Nyeri dan Penderitaan (Pain and Suffering)

dr. Dedi Pujo Purnomo Sp.An
dr. Dedi Pujo Purnomo Sp.An

Hampir sebagian besar orang pernah mengalami nyeri dalam perjalanan hidupnya. Nyeri yang tidak teratasi berakibat gangguan fisik dan psikologis yang buruk. Reaksi pasien terhadap nyeri kerapkali sesuai dengan konteks norma masyarakat dan tradisi budaya serta keagamaan.

Definisi nyeri menurut IASP (International Association For The Study Of Pain) adalah suatu rasa yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional disertai kerusakan jaringan yang nyata atau yang potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan. Nyeri dapat dikategorikan menjadi beberapa variabel, seperti durasi (akut, pemulihan, kronis), mekanisme patofisiologi (fisiologi, nosiseptif, neuropati), konteks klinis (seperti pasca operasi, keganasan/kanker, neuropati, dan degeneratif), dapat juga berupa nyeri psikogenik atau jika tidak ditemukan penyebab di gunakan istilah idiopatik.

Perbedaan Nyeri akut dan nyeri kronis

Metode penilaian nyeri yang terstandarisasi dibutuhkan untuk penilaian nyeri dan proses terapi. Sejumlah alat telah dikembangkan untuk menilai intensitas nyeri. Alat ini dapat digunakan untuk menghitung intensitas nyeri, mengembangkan regimen obat yang baru, mengevaluasi dan mencatat efikasi sebuah intervensi tindakan.

Gambar : Skala Nyeri NRS
Gambar : Skala Nyeri NRS
Gambar: Skala Nyeri Faces Pain Scale
Gambar: Skala Nyeri Faces Pain Scale

Perkembangan profesi kedokteran menuntun pada perkembangan tentang paradigma baru pengelolaan pasien nyeri. Konsep paradigma baru melihat kedudukan pasien sebagai subyek, pasien sebagai makhluk bio-psiko-sosio-kulturo-spiritual dengan memperhatikan pada konsep manusia seutuhnya dan pengelolaan nyeri bersifat total pada kualitas hidup manusia.

Konsep paradigma baru menganut prinsip pendekatan holistik dan pendekatan Tim. Pendekatan holistik berarti semua segi dari nyeri dan semua segi kualitas hidup harus diberi perhatian yang seksama. Pasien dirawat sebagai makhluk bio- psiko- sosio- kulturo- spiritual. Prinsip pendekatan Tim artinya diperlukan suatu tim yang terdiri dari dokter, perawat, fisioterapis, ahli gizi, rohaniawan, pekerja sosial dan anggota keluarga karena tidak mungkin satu orang menguasai semua bidang tersebut. Sehingga tujuan pengelolaan tidak hanya berhenti pada bebas nyeri tetapi tercapainya kualitas hidup pasien yang optimal.

Strategi penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan non-farmakologi (metode fisik: getaran atau imobilisasi,aplikasi hangat atau dingin, akupuntur; metode psikologik: relaxasi, edukasi, pengalihan pikiran, hipnosis, modifikasi gaya hidup) dan terapi farmakologi (opioid, non-opioid, anestesi lokal). Obat anti nyeri opioid harus dengan resep dokter dan tidak boleh melebihi dosis baik untuk nyeri akut atau kronis. Hati – hati terhadap efek samping dan berkonsultasi dengan dokter. Kombinasi dengan metode non-farmakologi dapat memaksimalkan pengurangan nyeri dan meminimalkan risiko efek samping. Menggunakan langkah pendekatan medikasi (step ladder WHO) merupakan yang terbaik.

Pada waktu sekarang dan gelombang masa depan mengobati (caring) dengan kemahiran (competent head and hand) disertai dengan kasih sayang (compassion, heart and love) serta kepedulian (commitment) berfokus pada manusia seutuhnya. Semoga kedepan bisa mengembangkan layanan terpadu bebas nyeri.

Oleh : dr. Dedi Pujo Purnomo Sp.An

Beri komentar :
Share Yuk !

Tinggalkan komentar