PURWOKERTO-Sedikitnya 20 guru untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) berkumpul di Desa Kemawi, Banyumas untuk mengikuti pelatihan yang dikemas dengan kegiatan camping (Teacher Camp) selama dua hari mulai Sabtu-Minggu (14-15/9).
Ini berawal dari keresahan Imam Setiawan, seorang relawan anak berkebutuhan khusus (ABK), pendiri Rumah Pipit, dan Komunitas Guru Seneng Sinau. Bersama teman guru lainnya, ia merasa pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus perlu pembenahan.
Satu di antaranya terkait dengan masih banyak guru di kota kecil seperti Banyumas, Purwokerto, dan sekitarnya belum memahami bagaimana cara menangani ABK. Belum lagi sekolah yang tidak siap menerima murid berkebutuhan khusus, dan masyarakat yang belum peduli dengan keberadaan ABK di sekitarnya.
“Penanganan ABK seharusnya menjadi tanggung jawab bersama. Semua pihak seharusnya ikut terlibat, baik dari lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat,” katanya.
Pada kegiatan tersebut, peserta juga diajak untuk bisa merasakan menjadi anak yang memiliki kebutuhan khusus. Seperti melalui refleksi dan aksi teaterikal tentang ABK yang mengalami kesulitan berjalan dan dilanjutkan dengan kisah hidup Imam Setiawan menjalani hidupnya senbagai penyandang disleksia dan ADHD.
Selain belajar tentang anak berkebutuhan khusus, Ia juga membagikan trik bermain sulap untuk menarik minat anak dalam belajar hanya dengan memanfaatkan koran bekas dan tali. Peserta juga diajak menyusuri jalan menuju Curug Gemawang, salah satu tempat wisata di Desa Kemawi.
Dengan suasana di sekitar air terjun yang asri, peserta belajar beberapa permainan edukatif sederhana yang bisa dilakukan dengan mudah untuk melatih konsentrasi anak-anak, seperti Speed Gud, Junggle Games, Chinese number, Botol and marker games.
Ia berharap, setelah camping ini para relawan tetap akan terus bergerak mengajak guru dan masyarakat untuk peduli pada pendidikan inklusi. (*)