Hilirisasi Industri Mengubah Peta Kekuatan Ekonomi Indonesia

WEBINAR : Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan mantan Menteri BUMN serta Komisaris Utama PT. WSM Dahlan Iskan, webinar bersama pimpinan media di jaringan WSM dan DIsway National Network (DNN), Senin (10/1/2022)

JAKARTA – Indonesia tidak lagi mensuplai row material ke berbagai negara. Indonesia saat ini sudah memfokuskan pada hilirisasi industri. Hal tersebut menjadi nilai positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional termasuk peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB).

Menteri Kordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dalam webinar bersama Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan yang dihadiri ratusan pimpinan media di jaringan media DIsway , Senin (10/1/2022), mengatakan Indonesia tidak bisa selamanya bergantung pada ekspor barang mentah. Hal ini dinilai sangat rentan terhadap ketahanan ekonomi nasional.

Hilirisasi yang dulu sempat dibully, kini menunjukan hasil. Program yang berfokus pada pengolahan bakan baku menjadi produk industri ini telah mengubah struktur ekonomi Indonesia di kancah internasional. Indonesia tidak lagi mengandalkan ekspor komoditas mentah. Luhut mencontohkan pada 2010 ekspor Indonesia masih didominasi oleh bahan mentah. Seperti mineral, batubara, biji tembaga, minyak mentah serta produk pertanian. Nah melalui hilirisasi, bahan tambang diolah sehingga ada peningkatan pesat pada ekspor produk besi dan baja.

Pada tahun 2017 ekspor besi dan baja Indonesia pada peringkat ke 17 dunia, di 2020 naik menjadi peringkat ke 9 dan di 2021 di peringkat ke lima dunia

Ia mengatakan hilirisasi juga telah membantu kinerja neraca transaksi berjalan. Pada tahun 2021 Indonesia ada peningkatan ekspor hingga USD 25 miliar. Sebesar USD 19 miliar dari produk besi dan baja. Ekspor ini juga menurunkan defisit neraca dagang dengan China hingga 40 persen. Bila sebelumnya devisit neraca dagang dengan China USD 27 miliar dolar di 2021 hanya USD 4 miliar. Luhut Optimis tahun 2022 pasti surplus. Adanya peningkatan ekspor ini juga yang menjadi salah satu faktor ekonomi Indonesia lebih tahan di masa pandemi

Luhut mengatakan dalam Industri, yang paling banyak menarik mendatangkan Penanam Modal Asing (PMA) juga sektor logam. Dari lima PMA besar di Indonesia salah satunya China. Sebab selain menanamkan modal juga ada transfer teknologi.

Hal yang tidak kalah penting, pada hilirisasi terjadi pemerataan investasi. Dulu investasi di Indonesia timur hanya 25 persen, sisanya di Jawa-Sumatera. Saat ini industrialisasi di wilayah timur semakin tumbuh dan kian merata. Sebagai contoh Sulawesi Tengah saat ini mampu tumbuh baik, meski pandemi. Sektor industri manufaktur di Sulawesi Tengah 2010 hanya 7 persen di 2021 meningkat hingga 27 persen. Ini membuat Produk Domestik Regional Bruto Sulawesi Tengah meningkat pesat.

Terbaru adalah Green Energy di Kaltara

Menurut dia, kawasan Industri Kalimantan Utara akan menjadi motor hilirisasi berikutnya. Kawasan ini bakal memiliki luas area 16.400 hektare dengan potensi penambahan menjadi 19 ribu hektare pada tahap 1 dan 30 ribu haktare di tahap 2.

web binar
Direktur banyumas Ekspres, Hari Agus Triono mengikuti webinar dengan Menteri Kordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan , Senin (10/1/2022)

Menko Marves mengatakan kebutuhan baterai di Indonesia bergantung impor. Melalui kawasan Industri di Kaltara ini Indonesia akan memproduksi sendiri baterai berbasis sodium iron, bukan hanya berbasis lithium dan nikel. Jika bisa menggarap produk tersebut, Indonesia di 2023 diharapkan tidak mengimpor lagi. Justru diharapkan menjadi pengekspor baterai.

Di kawasan Industri Kaltara ini akan mampu memproduksi green alumunium, besi, polysilicon, graphite, kemudian jenis baterai baru yakni LFP, petrokimia, hingga industri semikonduktor untuk panel sel surya dan chip. Ini tak lepas indonesia kaya bahan baku semikonduktor, tinggal teknologi untuk menghasilkan kemurnian sangat tinggi

” Kita punya green energy, cost lebih murah, transport lebih murah, kita punya row material yang cukup. Rencana pembangunan green aluminium akan dilakukan konsorsium bersama China dan Uni Emirat Arab serta Indonesia,” tegas Luhut.

Sebelumnya iron steell banyak untuk kebutuhan konstruksi, selanjutnya akan digunakan untuk sektor industrial, sehingga ada banyak nilai tambah.

Luhut mengatakan hilirisasi Indonesia akan dilakukan melalui tiga cara. Yang pertama membangun basis industri bernilai tambah tinggi untuk mendukung green economy. Industri tersebut adalah semikonduktor atau chip beserta ekosistemnya, mobil listrik, juga software engineering. Yang kedua dengan mengalokasikan sumber energi rendah emisi untuk industri bernilai tambah

tinggi. Kemudian membantuk talent pool yang berkualitas melalui program penjaringan lulusan teknik dan sains untuk diarahkan pada perusahaan kelas dunia, di bidang teknologi. (saw)

Beri komentar :
Share Yuk !