Rendahnya Minat Baca Masih jadi Persoalan

CILACAP – Pengembangan perpustakaan berbasis inklulsi sosial yang diharapkan mampu mendorong terwujudkan kesejahteraan masyarakat, namun kini dihadapkan dengan persoalan rendahnya minat baca masyarakat.

Hal ini diungkapkan oleh Ahmad Mashuri, Kepala Pusat Preservasi Bahan Pusataka Perpusnas RI pada Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca, di Graha Pemuda Bercahaya, Kamis (24/10).

Perpustakaan Berbasis Inklulsi Sosial

“Perpustakaan kini memiliki peran untuk mendorong masyarakat dalam peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan rakyat, karena itu perpustakaan harus dirancang untuk memiliki nilai kebermanfaatan yang tinggi di masyarakat,” ungkap Mashuri.

Di era digital seperti saat ini, lanjut dia, perpustakaan juga sudah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk gemar membaca. Masyarakat tidak hanya harus datang ke Perpustakaan untuk meminjam buku. Akan tetapi bisa membaca buku secara online, melalui aplikasi Ipusnas, aplikasi perpustakaan digital.

“Masyarakat bisa dimana saja membaca melalui Ipusnas, ada sekitar 600 ribu buku yang bisa dibaca dalam aplikasi tersebut. Sehingga masyarakat dimudahkan untuk bisa mengembangkan diri, setelah membaca buku,” tandasnya.

Berbenah

Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Cilacap Supriyanto mengatakan jika selama ini literasi diasumsikan pada aksara. Padahal, perpustakaan sudah bertransformasi inklusi sosial dalam rangka mendukung kesejahteraan masyarakat.

“Bagaimana hasil membaca menjadi olahan produk dan sedikit banyak membantu kesejahteraan masyarakat,” katanya.

Supriyanto menyebutkan, sejak 2017, perpustakaan sudah berbenah dan lebih modern dengan melengkapi diri di bidang IT. Mulai ada BI Corner, peningkatan jaringan internet dan juga digitalisasi perpustakaan daerah melalui aplikasi e Perpus. Ada sebanyak 2.500 buku yang bisa dibaca.

Sementara itu, Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji yang diwakili Asisten Bidang Administrasi Sekda Cilacap U’ong Suparno mengatakan dari hasil survey masyarakat Indonesia lebih senang memilih menonton televisi, mendengarkan radio, bermain game dan internetan ketimbang membaca buku.

“Akibatnya Indonesia berada pada peringkat 124 dari 187 negara, jika dilihat dari penilaian Indeks Pembangunan manusia (Human Development Index),” katanya saat membuka Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca tersebut. (gin)

Beri komentar :
Share Yuk !