Korea Selatan Negeri Drama Dengan Sejuta Pesona

POPULARITAS drama Korea atau K-Drama, makin melambungkan nama Korea Selatan di mata wisatawan dunia. Keindahan dan pesona panorama, termasuk lokasi-lokasi syuting K-Drama, kian membuat traveler dari berbagai belahan dunia penasaran untuk berkunjung dan singgah. Lokasi-lokasi syuting itu tak hanya mampu menciptakan sajian cerita drama yang mengharu biru, tapi juga begitu memanjakan mata. Wartawan  Banyumas Ekspres, SYAIFUDIN berbagi cerita tentang  negeri penghasil ginseng ini

Korea Selatan menjadi salah satu destinasi jutaan wisatawan berbagai penjuru dunia. Negeri empat musim ini memang menawarkan banyak sisi menarik. Tak hanya pemandangan alamnya yang eksotis, berbagai situs sejarah masih terpelihara di negeri yang terletak di kawasan Asia Timur ini.

Musim dingin menjadi salah satu daya tarik wisatawan berkunjung ke Korea Selatan. Cuaca ekstrim hingga minus beberapa derajat Celcius di bawah nol, tak menyurutkan animo wisatawan mengunjungi negara berjuluk negeri ginseng ini.

Wartawan Banyumas Ekspres, Syaifudin di kawasan Pegunungan Seorak yang kering diselimuti salju saat musim dingin

Musim Dingin yang Gersang

Bagi wisatawan negeri tropis seperti Indonesia, berkunjung ke Korea Selatan saat musim dingin sebenarnya menjadi tantangan cukup berat. Dinginnya udara yang terasa menusuk kulit, menjadi tantangan pertama yang harus ditaklukkan begitu kaki menapak di Bandara Incheon yang menjadi pintu gerbang masuk Korea Selatan.

Tantangan kedua, tentu saja dampak musim dingin yang membuat negeri yang merdeka dari penjajahan Jepang 15 Agusttus 1945 ini terlihat begitu gersang. Jangan berharap bisa melihat hijaunya dedaunan atau ranumnya bunga sakura yang menjadi salah satu ikon negeri penghasil ginseng terbaik di dunia ini.

Yang tampak di depan mata sejak perjalanan darat dimulai dari Bandara Internasional Incheon, hanyalah hamparan tanah, bukit padas dan bebatuan dengan pohon-pohon dan rerumputan yang kering kerontang. Pemandangan yang sama, juga terlihat begitu melangkahkan kaki di Nami Island, pulau mungil yang “wajib” dikunjungi.

Di tempat wisata paling favorit dan makin meroket pamornya sejak booming serial drama bertajuk Winter Sonata ini, yang tampak hanyalah hamparan pepohonan kering. Ratusan pohon sakura di pulau mungil berdiameter 6 kilometer yang berada di areal Bendungan Cheongpyeong ini meranggas. Hanya sebagian kecil yang sudah kembali ditumbuhi daun, sehingga nuansa hijau sebagai sebuah kawasan sejuk berpohon rindang tak begitu terasa.

Debu-debu tebal, beterbangan saat sesekali angin bertiup kencang. Sebuah mobil pemadang kebakaran, terlihat hilir mudik menyiramkan air di sepanjang jalan tanah yang menjadi akses utama ribuan wistawan yang ingin mengabadikan momen indah di tempat wisata yang berada di wilayah Chuncheon-si Gangwon-do ini.

Salah satu puncak bukit di kawasan Gunung Seorak yang terjal dan berbatu cadas sering dijadikan tempat uji nyali wisatawan. Termasuk wisatawan dari Indonesia

Banyak Wisatawan Indonesia

Guyuran air itu memang lumayan membantu mengurangi sesak nafas wisatawan yang menjejali pulau yang menjadi lokasi pemakaman Jenderal Nami, salah satu pahlawan Korea Selatan ini. Pemerintah Korea Selatan sebagai pemegang otoritas sekaligus pengelola lokasi wisata ini, juga berusaha memberikan “penghargaan” kepada wisatawan dari berbagai negara yang mengujungi lokasi ini, termasuk wisatawan Indonesia yang dalam beberapa tahun terakhir cukup mendominasi.

“Kalau sebelumnya yang banyak datang ke pulau ini wisatawan Jepang, dalam beberapa tahun terakhir justru dari Indonesia dan Malaysia,” kata Kim, warga Kota Seoul yang menjadi local guide selama Banyumas Ekspres dan rombongan berada di Korea Selatan. Bentuk penghargaan itu sudah terasa begitu memasuki Dermaga Gapyeong yang menjadi titik penyeberangan selama kurang lebih 5 menit menuju Pulau Nami.

“Selamat Datang, Apa Kabar?,” ujar sejumlah pria menyapa ramah di pintu gerbang dermaga. Sapaan ramah itu juga terasa saat menyusuri jalan tanah menuju ujung pulau. Di sana terpampang papan bergambar bendera sejumlah negara dan bertuliskan sapaan khas seperti Selamat Datang, Apa Kabar, Marhaban dan sapaan khas sejumlah negara.

Keindahan aneka bunga di Jade Park

Jade Park

Begitulah, suasana gersang itu tak pernah menyurutkan animo wistawan datang ke pulau ini. Sebaliknya, pemandangan gersang itu malah kian menjadi daya tarik dan magnet kuat bagi jutaan wisatawan mengunjungi tempat-tempat wisata di Korea Selatan.

Pemandangan yang sama, juga terasa saat memasuki Jade Park, sebuah taman bunga bergaya Eropa. Tak hanya di sekitar taman, jajaran pohon di sepanjang jalan mulus menuju tempat penangkaran bunga yang dikelola pihak swasta ini, juga terlihat begitu gersang dan kering kerontang.

“Saat musim semi, jalan ini selalu macet karena ribuan orang ingin menikmati indahnya bunga sakura di sepanjang tepi jalan menuju Jade Garden,”kata Kim yang mengaku lebih suka disapa dengan panggilan James.

Saat berkunjung ke Mt Seorak atau Gunung Seorak, wisatawan juga akan disuguhkan pemandangan alam yang sangat gersang di sepanjang jalan menuju puncak gunung yang berada di Provinsi Gangwon ini.

Namun indahnya gunung bebatuan yang sering berpadu dengan salju ini tak menyurutkan minat wisatawan berkunjung saat musim dingin. Saat menuju lereng gunung untuk memulai pendakian dengan naik cable car, indahnya pemandangan dari atas ketinggian begitu mempesona.

Genteng Seharga 10 Won

Begitupun saat menyusuri perjalanan melalui 800 buah anak tangga menuju puncak Gunung Seorak. Semua pemandangan gersang itu berubah menjadi eksotisme yang membuat siapapun betah berlama-lama berada di puncak tertinggi dari rangkaian pegunungan Tabaek ini.Begitu menginjakkan kaki di puncak, semua rasa penat terasa hilang.

Keringat yang mengucur di sepanjang perjalanan menuju puncak gunung, seperti tersapu oleh indahnya deretan gunung batu yang sebagian kecil di antaranya masih diselimuti salju. Deretan pegunungan dengan jurang-jurang terjal dan ngarai, terasa begitu menyegarkan pandangan sejauh mata memandang.

Sebelum atau sesudah mendaki Gunumg Seorak, para pengunjung juga bisa menikmati eksotisme Bronze Statute of Budha. Di sekitar kawasan ini, pengunjung bisa mengabadikan kenangan dengan menuliskan pesan atau menorehkan curhatan di sebuah genteng.

Untuk menulis di sebuah genteng, pengunjung cukup membayar 10 won (atau sekitar Rp 120 ribu dengan kurs saat itu). Sampai saat ini, sudah ada ribuan genteng berjajar rapi berisi bebagai tulisan ribuan wisatawan yang bekunjung ke lokasi ini. (bersambung)

Beri komentar :
Share Yuk !