Pagar Senyap Negara

Pagar Senyap Negara

Gurat bekas taruna
Bidik mati oleh senjata
Turuti ajudan perwira
Ikuti aturan main yang ada
Inilah perihal negara

Kisah Bhineka Tunggal Ika
Kepak gagah Garuda Pancasila
Gemakan merdu proklamasi Indonesia
Sanjung nama bangsa dengan cinta

Satukan janji kita
Kuatkan kami dalam merdeka
Kami siap maju di medan laga
Demi membela tanah air tercinta

Perwira Rel

Kali ini masih sama
Di antara rel serta mega
Hanya rasa iba sedikit berbeda
Lihat! masih bersua dengan mereka
Gerbong dan palang saja
Berkelok membentuk asa

Haruskah tinggi?
Mengaitkan lagi letak mentari
Menatap arah dan terus sendiri
Melayani ujung harapan kembali
Berpaling bukan turunkan jangkar temali
Hanya sekedar rebahkan diri

Sembari sedikit menunggu
Tentang rasa yang kembali beku
Dengar! Lonceng masih terdengar merdu
Menunggu kapan laju, kapan berhenti
Kadang penundaan yang justru didapati

Masih berselempang semangat
Walau sudah stok ke empat
Hati mulai turut berdebat
Ingin cepat turun tanpa lambat
Mendengar sorak gemuruh tertambat
Bagi dilantiknya sosok yang hebat
yaitu ia, perwira rel berjiwa dasyat

Karya Negeri

Jiwa yang mengering
Semu oleh nyanyian kalbu
Menyinggung goresan canting
Ukir lembar budaya sejak lalu

Mari bersama rajut karya
Sejarah dari masa ke masa
Sebagai persembahan diri
Untuk moyang bumi pertiwi

Terlepas dari lelahnya malam
Tampilkan gores tinta pengabdian
Saat senja mulai tenggelam
Karya terbaik siap disandingkan

Lorong Apresiasi untuk Negeri

Jendela sudah siap dibuka
Aljabar, angka dan deret aritmatika
Air, angin, flora, dan fauna
Sastra dan pujangga erat berbahasa

Berimajinasi berangan bersama
Berjibaku dalam lahirnya anak bangsa
Semangat membahana ke pelosok negeri
Beda suku tak lagi ambil peduli

Kami satu, satu bumi pertiwi
Menyulam waktu melukis asa berseri
Detik, jam, hari, dan tahun berlalu
Tumbuh kembali jiwa yang bergelora
Atas nama negeri kami berkreasi
Songsong masa depan dengan gemilang

Tiba Nanti

Tak selalu kata tunggu
Yang tertegun dan membisu
Ketika kalbu mulai membiru
Saat hati mulai membeku
Aku seolah hilang harapan

Raga mulai lemah tak berurat
Tapi jangan artikan dengan sekarat
Meski sendi-sendi mulai berkarat
Aku masih punya satu alasan kuat

Tiba nanti
Aku akan menyerah pada waktu
Tapi setidaknya aku tlah berusaha
Sebisaku, semampuku
Kelak jika terompet ajalku bertalu-talu
Aku tlah siap tersenyum, padamu

Tentang Hati

Ini tentang hati
Kembali bangkit setelah sekian sakit
Bermain andai sebelum pecah berderai
Menganyam angan sebelum hilang berpulang

Ini tentang hati
Tak menyerah meski di puncak lelah
Menuntut kata pasti itu terpatri
Meski harus rela bersua dengan prasangka

Ini tentang hati
Hargai aku selagi masih mau mengerti
Mungkin saat aku sudah jengah dengan janji
Aku sudah tak mau lagi peduli
Lalu aku putuskan untuk tak kembali
Karena ini…tentang hati

 

Beri komentar :
Share Yuk !

Tinggalkan komentar