Warga Dayeuhluhur Menggelar Sedekah Bumi

DOA BERSAMA : Warga Dusun Kemuning Desa Matenggeng Kecamatan Dayeuhluhur menggelar doa bersama sebagai rangkaian akhir tradisi ngaruwat lembur, Rabu (11/8)malam./Taslim Indra/BANYUMAS EKSPRES

DAYEUHLUHUR-Masyarakat Dayeuhluhur masih menjunjung tinggi tradisi maupun adat istiadat warisan para leluhur. Salah satunya tradisi sedekah bumi dan ruatan kampung yang masyarakat mengenalnya dengan sebutan ngaruwat lembur di Dusun Kemuning Desa Matenggeng Kecamatan Dayeuhluhur, Rabu (11/8). Dalam tradisi ini wujud syukur juga dipercaya sebagai salah satu upaya penolak bala dari berbagai penyakit dan bencana.

Hadir dalam kesempatan tersebut kepala desa, tokoh adat, tokoh agama, pemuda dan masyarakat setempat. Menurut tokoh adat Desa Matenggeng Waska ( 60) tradisi ngaruwat lembur ini merupakan warisan para leluhur yang sudah ada sejak dahulu sebelum dia lahir. Tradisi ini dilaksanakan rutin setiap tahun secara turun temurun setiap Bulan Sura. Bersamaan dengan pergantian windu digelar, tradisi ini semata-mata sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas berkah, keselamatan, kesehatan ,panen yang melimpah, air yang tidak berkurang serta dijauhkan dari malapetaka.

Ritual ngaruwat lembur diisi dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh adat dan tokoh agama. Masyarakat membawa berbagai jenis makanan dan minuman secara sukarela termasuk bubur umbi-umbian yang dimasak. Selain itu juga dilakukan pemotongan satu ekor kambing dengan biaya swadaya masyarakat. Seluruh daging kambing dimasak dan dimakan bersama kecuali kepala,kaki,kulit dan jeroan dikubur bersamaan dengan hasil bumi di tengah kampung. Penguburan ini sebagai simbol penolak bala yang sebelumnya diberi doa dan jampi oleh tokoh adat maupun tokoh agama. “Kami berharap kepada generasi muda bisa melestarikan dan melanjutkan tradisi ini jangan sampai punah “tandasnya

Kepala Desa Matenggeng Tabirin menyampaikan apresiasi kepada warga masyarakat yang telah menjaga dan melestarikan tradisi sedekah bumi dan ngaruwat lembur. “Melestarikan tradisi maupun adat istiadat berarti menghargai dan menghormati warisan para leluhur,sehingga jangan malu untuk melaksanakannya apalagi tidak peduli sama sekali.”

Menurutnya tradisi yang hanya dilakukan setiap satu tahun sekali merupakan bukti kearifan lokal. Ini patut dijaga sebagai kekayaan budaya masyarakat dan ciri khas Desa Matenggeng

Pihaknya berharap kegiatan ini juga harus mematuhi aturan protokol kesehatan dan melaksanakan pola hidup bersih dan sehat agar terhindar dari virus Corona.

Tokoh adat dan Pemerhati Budaya Kecamatan Dayeuhluhur Ceceng Rusmana menyampaikan, pelaksanaan tradisi sedekah bumi kali ini tergolong istimewa karena bersamaan dengan pergantian windu. Biasanya kegiatannya lebih meriah namun karena ada pandemi Covid 19 dilaksanakan lebih sederhana.

Menurutnya kegiatan sedekah bumi ini tahun dilaksanakan serentak diseluruh oleh warga Desa di Kecamatan Dayeuhluhur. Namun pelaksanaan di Desa Matenggeng memiliki ciri khas tersendiri yakni seluruh kampung dirias dengan janur berbentuk keris dan ular.

Kemudian adanya bubur sura yang terbuat dari umbi dan kacang hasil bumi yang dimasak menggunakan tembikar atau wadah terbuat dari tanah liat tidak boleh dari logam.(lim)

Beri komentar :
Share Yuk !