Mimpi Besar Andrea Turk di Dunia Musik

LEWAT Salem, Andrea Turk menceritakan penyesalan yang terus menghantui seseorang. Lagu sendu itu dibalut alunan gitar akustik Dewa Budjana. Karya dari album Blue Honey tersebut mengantarkan musisi yang tengah studi di California Institute of the Arts, Los Angeles, itu meraih nominasi Musisi Perempuan Terbaik di International Acoustic Music Awards (IAMA) 2021.

IAMA merupakan kompetisi yang para nominenya masuk berdasar entri dan seleksi. Salah satu ’’lulusan’’ ikoniknya adalah Meghan Trainor. Di IAMA, Andrea mengajukan total enam lagu. ’’Pilih Salem karena lagunya dibawakan akustik, sesuai tema,’’ ucapnya dalam wawancara via surel.

Blue Honey, album terbaru Andrea yang rilis tahun lalu, menjembatani studi dan passion-nya dalam bermusik. Karya tersebut diikuti single Strawberry Wine. Perempuan kelahiran 13 Desember 2000 itu menargetkan, tiap tahun, harus ada satu album yang dirilis. Baginya, menulis lagu dan berproses dalam musik adalah sarana untuk mengaplikasikan apa yang telah diperoleh di kelas.

’’Latihan dan latihan secara konsisten juga membuat ide terus mengalir,” kata Andrea. Proses berkarya tersebut mendorongnya untuk mengulik berbagai tahapan. Termasuk mixing, yang sering dianggap sebagai tahap final produksi lagu. Musisi yang aktif berkolaborasi itu kini mengambil kelas khusus untuk mendalami mixing.

Mixing di album Andrea memang belum ditangani sendiri. Namun, menurut dia, seorang penyanyi wajib memahami teknis tahapan tersebut. ’’Mixing sendiri di era digital penting supaya menghasilkan lagu yang sesempurna mungkin,” ucapnya. Andrea menceritakan, keinginannya mendalami mixing berawal dari pengalamannya dua tahun lalu.

Pada 2019, dia diminta membuat lagu untuk film Rumput Tetangga. Garden, lagu karyanya, dikerjakan sendiri di home studio. Mulai tahap komposisi, aransemen, hingga mixing. ’’Semuanya dikerjakan dua hari, tapi saya kurang puas. Makanya, saya memutuskan belajar mixing di perkuliahan saat ini,” ungkap Andrea.

Sebelum berkarir sebagai solois, Andrea sudah ’’tenggelam” di dunia musik. Mulai mengambil workshop, mengambil studi di bidang voice art, sampai mendalami vokal klasik. Dia bukan sekadar musisi do-it-yourself. Menurut Andrea, pengetahuan dan teori musik formal penting sebagai modal ’’berkomunikasi” dengan musisi lain. Ide pun lebih mudah dan cepat direalisasikan.

Dalam wawancara di situs Also Cool, Andrea menilai seniman yang diajaknya bekerja sama menjadi sistem pendukung yang baik. Terlebih di posisinya sebagai musisi tanpa label yang merilis karya secara independen. Musisi yang menargetkan lulus tahun depan itu tak rewel mencari rekan kolaborasi.

’’Saat punya kesempatan berkarya bareng individu-individu bertalenta, nominal tidak ada artinya lagi. Toh, pada akhirnya, yang terpenting adalah hasil akhir karya itu,” tegasnya. Kolaborasi pun menjadi bagian penting di album-album Andrea. Di Blue Honey saja, separo album berisi lagu-lagu yang dibawakan bersama featuring artist.

Tahun ini, Andrea akan kembali merilis album. Dario, ayah sekaligus manajer musisi muda tersebut, mengatakan bahwa prosesnya sudah lebih dari 50 persen. Materi lagu sudah siap. Tinggal menunggu momen saja. ’’Tiga kata buat album terbaru nanti. Fresh, eksperimental, dan elektronik,” papar Dario.

Pengagum Billie Marten dan Finneas itu menjelaskan, dia juga akan merilis versi bilingual Super Human. Lagu tersebut didedikasikan untuk para dokter, tenaga medis, dan garda terdepan di masa pandemi. Di versi baru, lagu itu dibawakan dalam bahasa Indonesia dan Jepang bersama solois independen Hiroaki Kato. ’’Mas Hiroaki Kato sudah menerjemahkan lirik lagu ke bahasa Jepang. Kolaborasinya lewat WhatsApp dan surel,” tutur Andrea.

Titel baru juga menjadi target Andrea lainnya. Dia ingin menuntaskan kuliah jenjang bachelor di California Institute of the Arts dan kursus daring Berklee Online tahun ini –lebih cepat setahun dari jadwal. Setelah lulus, dia akan langsung mengejar gelar postgraduate penulisan lagu dan produksi musik. (jawapos)

Beri komentar :
Share Yuk !