Belajar lebih Menarik dengan STEM.

Saat ini, negara-negara di Kawasan Eropa seperti Finlandia sedang bersemangat mengadopsi model pembelajaran STEM (Science, Technology, Enginering, and Mathematic) dari Amerika Serikat.

Gagasan pendekatan STEM muncul karena berkurangnya minat belajar peserta didik di Amerika Serikat terhadap matematika dan sains sehingga menyebabkan skor untuk bidang studi tersebut turun drastis dari tahun ke tahun. Padahal bidang studi yang terkait sains dan teknologi memiliki sumbangsih yang besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengukuhkan eksistensi peradaban manusia.

Demam STEM juga melanda negara-negara di Asia tenggara seperti Malaysia, Filipina, dan Thailand. Mereka sudah mengintegrasikan pendekatan STEM dalam kurikulum pendidikannya. Alasan yang mendasari penerapan STEM adalah mempersiapkan peserta didik agar dapat bersaing dengan negara lain. Abad 21 sekarang sedang menuju revolusi industri 4.0 menuntut peserta didik mempunyai keterampilan 4C yaitu: kreativitas (creativity), berpikir kritis (critical thinking), kerja sama (collaboration), dan komunikasi (communication).

Selain negara ASEAN, negara lain di Asia seperti, Taiwan dan Tiongkok telah menerapkannya selama tiga dasawarsa terakhir dan menunjukkan perkembangan yang signifikan.

Pembelajaran STEM merupakan pendekatan baru yang sedang digalakkan dalam dunia pendidikan. Suatu pendekatan yang melatih peserta didik mencari alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan di dunia nyata. Peserta didik dituntun menjadi pemecah masalah (problem solver), seperti seorang penemu (inventor) untuk membangun kemandirian, melek teknologi, berpikir logis, dan membangun daya literasi. Desain pembelajaran yang berbasis masalah (problem based learning) memposisikan peserta didik sebagai pusat dari kegiatan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.

Indonesia sedang berusaha melakukan inovasi dengan mengintegrasikan pendekatan STEM dalam sistem kurikulumnya. Salah satu buktinya adalah pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Ini merupakan salah satu model pembelajaran yang diterapkan dalam Kurikulum 2013 selain pembelajaran penemuan (discovery learning) dan pembelajaran berbasis projek (project based learning).

Pelaksanaan pembelajaran STEM bisa diterapkan di tingkat sekolah dasar dalam tataran sederhana sesuai dengan tingkat kognisi peserta didik. Karena pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar menggunakan tematik. Senyampang dengan itu, pendekatan STEM bisa diterapkan dalam pembelajaran di sekolah dasar. Misalkan pendekatan STEM dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas 5 Tema 6: Menuju Masyarakat Sejahtera. Dalam tema tersebut ada muatan materi tentang kalor dan perpindahannya.

Pembelajaran pendekatan STEM bisa dimulai dengan memberikan stimulus berupa memberikan beberapa masalah yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan panas/ kalor. Peserta didik nantinya bisa menggunakan semua sumber informasi dari buku, nara sumber, observasi untuk mengetahui pengertian atau definisi dari kalor itu sendiri dan macam-macam perpindahan kalor. Peserta didik saling berdiskusi (komunikasi dan kolaborasi) dalam ranah sains.

Selanjutnya peserta didik dapat mencari sebab mengapa kalor bisa menyebabkan perpindahan zat (berpikir kritis) dan menghitung perbedaan suhu pada ranah matematika. Peserta didik juga dilatih mencari alternatif bahan tahan panas seperti olahan semen atau kertas bekas untuk dijadikan pengganti gagang pada panci atau wajan (kreativitas) dalam ranah ilmu teknik. Peserta didik bisa melakukan percobaan membuat api dari panas matahari menggunakan lup dalam ranah teknologi. Hal ini dapat memberikan stimulus pada peserta didik bagaimana cara memanfaatkan matahari sebagai energi terbaharukan secara optimal di masa depan berbasis invidividu secara masif.

Langkah pembelajaran di atas diharapkan memberikan respon positif untuk memberikan pengetahuan awal yang baik. Peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran karena pembelajaran didesain semenarik mungkin. Pada awalnya peserta didik mungkin kesulitan mengikuti alur pembelajaran dan kelihatan bingung. Akan tetapi, kebingungan dan ketidaktahuan tersebut mengantarkan peserta didik bekerja sama mencari jawaban untuk memuaskan rasa ingin tahu terhadap pengetahuan. Peserta didik dapat menyusun pengetahuan sendiri yang didapat secara empiris.

AZIZ FANANI
Guru SD Negeri 1 Mandiraja Wetan

Beri komentar :
Share Yuk !

Tinggalkan komentar