Kilas Jejak Eric Clapton Sang Biang Gitaris

Beyond the door
There’s peace, I’m sure
And I know there’ll be no more
Tears in heaven

Sebait lirik ini adalah petikan dari sebuah lagu yang tidaklah terdengar asing, terutama bagi para pecinta musik mancanegara era 90-an. “Tears in Heaven”, lagu sendu itu berjudul, adalah karya salah satu masterpiece musisi legendaris Eric Clapton (EC). Dicipta berlatar kedukaan atas kematian sang putra, “Tears in Heaven” mengekor kesuksesan “Wonderful Tonight”, “I Shot the Sheriff”, “Cocaine”, dan “Layla” memuncaki tangga-tangga lagu dunia. Nama besarnya telah lama bergema di seluruh dunia karena kerapnya bolak-balik memenangi berbagai penghargaan musik internasional.

EC yang merupakan gitaris, penyanyi, pencipta lagu, sekaligus komponis asal Inggris ini disanjung penggemar dan kritikus musik sebagai gitaris terbesar sepanjang zaman karena kehandalannya dalam bermain gitar.

Walau dikenal memiliki gaya bermusik yang sangat bervariasi. Semua karya EC berakar dari genre blues. Nama EC tertoreh dalam catatan panjang sejarah musik dunia sebagai pencetus aliran rock-blues saat bersama John Mayall & the Bluesbreakers dan The Yardbirds, serta psychedelic rock saat berkiprah dengan the Cream.

Eric Clapton
Legenda Blues Dunia, Eric Clapton semasa muda

Tidak hanya sampai disitu, EC pun sukses mengeksplorasi berbagai aliran. Sebut saja delta blues di lagu “Me and Mr. Johnson”, sentuhan R&B seperti pada lagu “Change the World” dan reggae sewaktu menyanyikan ulang lagu Bob Marley “I Shot the Sheriff”, serta tempo cepat khas genre rock di lagu “Layla” saat bersama Derek and the Dominos.

Kepiawaian EC memainkan dawai gitar membuatnya disebut-sebut sebagai salah satu gitaris yang paling berpengaruh sepanjang masa. Wikipedia menyebutkan, biang gitaris dunia ini menempati urutan kedua dalam daftar “100 Gitaris Besar Sepanjang Zaman (100 Greatest Guitarists of All Time)” menurut majalah Rolling Stone, urutan keempat “50 Gitaris Pemuncak Sepanjang Masa (Top 50 Guitarists of All Time)” menurut produsen gitar dunia ternama yakni Gibson’s Brand Inc., serta urutan kelima “10 Gitaris Elektrik Terbaik 2009 (The 10 Best Electric Guitar Players 2009)” menurut majalah Time.

Penjualan album EC terhitung sejak bergabung dengan The Yardbirds tahun 1963 hingga kini cukup fantastis yaitu mencapai 280 juta copy. Kiprahnya berpuluh tahun sebagai musisi profesional diwarnai dengan kerapnya muncul bersama banyak band besar, tiket-tiket konser yang ludes terjual, ditambah pula dengan sederetan penghargaan musik internasional termasuk 18 Grammy Awards yang berhasil didapatkannya. Tak mengherankan nama EC menjadi satu-satunya artis yang namanya tercantum di museum Rock and Roll Hall of Fame sebanyak 3 kali atas pencapaiannya sebagai salah seorang musisi paling sukses abad ke-20 dan abad ke-21.

Kilasan Jejak Eric Clapton Sang Biang Gitaris_bayumas ekspres
Eric Clapton

Namun menginjak usia 70-an, kilau karir musik EC sempat meredup. Kontribusi karya dan pergelaran bagi permusikan dunia tak lagi rutin. Gangguan kesehatan yang lumrah muncul sebagai dampak penuaan manusia terjadi pula pada sang maestro. Dalam artikel 2016-nya, Classic Rock Magazine menyebutkan tentang gangguan syaraf peripheral neuropathy yang diderita EC. Kerusakan syaraf yang memunculkan rasa sakit di tulang belakang dan kaki ini membatasi keahliannya memainkan gitar.

Pengakuan lainnya menyusul 2 tahun kemudian kala EC diwawancara BBC Radio 2 terkait film dokumenternya “Life in 12 Bars”. EC menyebut tentang gangguan pendengaran (tinnitus) yang juga dideritanya. Didukung dengan belum munculnya karya baru sejak album religius “Happy Xmas” (2018), fakta-fakta tersebut alhasil mengisukan sang gitaris terancam pensiun.

Keraguan publik terhadap kelangsungan eksistensi EC berselang hingga 3 tahun. Jejak yang sebelumnya samar kembali menapak tegas di jagat musik blues. Agenda-agenda konser gitaris yang juga berjuluk “Slow Hand” ini mulai terjadwal di beberapa negara seputar Eropa sepanjang tahun 2021, lansir situs resminya. Masih terkait rapatnya jadwal konser, situs musik lain yaitu www.songkick.com bahkan menyebut bahwa akan sampai 20 konser yang bakal digelar di 11 negara hingga tahun 2022. Hal ini membuktikan jika perjalanan musik bluesman legendaris ini memang belum berujung. EC bersama band pengiringnya yang selalu berawak musisi-musisi kelas dewa ini masih akan menyajikan karya-karya dan gelaran-gelaran megah bagi permusikan dunia. (buij)

Beri komentar :
Share Yuk !