Pergerakan Buaya Dipantau Ketat

CILACAP – Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah Cilacap hingga saat ini masih menelusuri keberadaan buaya muara (Crocodylus porosus) di kawasan perairan Segara Anakan.

Koordinator Polisi Kehutanan BKSDA Resor Konservasi Wilayah Cilacap, Dedy Rusyanto, mengatakan, pihaknya mendapat informasi kemunculan buaya itu dari Masyarakat Mitra Polhut Nusakambangan Barat pada Jumat (3/7) sore. Informasinya buaya muara muncul dekat pos TNI AL di Desa Klaces, Kecamatan Kampunglaut. Uai mendengar hal itu Masyarakat Mitra Polhut sebagai jejaring BKSDA untuk waspada dan segera untuk memantau pergerakan buaya.

“Selama beberapa hari ini, buaya tidak kelihatan lagi. Masyarakat Mitra Polhut bersama BKSDA melakukan sosialisasi di desa dan kecamatan sekaligus melakukan penelusuran pergerakan buaya,” kata Dedy Rusyanto, Selasa (7/7).

Menurutnya, kemungkinan pergerakan buaya tidak hanya di sekitar pos TNI AL. Karena, lanjut dia, disitu merupakan area mangrove yang cukup luas dan ada beberapa alur yang bisa dilalui.

“Kemudian juga habitat beberapa jenis satwa lain selain ikan seperti burung dan biawak jenis satwa yang bisa dijangkau oleh buaya tersebut. Kemunculan buaya ini merupakan yang kedua kalinya. Dulu pernah kena jerat sehingga tidak tertolong,” bebernya.

Oleh karenya, kata dia, BKSDA menghimbau masyarakat tetap waspada dan hati-hati tidak bermain di sekitar wilayah yang rawan dengan buaya. Selain sosialisasi pihaknya juga akan memasang plang himbauan agar waspada terhadap pergerakan buaya.

Dedi menegaskan, buaya muara adalah salah satu jenis satwa liar yang dilindungi Undang-Undang. Dia menghimbau masyarakat untuk tidak melakukan penanganan sendiri. Selain dilindungi, buaya juga jenis binatang berbahaya yang perlu perlakukan khusus. Penangangannya harus sesuai dengan standar operasional prosedur konflik antara manusia dengan satwa.

“Harus ditinjau sejauh mana gangguan. Apakah berisiko tinggi hingga sedang atau risiko. Selain juga pertimbangan dari masyarakat, desa setempat maupun tingkat kecamatan . Itu akan sebagai bahan pertimbangan kami sebagai dasar melakukan penanganan. Tentu juga atas dasar arahan dari pimpinan kami,” tegasnya.

Dia berharap, selain waspada, masyarakat bila melihat secara sengaja maupun tidak sengaja segera lapor ke kantor BKSDA atau melalui Masyarakat Mitra Pohut Nusakambangan Barat.

Sementara itu, menurut Kustoro, warga Desa Ujungalang Kecamatan Kampunglaut, banyak yang berpendapat buaya yang muncul tersebut berasal dari Sungai Citanduy, ada juga yang meyakini buaya tersebut asli Segara Anakan.

“Mungkin saja sarangnya sudah terusik, jadi mereka pergi dari sarangnya. Sangat masuk akal, jika sering kita mendengar cerita para nelayan yang sering ketemu buaya secara tidak sengaja,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, kondisi saat ini di sepanjang kali Karang Kobar hampir semua lahan hutan mangrove telah dibabat untuk dijadikan lahan pertanian. Anehnya itu dilakukan bukan oleh masyarakat asli Kampunglaut.

“Akibatnya habitat kepiting hilang, nelayan penangkap kepiting hari ini menjerit, karena tidak ada lagi lahan basah tertutup yang menjadi tempat tinggal nyaman bagi kepiting,” ungkap Kustoro.

Dia meminta, dibutuhkan penanganan yang serius, yang tidak hanya sekedar pose simbolik penyerahan bantuan, namun perlu aksi nyata penanganan agar tidak bertambah parah. (gin)

Beri komentar :
Share Yuk !