Pertamina Inisiasi Pembuatan Bioetanol dan Hand Sanitizer dari Buah Nipah 

CILACAP – Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap bersama Politeknik Negeri Cilacap (PNC) menginisiasi pemanfaatan pohon nipah sebagai bahan dasar bioetanol dan hand sanitizer. Pemanfaatan nipah yang selama ini dikenal sebagai tanaman pengganggu bagi pohon mangrove ini dilakukan melalui kegiatan pelatihan bagi masyarakat Desa Ujung Alang di area Konservasi Laguna Kawasan Segara Anakan Cilacap (Kolak Sekancil), Kampung Laut, Rabu (26/8).

“Kita tahu pohon nipah yang selama ini menjadi tanaman pengganggu bagi pohon mangrove. Untuk itu kami bekerjasama dengan Politeknik Negeri Cilacap melakukan inovasi memanfaatkan buah dan nira nipah menjadi bioethanol dan hand sanitizer,” kata Unit Manager Communication, Relations & CSR Pertamina RU IV Cilacap, Hatim Ilwan, Rabu (26/8).

Buah Nipah (ilustrasi)

Selain guna menjaga ekosistem pohon mangrove, lanjut dia, dengan memanfaatkan nipah yang sebelumnya menjadi tanaman pengganggu, pelatihan ini juga sekaligus membuka peluang baru untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

“Alhamdulillah, animo peserta sangat tinggi. Harapannya melalui pelatihan ini akan muncul mata pencaharian baru yang bersumber dari pohon nipah,” ungkap Hatim.

Menurutnya, pelatihan ini menjadi bukti nyata kehadiran Pertamina dalam memberdayakan dan meningkatkan perekonomain masyarakat, terlebih di masa pandemi saat ini.

Jadi Dua Jenis Penyanitasi Tangan

Dalam kesempatan itu Dosen Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan PNC, Dodi Satriawan menjelaskan pembuatan bioetanol dan hand sanitizer dilatarbelakangi melimpahnya pohon nipah di Kampunglaut yang belum termanfaatkan oleh masyarakat setempat.

“Bioetanol ini berasal dari buah dan nira Nipah. Nantinya hasil jadi hand sanitizer menjadi dua jenis, yakni jenis gel dan cair,” jelasnya selaku pemateri.

Dodi merinci proses pembuatan bioethanol diawali proses pencacahan untuk menghaluskan buah nipah dengan mesin ekstrak dilanjutkan proses perebusan guna mengeluarkan seluruh ekstrak nipah. Tahap berikutnya dimasak selama empat jam, lalu pengepressan dan proses fermentasi dengan beberapa ragi yang memakan waktu 3-4 hari, dan selanjutnya memisahkan bioethanol dengan air.

“Keseluruhan proses ini memakan waktu sekitar 5 hari sampai jadi,” paparnya.

Ketua Kelompok Pengelola Limbah Nipah, Sumardi Senen mengungkapkan pelatihan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam rangka meningkatkan keterampilan untuk menambah penghasilan keluarga.

“Kami berterimakasih kepada Pertamina Kilang Cilacap. Pelatihan ini sangat bermanfaat untuk menambah keterampilan khususnya anggota kelompok dan umumnya masyarakat luas,” imbuhnya.

Tahap awal, pelatihan ini diikuti oleh 10 orang warga Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampunglaut. Dalam kesempatan itu, Pertamina yang diwakili CSR & SMEPP Officer, Dian Kuswardani secara simbolis menyerahkan bantuan mesin ekstraktor nipah kepada Ketua Kelompok Pengelola Limbah Nipah, Sumardi Senen. (gin)

Beri komentar :
Share Yuk !