Pemasukan Digital Kesehatan Tahun 2022 Diprediksi Capai Rp10.1 Triliun

JAKARTA-Sekretaris Jenderal Kementrian Komunikasi dan Informatika Mira Tayyiba dalam Pelantikan Pengurus Pusat Perhimpunan Kedokteran Digital Terintegrasi (Perdigti) Sabtu (18/9/2021) menyatakan pemasukan sektor digital kesehatan Indonesia mencapai Rp 10.1 triliun. Angka tersebut naik pesat dibanding tahun 2017 yang hanya Rp883 milyar.

Mira menyatakan, dalam potret kesehatan digital Indonesia pengguna internet di Indonesia mencapai 202.6 juta orang, sedangkan pasca pandemi diprediksi terjadi lonjakan cukup besar yaitu 37 % yang sebagian besar merupakan pengguna baru.

“Kalau melihat data yang ada, diprediksi pengguna jasa telemedicine dalam lima tahun kedepan terjadi lonjakan 109%, di Asia Pasifik. Ini adalah peluang yang luar biasa,” katanya.

Sementara dalam sambutannya Ketua Predigti dr Agus Ujianto Msi Med SpB menyatakan, keberadaan dunia kedokteran tidak bisa lepas dari irisan tekhnologi termasuk digital, tak hanya telemedicine yang sedang bergairah saat ini namun masa depan digital kedokteran yang diketahui terus berkembang baik di bidang internet of things, artifisial intelegence dan big data serta mekanical robotic yang akan mengawal menjadi subyek tekhnologi tersebut.

“Jangan sampai manusia apalagi dokter hanya menjadi obyek bisnis, menjadi obyek platform dan obyek politik, namun dokter harus mampu menjadi subyek, predikat dan obyek positif dari semua percepatan tekhnologi tersebut,” kata Agus, yang juga Direktur RS Islam Banjarnegara ini.

Ia menambahkan, proses menuju puncak tekhnologi jangan sampai menjadikan lupa bahwa semuanya harus bersatu, karena ilmu sekarang sebagai ilmu yang lalu pun akan sirna berganti sesuai perkembangan zaman.

“Semua ilmu, kelompok, organisasi dan semua yang kita perjuangkan dialam dunia ini tidak lain agar bisa dimanfaatkan oleh manusia seutuhnya dengan kenormatifan hukum yang kita sepakati di dunia dan NKRI pada khususnya,” tambahnya.

Sebagai bangsa yang juga bertarung dalam musabaqah di dunia, lanjut Agus, karena perbedaan ideologi dan politik dengan bangsa dan negara lain, maka harus mampu mempertahankan etika normatif bangsa yang kita sepakati luhur agar kemakmuran diraih bangsa kita dalam persaingan dan juga harus mampu berakulturasi dengan kesatuan berpikir dengan bangsa beradab lainya yang menjunjung tinggi kemanusiaan.

Beri komentar :
Share Yuk !