Melatih Keterampilan Sosial Siswa melalui Pair Checks

SAAT ini, pendidikan diharapkan dapat membentuk siswa memiliki kecakapan intelegensi dan keterampilan sosial. Ekspektasi masyarakat selaku pemangku kepentingan mempunyai harapan yang tinggi terhadap institusi pendidikan seperti sekolah. Sekolah diharapkan dapat memberikan bekal kecakapan tersebut melalui proses pembelajaran di kelas. Sekali lagi, guru menjadi ujung tombak dalam membimbing siswa untuk mencapai standar kecakapan tersebut.

Ahli pendidikan dalam ilmu sosial, Sjamsudin dan Maryani mendeskripsikan bahwa keterampilan sosial atau social skill adalah suatu kecakapan yang tampak dalam mengelola informasi, memecahkan masalah, dan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Di samping itu, siswa bisa bekerja sama sekaligus menghargai orang lain dan dapat beradaptasi dalam lingkungan masyarakat dengan kecakapan hidup yang dimiliki.

Keterampilan sosial merupakan salah satu kecakapan hidup atau life skill yang harus dikuasai oleh siswa karena menunjang masa depannya. Kurikulum 2013 juga telah mengintegrasikan keterampilan sosial dalam muatan pembelajarannya. Kreativitas guru dalam menyusun model pembelajaran yang mengakomodasi keterampilan sosial menjadi hal yang penting.

Salah satu model pembelajaran yang mengakomodasi melatih keterampilan sosial adalah model pembelajaran kooperatif tipe pair checks. Model pembelajaran pair checks merupakan model pembelajaran dengan sistem berpasangan. Pakar pendidikan Miftahul Huda menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe pair checks menuntut kemampuan siswa menyelesaikan persoalan yang dihadapi secara mandiri.

Model ini juga melatih tanggung jaawab sosial, kerja sama, dan kemampuan memberi penilaian. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian oleh R. Lestari S. Linuwih yang dirilis pada tahun 2012 juga menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe pair checks dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa.

Kelebihan model pembelajaran ini dapat meningkatkan kerja sama antarsiswa. Siswa dapat menjadi tutor sebaya terhadap siswa yang lain. Komunikasi dengan teman sebangku juga terjalin apik. Hal terpenting yaitu pemahaman atas konsep meningkat dan siswa menikmati proses pembelajaran dengan baik.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe pair checks adalah waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran harus memadai, kesiapan siswa menjadi mentor dan partner yang jujur dan memahami soal dengan baik perlu ditekankan oleh guru.

Model pembelajaran kooperatif tipe pair checks bisa dimulai dengan membagi siswa ke dalam kelompok terdiri dari 4 siswa. Kelompok siswa yang telah dibagi tersebut dibuat berpasangan. Setiap pasangan diberikan tugas untuk mencari solusi atas permasalahan yang diberikan. Siswa yang diberi tugas mencari solusi dibimbing oleh siswa yang menjadi mentor dan dilaksanakan secara bergantian.

Setiap kelompok yang terdiri dari 4 siswa itu harus mempunyai kesamaan konsep dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Guru memberikan reward pada kelompok yang berhasil menjawab dengan tepat. Langkah tersebut dilakukan secara siklus atau berulang untuk menyelesaikan permasalahan atau soal yang diberikan guru.

Model pembelajaran kooperatif tipe Pair Checks ini bisa dilaksanakan pada siswa SD. Penulis menerapkan model pembelajaran ini di kelas 6 semester dua Tahun Pelajaran 2018/ 2019 tema 8: Bumiku, subtema Bumiku dan Musimnya. Penerapan model pembelajaran ini memberikan dampak positif terhadap meningkatnya keterampilan sosial dan penguasaaan materi pelajaran. Hasil observasi di kelas menunjukkan kemampuan komunikasi berkembang dengan baik. Siswa sudah mampu mencari dan mengolah serta menggunakan informasi yang diperoleh untuk menyelesaikan masalah.

Yang terpenting, munculkan kesadaran menghargai orang lain dan berusaha melaksanakan tanggung jawab sosial yang telah dipercayakan kepadanya. Siswa juga tampak menikmati proses pembelajaran dan komunikasi antar siswa terjalin semakin baik.

Dampak positif dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Checks diharapkan membuat rekan sejawat atau guru tergerak untuk mencoba menerapkan model pembelajaran yang sesuai dalam menyajikan pembelajaran di kelas. Kegiatan belajar mengajar yang baik merupakan salah satu layanan prima yang diberikan kepada siswa dan salah satu indikator kinerja guru yang profesional.

NUR HIDAYATI, S.Pd.SD.
Guru SD Negeri 3 Jalatunda,
Korwilcam Dikpora Mandiraja.
Dindikpora Kab. Banjarnegara.

Beri komentar :
Share Yuk !

Tinggalkan komentar