Sementara itu Kepala Desa Datar Darsah kepada Banyumas Ekspres mengatakan,sedekah kupat adalah tradisi yang telah dilakukan secara turun temurun.

Sampai saat ini masih lestari sebagai bagian dari budaya dan kearifan lokal dalam mememelihara kebersamaan dan kepedulian sebagai media pemersatu warga dan saling berbagi melalui sedekah kupat.

“Dengan kesadaran sendiri mereka serentak membuat dan membawa ketupat untuk disedekahkan berkumpul dan makan ketupat bersama-sama. Doa bersama-sama dan pulang bersama-sama,” Katanya.(lim)

Beri komentar :
Share Yuk !