Ini, Strategi UMKM Hadapi Krisis di Tengah Pandemi Corona

BANYUMAS – Pandemi corona yang terjadi saat ini memang berdampak ke segala aspek kehidupan, bahkan sektor usaha menjadi salah satu sektor yang mengalami pukulan akibat pandemi covid -19.  Founder Brand Activist Indonesia dan TDK Brand Uung Feri mengulas hal tersebut melalui wawancara online dengan Pakar Brand Roy Kuncoro yang diunggah melalui akun you tube Feri Nurro.

Dalam wawancara tersebut, pakar Brand Roy Kuncoro berbagi empat strategi yang harus dilakukan UMKM ditengah pandemi Covid -19 yang terjadi saat ini.

Strategi tersebut yakni pertama jaga cash flow, kedua Adaptif dan Inovatif, ketiga jalin engagement dengan customer, keempat evaluasi bisnis model dan jalin kerjasama dengan sesama pelaku usaha.

Lalu seperti apa ulasan wawancara tersebut, yuk kita simak..

 

Uung Feri : Mas Roy beberapa pertanyaan yang masuk, terkait dengan krisis corona yang berdampak pada sektor ekonomi kita, bahkan banyak orang bilang diperkirakan bisa lebih parah dari krisis tahun 1998.

Nah jikalau  ini selesai dalam tiga bulan. “ini mudah mudahan tak sampai tiga bulan y” Nah selama waktu itu dampak yang terjadi pada pelaku usaha apa ? terutama bagi brand lokal, UMKM , kuliner, fashion dan lainnya itu fase-fasenya bagaimana?. Lalu bagaimana menyikapinya?

Roy Kuncoro : Jadi gini.. ini kita ngomong dulu dari segi makro, karena aku backgroundnya juga researchcer makro, mau ngomong dari makro dulu.  Ini case beda dengan tahun 1998, kalo 1998 atau 2008 memang ada masalah tentang namanya conjucnture ekonomi, ada juga masalah eksternal, ada juga hubungan ekonomi antar negara, kemudian ada juga terkait fundamental ekonomi di negara tertentu. Dulu ada faktor eksternalnya ada juga faktor internalnya yaitu struktur ekonomi kita yang yang kurang bagus.

Yang sekarang ini, kontek tahun 2020 ini, mendadak mesin ekonomi berhenti. “Itu masalahnya gitu lho..” dan ini yang menjadi isu.

Ekonomi yang mengerjakan adalah manusia. Mendadak mobilitas manusia terhenti. Padahal manusialah yang menggerakkan aspek demand dan suplai. Pada saat manusia sebagai produsen, manusia sebagai konsumen, dan manusia sebagai penggerak distribusi.

Itu adalah makro ekonominya yang mendadak berhenti, maka dampaknya demand mendadak anjlok,dan suplai anjlok, Investment anjlok. Lalu bagaimana menyikapinya, ini yang paling penting.

Krisis ini mungkin prediksinya 3 bulan. Tiga bulan ini mesin ekonomi itu slow down dan sebagian mati. setelah itu, kalau mentri keuangan bilang kuarter tiga 2020 ini akan pulih, dan kuarter 4 tahun 2020 baru on the track, baru kemudian tahun 2121 ke arah pertumbuhan ekonomi 5 persen.

Nah UMKM kayak apa ini sebenarnya, kalau bahasa kebijakan ujungnya ke UMKM juga. walaupun sebenarnya ketika bicara entitas bisnis itu tidak ada urusannya, mau UMKM atau korporat  ya sama-sama entitas bisnis dalam kontek bahasa kebijakan disitu ada UMKM.

 

Pada dasarnya 90 persen itu atau sebagian besar juga usaha mikro. Dan masalahnya lagi, usaha mikro yang paling banyak menyerap tenaga kerja. 90 persen tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor UMKM. ini PR nya, ya kan?, nah ini musti gimana?.

Roy Kuncoro (kiri) dan Uung Feri (kanan)

Daya sudah diskusi beberapa waktu yang lalu, saya selalu bilang di beberapa sesi kesempatan, bahwa darahnya entitas bisnis, yayasan, sosial, apapun lembaganya ialah cash flow.

Tahap pertama adalah menjaga bagaimana darah tetap ada, cash flow tetap ada. seminimal -minimalnya satu hal, saya pakai istilah down seizi dan yang paling penting adalah jangka pendek.

Kemudian yang penting lagi adalah melihat lagi , kalo orang Jawa bilang metani, melihat lagi biaya.

Lihat struktur biaya, mana yang bisa dihapus dan mana yang bisa dikecilkan, karena demand juga turun, sebab orang tidak bisa mobilitas kesana kesini satu, kedua sebagian masyarakat kehilangan penghasilan karena Job less, itu jadi isu, tidak ada cara lain, bisnisnya tak cari omset dan tak cari profit , tetapi memastikan bisa beroperasi secara minimal.

Analoginya ketika musim kemarau setiap pohon itu meranggas. Meranggas itu down seizing. itu yang paling penting, kalau cash flow sudah minus ya apa boleh buat. Berita tidak enaknya ialah setiap krisis akan memakan korban, idenya adalah bagaimana korban itu bukan kita. Kita harus adjust, kita harus adaptif.Satu jaga cash flow.

Kedua, enterpreneur itu identik dengan inovatif, mau nggak mau kita harus inovasi.

Macam-macam sebenarnya sih, misal bikin proses makin efisien, bagus juga kemudian, untungnya jaman sekarang udah ada online dan internet. Kemudian delivery sistemnya, itu sudah banyak yang melakukan.

Ketiga ialah tetap menjaga enggagement dengan customer, mereka gerakin semua sosial media, karena satu hal. Dari durasi penghentian mobilitas orang dan barang dan jasa, dan faktor produksi ini hanya 3 bulan.

Mudah mudahan demikian,  dan setelah itu orang akan gerak lagi, jadi penting banget yang namanya jaga enggagement itu.

Ada juga namanya meminimalkan down seizing dengan cara menurunkan harga.  Hal itu untuk beberapa produk dan jasa kurang tepat.  Memang demand menurun karena orang tak punya duit dan tak punya kerjaan, tapi jangan strategi nurunin harga, misal harga 100 jadi 50 itu engga.  Maka kemudian ngomongnya harga 100 karena kasih diskon 50 persen. jadi kemudian persepsi harga di titik tertentu itu tidak berubah.

Ke empat, ini beberapa industri atau usaha yang masih ada nafas di cash flownya sambil mempertahankan minimal operasi itu, juga kemudian di melihat lagi , bisa jadi ini adalah momentum untuk melihat lagi bisnis model. mungkin ini juga saatnya kerjasama dengan sesama pelaku usaha.

itu dulu y.., yang jelas recovery ekonomi untuk pulih ke titik semua lagi itu minimal tahun depan menurut beberapa orang yang bilang, bahkan kementrian keuangan bilang,proyeksi pertumbuhan 5,2 persen saat ini cuma 2,3 persen. Asian Development Bank (ADB) bilang 2,5 persen, worst case sekenario terburuk itu 0,4 persen. Tapi kemudian yang dibilang bahwa ada up rising nya atau naiknya lagi itu kira -kira kuarter tiga kuarter empat dan kemudian mulai pulih 2021 dan akan sama akan sama dengan 2019 yakni 5 persen. (Sakur)

Beri komentar :
Share Yuk !