Senja dan Fajar

Hai! Namaku Senja. Iya, Senja! Seperti senja di sore hari, walau datang sebentar saja, tapi senja akan membawa kedamaian dan ketenangan. Selain karena aku lahir saat senja, ibu memberikan nama ini kepadaku agar aku bisa seperti senja. Walau hanya sebentar, kehadiranku dapat membawa kebaikan pada semua orang.

“Senja, ayo bangun! Cepat mandi lalu sarapan!”

“Baik bu.” Aku segera bangun dari tempat tidurku dan menuju kamar mandi. Setelah mandi, aku langsung menuju ruang makan dan memakan dengan lahap masakan buatan ibu. Selesai sarapan, aku segera berangkat ke kampus. Aku diantar oleh ayah naik motor vespa nya. Hidupku biasa saja. Bangun, makan, ngampus, belajar, main, dan tidur. Sehingga aku bertemu seseorang dalam hidupku. Disinilah kisah ku dimulai.

Jam menunjukkan pukul 8 pas. Pelajaran dimulai seperti biasa. Saat itu pula datang seorang lelaki murid baru datang masuk ke kelas dan langsung duduk tanpa berbicara sepatah kata apapun. Semua menatap kepadanya dengan tampang heran. Aku rasa dia tampan, tinggi, dan dia termasuk dalam kriteria cowo idamanku. ”Stop ngeliatin dia terus, Senja! Kamu harus fokus sama kuliah!” kata diriku dalam hati.

Istirahat telah tiba. Semua perempuan di kelas ku dengan kegirangan akan tampang wajahnya saling berebutan ke meja dia. Ada yang minta nomor WA. Ada yang minta saling follow Instagram. Ada yang minta foto bareng. Pokoknya banyak banget deh! Sedangkan aku cuma duduk sambil makan roti. Cowo itu cuek, ia tidak menghiraukan semua perempuan itu.

”Dasar cowo sombong, huftt..!” kata teman-teman perempuanku dan meninggalkannya sendirian di kelas bersama aku. Sebenarnya aku ingin menyapa, tapi aku tidak peduli, aku lebih memilih dengan lahap memakan sisa-sisa rotiku. “Lebih baik kusapa ia besok saja” kataku dalam hati.

Esok pagi aku liat ia berjalan menuju kantin. “Hai, mau ke kantin ya?” sapaku.
“Namaku Senja. Namamu siapa? Kenalan yuk.” kataku menyapa.
“Mungkin dia malu..” gumamku. Aku pun mengikuti nya ke kantin.

Aku melihat dia membeli segelas jus jeruk. “Suka jeruk ya? Sama dong kita, hehehe.”
Aku mulai kesal karena dia terus menghiraukan ku. “Kenapa sih kamu dari kemaren cuek terus. Anak baru kok sombong banget sih. Sekarang kuajak kenalan dan ngobrol, kamu malah cuek.” Kataku dengan nada sedikit tinggi dan keras.

“Diem! Berisik! Aku cuma butuh ketenangan untuk sementara waktu!” katanya sambil berjalan meninggalkanku sendirian di kantin.

Saat di rumah aku masih memikirkan tentang cowo misterius itu yang belum dimengerti identitasnya. Aku memikirkan ada apa dengannya, kenapa bisa sampai cowo itu begitu jutek dan cuek. Saat berebah di kasur masih sama seperti itu. Otakku tidak lagi memikirkan pelajaran dan materi yang begitu sulit, cowo itu masih saja bergentayangan di pikiranku.

Sudah memasuki jam 3 pagi, aku masih belum bisa tidur. Padahal besok aku harus berangkat lebih gasik, karena akan ada pengalihan ke jalur lain yang nantinya akan meyebabkan macet. Aku akhirnya dapat tidur sekitar pukul setengah 4.

Besoknya saat di kampus, seseorang menarik aku ke salah satu ruangan kosong, sunyi, dan sepi karena ruangan itu sudah lama tidak dipakai. Rasa dan perasaan dalam hatiku bercampur aduk. Antara rasa penasaran siapa yang menarikku dari belakang dan sekaligus suasana seram dan horror. Orang yang menarikku membuka masker dan jaket nya. Betapa terkejutnya aku. Ternyata dia adalah cowo anak baru itu yang cuek.

“Kamu ngapain bawa-bawa aku kesini!? Kaget tau!” kataku dengan terkejut.
“Senja.. Sebelum aku masuk ke inti pembicaraan, maafin kau ya karena sudah membuat mu kaget” balas dia.
“Iya iya iya.. Cukup basa-basi nya. Langsung aja masuk ke inti kenapa sih..! Waktu ku ga Cuma buat kamu tau.!” balasku dengan kesal.

“Gini.. Aku mau minta maaf soal masalah kemarin ya. Maaf sudah meninggalkan mu begitu saja. Tindakanku kemarin membuatmu merasa tidak enak ya? Aku kemarin ada sedikit masalah, mungkin jadi terbawa suasana dan emosi.” jawab dia dengan rasa bersalah.

“Iya iya woles bae.. Sing tenang. Emang kemarin kamu ada masalah apa sampai sebegitunya?” tanyaku dengan rasa penasaran.
“Aku sebenarnya anak pindahan dari Solo. Aku harus pindah kesini karena ayahku sebagai TNI sedang ditugaskan disini. Aku sudah nyaman di Solo, aku merasa kurang nyaman disini.” kata dia.

“Oo gitu. Tenang aja nanti kamu bakal nyaman dan kerasan tinggal disini lama-lama kok.” balasku dengan santai.
“Iya. Makasih ya. Aku pulang dulu.” kata nya.
“Iya. Bye.” jawabku singkat.

Sesampai nya di rumah, aku langsung makan dan mandi. Saat mandi aku berpikir seperti ada sesuatu yang kurang. Aku pikir mungkin ada PR yang lupa ku kerjakan. Ehh.. Saat kucek tidak ada PR. “Yaudah, bodoamat la, nonton TV aja.” Saat sedang seru-seru nya nonton tiba-tiba aku merasa ingin BAB. Tiba-tiba aku teringat sesuatu saat sedang BAB di dalam toilet. “Yaa..!! Aku lupa mengajak nya berkenalan. Bahkan samapi detik ini aku masih belum tau siapa nama cowo itu..!!” kataku dalam hati. Memang sih kebosanan di toilet adalah tempat dan waktu yang pas untuk berpikir dan berimajinasi.

Esok nya saat di kampus kuajak dia kenalan. “Eh cowo, aku belum tau namamu. Namamu siapa?”
“Namaku Fajar. Maaf lupa memeperkenalkan diri. Salam kenal ya. Semoga aku cepat betah disini.. Hehehe.” jawab dia.
Saat itu juga imajinasiku mendadak terbuka liar. “Oo jadi dia nama nya Fajar. Kok cocok sih. Fajar dan Senja? Hmmm..??

Kebetulan atau memang ini takdir!?” Pikiranku tiba-tiba dibanjiiri pertanyaan dari otak itu semua.
“Senja..? Kamu ga papa? Apakah ada yang salah dengan nama Fajar?” sahut dia.
“Eh iya iya gapapa. Ayo udah mau masuk nih..” jawabku terbata-bata.

Hari itu aku pulang ke rumah dengan rasa terkejut sekaligus senang. Selama di rumah aku selalu meikirkan nama Senja dan Fajar. Aku tidak mengerti kenapa aku senang hanya dengan hal ini. Padahal aku tidak ada hubungan spesial apapun dengan dia.

Hari esok telah tiba. Aku menjalani aktivitasku seperti biasa. Dan entah mengapa aku merasa berharap akan ada sesuatu yang terjadi antara aku dan Fajar nanti saat di kampus. Sesampainya di kampus aku langsung duduk di tengah pojok kanan dekat tembok. Itu memang tempat favoritku sih.. Hehehe. Aku mem-booking tempat duduk di sebelahku untuk Fajar. Aku berharap kita dapat saling mengenal jauh lebih baik lagi antar sesama.

Sudah hampir jam 8. Dosen sudah mau masuk kedalam kelas. Aku heran mengapa dia tidak masuk hari ini. Apakah ada masalah dengannya? Apakah dia sakit? Apakah ayahnya tidak jadi ditugaskan kesini? Berbagai pertanyaan penasaran mucul dalam benakku. Untungnya aku dapat kembali fokus belajar seperti biasa.

Satu minggu telah berlalu, dia masih belum terlihat di area kampus. Aku mulai risau tapi, kerisauan ku sirna perlahan karena aku sedang memikirkan hadiah ulang tahun untuk ibuku. Sebenarnya memang hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Setelah meikirkannya, aku memutuskan untuk membelikan ibu beberapa tangkai bunga mawar plastik dan akan melakukan sedikit gombalan menyentuh hati pada ibu.

Pulang sekolah, aku bergegas pergi ke toko bunga plastik terdekat. Aku membeli 5 tangkai bunga mawar plastik. Saat aku hendak menuju kasir untuk membayar, datanglah seorang laki-laki. Ya..! Ternyata dia Fajar! Betapa terkejutnya aku.
“Kamu ngapain disini? Kok dari kemarin ga masuk sih kenapa emang?” tanyaku penasaran.
Dia hanya terdiam dengan muka murung. “Kamu mau beli bunga buat siapa itu?” tanyaku dengan penasaran lagi.

Dia hanya membanyar bunga nya dan langsung pergi tanpa sepatah kata apapun.
“Biarlah memang dasarnya dia anak cuek kok!” kataku dalam hati.

Aku langsung membayar bunga tersebut. Aku langsung memesan ojek online dari aplikasi di HP ku menuju ke rumah, karena kebetulan motor vespa ayah mogok. Driver yang ku pesan ternyata tejebak macet, apa daya aku hanya bisa menunggu dan pulang ke rumah telat. Sesampainya di rumah aku langsung memberikan bunga itu pada ibu.

“Bu.. Aku punya hadiah nih..” kataku.
“Wah… Terima kasih ya!” ucap ibu berterima kasih.
“Selamat ultah ibu. Oiya.. Hadiah nya bunga plastik biar apa coba..?” tanyaku.
“Biar apa nak?” jawab ibu dengan heran.

“Kalo aku kasih bunga asli pasti cepat layu yakan? Nah aku kasih bunga plastik agar dapat bertahan lama, sama seperti cintaku pada ibu yang akan bertahan lama.” kataku menggombal ibu.
“Makasih ya.” kata ibu memerah.
“Iya sama-sama bu.” balasku.

Beberapa hari kemudian di kampus aku melihat Fajar sudah kembali masuk ngampus dengan ceria. Tadinya, aku ingin bertanya mengapa ia terlihat murung hari itu saat kita bertemu di toko bunga. Tapi setelah kupikirkan kembali, akan lebih baik jika aku tidak bertanya. Aku takut ia murung kembali dan mengingat-ingat kejadian yang dialaminya hari itu.

Hari demi hari berlalu. Hubunganku dengan Fajar semakin membaik. Kita sudah saling mengenal dan bercerita satu sama lain. Sikap asli Fajar mulai terlihat, ternyata dia adalah orang yang sopan, baik, jujur, dan rajin. Hingga pada suatu hari dia berkata padaku. Disinilah awal kisah ku bersama Fajar yang sesungguhnya dimulai.
Jadi, hari itu aku diajak main PUBG bareng dia. Ini mungkin hal terkonyol yang pernah kuceritakan. Game sudah dimulai. Semua berjalan dalam kendali. Aku dan Fajar turun di Georgopol. Semua masih dalam kendali. Aku kill, dia jaga.

Dia kill, aku jaga. Sampai kita sampai di sebuah tempat bernama Pochinki di PUBG. Saat kita mau menang, tiba-tiba…
“Senja.. Kita udah lama temenan. Bersediakah kau menjadi pacarku?” tanyan dia tiba-tiba.

Aku yang sedang asik main, kaget dan dikejutkan oleh kata-kata itu.
Tanpa pikir panjang aku bilang “Iya, aku mau. Ku rasa kamu adalah tipe cowo yang baik. Semoga hubungan kita lancar ya, Jar.” kataku menjawab.

Tak lama kemudian, Fajar dan teman-teman kelompok main PUBG tadi masuk ke kamar ku. Ternyata mereka semua telah merencanakan ini. Fajar membawa bunga. Ada temannya yang membawakan boneka hadiah. Ada temannya yang membawakan coklat.

“Iya, semogahubungan kita berjalan dan bertahan dengan baik.” jawab dia menjawab perkataan ku yang tadi.
“Ini semua untuk kamu.” kata Fajar.
“Makasih ya, Fajar. Ga nayangka kamu bakalan kasih aku surprise.” jawabku terharu.

“KAMI TEMAN-TEMAN FAJAR MENYATAKAN FAJAR DAN SENJA TELAH RESMI BERPACARAN. HAL-HAL MENGENAI BERPACARAN DAN KEMSERAAN ANTAR SESAMA AKAN DI SELENGGARAKAN DALAM TEMPO YANG SELAMA-LAMANYA” kata teman-teman Fajar.

“Gak selama-lama juga kali ya kan? Hahaha. Kan baru pacaran.” timpal Fajar.
“Iyaya.. Hahahaha.” jawabku tertawa.

Ya..! Inilah kisah ku di tembak Fajar. Memang konyol sih.. Hahaha. Ini momen yang ga akan aku lupakan. Saat itu pula aku ga nyadar kalo aku bakalan di tembak Fajar. Kukira hanya main PUBG saja, bahkan aku tidak lihat keanehan. Ya, kalo memang begini, mau gimana lagi emang. Hahaha.

Beberapa hari kemudian aku diajak nya makan malam di atap. Atap!? Iya atap! Aku pertama kali diajak juga heran. Ternyata pandangan ku tentang atap berbeda. Yang dia maksud bukan atap warna coklat atau oranye yang bentuknya miring kebawah agar air hujan dapat mengalir. Tapi yang dia maksud adalah makan malam di atap datar diatas apartemen.

Rasanya enak sekali makan malam berdua diatas sana. Rasa tenang dipadu angin malam sekaligus cahaya-cahaya lampu bangunan yang bersinar terang dalam kegelapan malam. Apalagi waktu itu bertepatan dengan hari bulan purnama. Bulan purnama terlihat sangat besar nan indah dari atas bagunan yang tinggi. Ditemani musik merdu yang dimainkan oleh teman Fajar. Rio sebagai vokalis. Heru sebagai gitaris. Tino sebagai pianis. Semua nya indah pada malam hari itu.

Menurutku ini adalah lokasi makan malam yang paling bagus dan indah selama ini. Tapi, ada satu kejadian lucu. Saat kami menikmati gemerlap lampu bangunan, tiba-tiba semua lampu mati. Ternyata seluruh listrik di kota dipadamkan. Kami tertawa terbahak-bahak.

Hari demi hari terlewati. Minggu demi minggu juga terlewati. Bulan demi bulan juga kami lalui bersama. Kita pergi bersama ke mall. Kita makan bersama di tempat-tempat romantis seperti waktu baru pertama kali diajak makan bareng.

Kita main game bersama. Kita belajar bersama. Kita sudah 3x anniversary. Tak terasa waktu sungguh cepat berlalu. Sudah waktunya bagi kami untuk lulus dan 2 hari lagi kampus akan mengadakan acara perpisahan dan pelepasan siswa angakatan tahun ini. Kami berdua lulus dengan nilai yang cukup memuaskan.
1 tahun kedepan setelah lulus semua masih baik-baik saja. Kita masih sering jalan-jalan bersama. Main game bersama.

Nonton bioskop bersama. Makan romantis bersama. Sampai pada suatu hari Fajar menelpon ku.
“Halo. Senja, aku boleh ngomong serius bentar aja ga? 2 menitan aja?” kata Fajar.
“Iya kamu kenapa Fajar? Kok tiba-tiba begini?” balasku.

“Aku harus pindah ke Lampung, karena ayah ku ditugaskan kembali ke salah satu daerah di Lampung. Maafkan aku ya. Kurasa kita harus segera mengakhiri hubungan ini.”
Aku terkejut. “Mengapa kita harus menyudahi hubungan ini? Kenapa tidak LDR-an saja? Apa itu jadi masalah kalo kita LDR-an?” kataku terkejut.

“Tidak bukan itu maksudku. LDR-an itu susah. Kita harus saling menjaga hubungan. Kurasa ini memang bukan takdir kita. Kalo ini takdir kita akan dipertemukan kembali suatu saat. Takdir sudah ditentukan oleh Tuhan.” timpal Fajar.
“Baiklah kalo begitu. Tapi aku harap hubungan pertemanan kita tak akan putus. Terimakasih atas 4 tahun tak terlupakan bersamamu. Terimakasih atas semua nya. Apakah kamu mau kita bertemu untuk yang terakhir kali nya?” balasku sedih.

“Iya hubungan pertemanan kita tak akan putus. Tapi maaf sekarang aku sudah ada di bandara, aku juga baru tau hal ini.” kata Fajar singkat.
“Ooh kalau begitu. Bye. Hati-hati dijalan.” kataku.
”Bye. Terimakasih.” balasnya.

Sudah cukup kisah ku dengan Fajar sampai disini saja. Jadi itulah kisahku dengan Fajar. Bukannya nama kami cocok? Fajar dan Senja? Yakan? Hahaha. Mungkin nama cocok, tapi takdir bukan. Aku harap aku telah melakukan tugas ku dengan baik bersama Fajar sebagai senja. Bagiku 4 tahun itu cepat, aku harap aku dapat seperti senja sesuai namaku. Waktu kami berdua memang sangat cepat, tapi aku harap aku sudah membawa ketenangan dan kedamaian walau hanya dalam waktu yang sebentar dan cepat. Ya, seperti laykanya senja di sore hari.

Nathania Cherilyn Sanjaya
SMP PUHUA PURWOKERETO
Kelas 7A

Beri komentar :
Share Yuk !

Tinggalkan komentar